Share

Sahabat Beda Gender 《LyBi》
Sahabat Beda Gender 《LyBi》
Author: PikeLan

1 ) Pertemuan

Nascherly Aurora Oshi, gadis polos nan ceroboh yang kerap dipanggil Lyshi. Ia merupakan anak pertama dari pasangan Regina Ahulqi dengan Fandinol Al Oshi.

Menjadi anak pertama tentunya harus menjadi panutan bagi adiknya. Tapi Lyshi tidak, justru adiknya yang memberi panutan untuknya. Nalyera Aululia Oshi, dia adalah adik kembar Lyshi, umur keduanya juga tak berpaut jauh hanya 7 menit saja. 

Wajah Lyshi dan saudari kembarnya memanglah mirip, orang awam yang baru mengenal mereka pasti akan kesulitan membedakan mana yang Lyshi dan mana yang Era. Padahal jika dilihat lebih teliti wajah Lyshi lebih unik daripada Era, karena ia memiliki lesung dagu yang akan nampak jika sedang berbicara maupun tersenyum.

Pagi itu kediaman Fandi dihebohkan oleh kelakuan Lyshi dan Era. Entah dimana perginya otak mereka pagi itu, intinya dua saudari kembar itu membuat Fandi dan Reha panik. Bagaimana tidak? Keduanya berada di atas pohon jambu air yang sedang berbuah lebat.  

"Lyshi, Era! Turun nanti jatuh!" pekik Reha dengan nada khawatir.

Lyshi dan Era sama sekali tak menggubris omongan Reha. Dan tentu itu membuat Reha geram.

"Turun sayang nanti jatuh," tutur Fandi dengan nada membujuk.

Lyshi memandang polos ke arah bawah, matanya mengerjap. "Oke. Lyshi sama Era bakal turun, tapi ada syaratnya," ujar Lyshi tersenyum jahil.

Dahi Fandi dan Reha berkerut dengan bersamaan. Mereka tahu sifat Lyshi, pasti akan ada drama pagi ini.

"Apa? Lyshi mau apa? Era mau apa?" tanya Reha sesabar mungkin. Fandi yang melihat wajah istrinya nyaris tertawa. Kalau sudah menahan emosi wajah Reha pasti akan berubah seperti singa, merah padam.

Lishy mengatukkan jari pada dagu seolah berpikir. "Lyshi mau papa nemenin Lyshi main bola di lapangan komplek..." ia memberhentikan katanya, kemudian menoleh ke arah Era. "Ra, kamu mau apa? Minta aja sepuasmu."

Era menoleh kearah Lishy ragu. Lishy yang tak sabaran akhirnya langsung memutuskan secara sepihak.

"Finally, papa nemenin Lishy main bola. Dan mama.... mama nemenin Era beli berbie yang banyak, tapi belinya di mall Bekasi," titahnya tanpa bantahan. Era yang mendengar kata 'berbie' langsung berlonjak senang.

Mata Reha melotot kaget, nyaris keluar dari tempatnya. Yang benar saja, di mall Bekasi? Itu, kan jauh, padahal di Jakarta banyak mall. Dasar Lyshi bocah nakal. Fandi menepuk pundak Reha, seolah berkata. "Turutin aja Re, supaya mereka seneng." Reha berhembus pasrah.

"Iya. Papa sama mama janji akan menuruti permintaan kalian. Sekarang kalian turun," ucap Fandi mengulurkan tangannya untuk menurunkan Era, dan Reha menurunkan Lyshi.

Benar saja, Reha dan Fandi menepati janjinya. Jadilah siang itu Reha membawa Era ke mall Bekasi, sedangkan Fandi menemani Lyshi bermain bola di lapangan komplek.

Reha dan Era sudah berangkat satu jam yang lalu. Sedangkan Fandi dan Lyshi tak kunjung berangkat, salah siapa lagi kalau bukan Lyshi? Gadis kecil itu sibuk sendiri dengan pakaiannya, padahal sudah Reha siapkan di atas kasur. 

Lyshi mana mau memakai rok, ia akan bermain bola bukan pergi ke sekolah. Lyshi rasa mamanya mulai tak waras.

Fandi menghela napas panjang. "Cepetan Ly, masa nyari baju lama sekali," decak Fandi melihat putri sulungnya menghabur-haburkan isi lemari.

"Sabar pa. Lyshi dari tadi nyari celana tapi nggak nemu," ujarnya dengan puppy eyes.

"Gimana kamu bisa nemuin celana, orang yang kamu berantakin lemari Era. Adik kamu, kan tidak suka pakai celana," ungkap Fandi setengah kesal.

Lyshi menepuk jidatnya. "Oiya ya. Ly, kamu goblok banget sih," makinya pada diri sendiri.

"Udah cepetan siap-siap, papa tunggu di depan. Kalau lama kita tidak jadi pergi," ujar Fandi melangkahkan kaki meninggalkan kamar si kembar.

Beberapa menit berlalu, kini Lyshi sudah siap dengan penampilannya. Ia memakai celana training hitam dan baju orange berlengan sebahu.

Fandi yang melihat putri sulungnya turun dari tangga langsung berdiri. 

"Ayo, langsung berangkat aja. Jangan sampai ada yang ketinggalan," ujar Fandi penuh penekanan.

Lyshi mengangkat jempol kanannya. "Siap komandan!"

                     《♡♡》

Cuaca seakan mendukung Lyshi, tak terik dan sedikit berawan. 

Gadis kecil itu langsung berlari ke arah gawang kala mobil yang mereka kendarai berhenti. Fandi yang melihat itu hanya mampu geleng-geleng saja. Dia heran mengapa bisa anak perempuannya menyukai permainan sepak bola, padahal dia sendiri tak menyukainya, apalagi Reha.

Lyshi menoleh ke arah belakang dimana papanya berada. "Pa, cepetan ke sini. Jalan lama banget kaya siput."

"Iya iya," pasrah Fandi mendekati Lyshi.

Sudah berkali-kali Fandi mengajarinya teknik sepak bola, tapi Lyshi tak kunjung paham. Fandi menghembuskan napas lelah.

"Lyshi, sudah berapa kali papa bilang kalau nendang bola jangan gunakan dua kaki," tegur Fandi. Lelaki paruh baya itu heran dengan putri sulungnya, baru kali ini dia melihat orang menendang bola dengan dua kaki secara bersamaan.

Lyshi menghapus bulir keringat yang membasahi dahinya. "Salah terus di mata papa," Lyshi kecil mendengkus.

"Ya karena Lyshi emang salah. Coba kamu tendang lagi bolanya, tapi gunakan kaki yang menurutmu PALING kuat. Inget! P.A.L.I.N.G," jelas Fandi menekankan kata paling, karena dia yakin Lyshi akan paham dengan kata itu.

Lyshi mengangguk, lalu memperaktikannya. "Yeay! Lyshi bisa pa!" ia bersorak senang.

Fandi tersenyum bangga. Akhirnya dua teknik Lyshi paham, menendang bola dan memasukkan bola pada gawang. Di awal-awal melatih Lyshi Fandi cukup frustasi, bagaimana tidak? Lyshi memasukkan bola ke gawang menggunakan dua tangan, peraturan darimana itu? Jika boleh seperti itu pemain sepak bola tentu bisa mencetak seribu poin dalam pertandingan.

"Anak papa hebat," aku Fandi mengacungkan dua jempol.

Gadis kecil itu tersenyum manis. "Pa, Lyshi haus. Beli minum sana, air yang dibawa dari rumah udah habis," perintah Lyshi mendudukkan bokongnya di kursi taman.

Fandi menghembuskan napas berkali-kali. Kalau tahu begini dia lebih memilih menemani Era membeli berbie, tak apa lumayan jauh yang penting tak diperbudak seperti ini.

"Iya. Lyshi tetap disini, jangan keluyuran. Papa tak akan lama," ujar Fandi beranjak dari duduknya dan melangkahkan kaki menuju mobil.

Baru saja papanya berangkat Lyshi sudah merasa bosan. Ia tak bisa duduk diam, daripada menunggu papanya lama Lyshi memilih untuk kembali berlatih. Lyshi harap ia bisa memasukkan bola pada gawang dengan benar, siapa tahu papanya akan bangga ketika kembali membeli minum nanti.

Meski bola yang ditendangnya tak kunjung memasuki gawang Lyshi tetap tersenyum, walaupun di dalam hati ia menggerutu kesal.

Duk

Sial! Nampaknya Dewi Fortuna ingin bermain-main dengannya. Bola yang tadi berada di bawah pijakan kakinya kini menggelinding ke arah jalan yang dilalu-lalangi oleh kendaraan. 

Lyshi tetaplah Lyshi, gadis ceroboh yang tak memikirkan keselamatannya. Ia berlari mengejar bola yang berotasi di atas aspal jalan.

Sret

Hampir saja nyawanya melayang, beruntung ada anak lelaki seusianya yang berbaik hati menyelamatkan Lyshi yang ceroboh.

"Aaaa!" pekik Lyshi histeris sembari menutup kedua matanya menggunakan tangan.

"Jangan teriak, telinga aku sakit denger suara kamu," lelaki kecil di depannya menutup kedua telinga mendengar teriakan keras Lyshi.

Lyshi membuka matanya dan mengecek anggota tubuhnya, Lyshi kira ia sudah tertabrak oleh mobil sport itu.

Netranya menoleh pada lelaki kecil di sampingnya. "Makasih udah nolongin aku, kalau nggak pasti aku udah mati," ucap Lyshi bersungguh sungguh.

Lelaki di sampingnya mengangguk. "Lain kali jangan ceroboh. Untung tadi ada aku, nggak kebayang nasib kamu kalau aku nggak datang."

"Ehe, sekali lagi makasih ya. Oh iya, nama kamu siapa? Aku Rora," Lyshi mengulurkan tangan. Mengapa Lyshi menyebut namanya dengan Rora? Karena orang tuanya tak memperbolehkannya menyebut nama Lyshi di depan orang asing.

Lelaki bersurai hitam itu membalas uluran tangan Lyshi. "Aku Rama."

"Oke karena kita udah kenal, mari kita berteman," Lyshi berujar sembari merangkul pundak Rama. Tinggi Lyshi dan Rama yang berbeda sedikit jauh membuat Lyshi menjinjitkan kaki.

Rama mengerjapkan mata, kemudian mengangguk kecil.

"Rama, umur kamu berapa sih? Kok tinggian kamu daripada aku," lontar Lyshi mengembungkan pipinya.

"Imut," batin Rama melihat pipi Lyshi yang mengembung bak balon.

Rama menoleh pada Lyshi yang berdiri di sampingnya. "Umur aku 6 tahun."

"Owalah pantes, orang tuaan kamu," ujar Lyshi memanggut-manggut.

Rama melihat ke arah sekelilingnya. "Kamu kesini sendirian, Ra?" tanya Rama.

Lyshi menggelang, "Engga, Rora ke sini sama papa. Sekarang papa lagi beli air minum."

Giliran Lyshi yang bertanya. "Emang kenapa, Ram?"

"Itu, kamu lihat orang yang disana? Itu papa kamu bukan?" tanya Rama menunjuk ke arah dekat pohon yang tak jauh dari mereka. 

Lyshi melihat ke arah yang ditunjuk Rama. Di sana terlihat dua orang berlawanan jenis sedang berbincang.

Gadis itu menajamkan penglihatannya. "Oh iya, itu papa Rora. Rama, Rora ke sana dulu ya, kamu mau ikut?" 

Rama menggeleng. "Engga Ra, bundaku sebentar lagi dateng."

Lyshi mengangguk, kemudian berlari mendekati papanya.

"Kamu tambah cantik, Na."

"Ah bisa aja kamu, Fan."

Samar-samar Lyshi mendengar ucapan mereka. Ya, Lyshi memang tak langsung mendekat, ia bersembunyi di balik pohon dan menunggu kelanjutan apa yang akan mereka lakukan.

Cup

Lyshi tak bisa tinggal diam melihat pipi papanya dikecup oleh wanita yang menurutnya ganjen itu. 

Ia langsung berlari dan memeluk papanya. "Papa! Dari tadi Lyshi tungguin malah berduaan sama tante ganjen itu," sarkas Lyshi memandang wanita di depannya dengan nyalang.

Wanita yang dikatai ganjen oleh Lyshi tetap tersenyum. Kemudian dia menoleh ke arah Fandi seolah bertanya.

"Dia Lyshi anakku, Na," terang Fandi melihat raut tanya di mata Ana.

Fandi melepas pelukan Lyshi, kemudian mensejajarkan tingginya dengan Lyshi. "Lyshi, kenalin itu tante Ana."

Ana memasang wajah ramah dan tersenyum. "Hai Lyshi, nama tante Ana. Salam kenal, ya," sapa Ela menyubit pipi gembul milik Lyshi.

"Lucu banget anak ini," batinnya.

gadis itu mendengus. "Udah ganjen, sok akrab lagi," ujar Lyshi dengan lirih.

                          《♡♡》

Malam telah tiba, angin berhembus dengan kencang. Rintik air perlahan menetes, hujan telah tiba.

Lyshi dan keluarganya telah usai menyantap makan malam, dan kini berlanjut pada kegiatan masing-masing. Fandi langsung pergi ke ruang kerjanya, si kembar langsung bergegas menuju kamar, begitupula dengan Reha. Ibu dari kedua gadis kembar itu melakukan rutinitas seperti biasa, menemani kedua putrinya hingga tertidur.

"Sayang, kalian mau langsung tidur atau curhat dulu?" tanya Reha duduk di atas kasur.

Lyshi menoleh ke arah Era yang matanya sudah sangat sayu. "Era kayanya langsung tidur, ma. Kalau Lyshi mau curhat-curhat dulu," ujar Lyshi.

Reha mengangguk, "Ya sudah, yuk kita ngobrol di balkon aja. Kalau di sini takutnya mengeganggu Era."

Lyshi menurut dan mengikuti Reha ke balkon kamar, kebetulan di kamar Lyshi terdapat balkon berukuran mini.

"Lyshi mau curhat apa, sayang?" tanya Reha membelai surai Lyshi.

Gadis kecil itu memanyunkan bibirnya. "Tau nggak ma? Lyshi tuh kesel banget," ujarnya menekuk wajah.

"Emang ada apa? Kok Lyshi bisa kesal?" wanita berkepala tiga itu bertanya pada Lyshi.

"Lyshi, kan punya teman baru. Masa di pergi nggak izin dulu sama Lyshi," jawab Lyshi memainkan rambutnya.

Dahi Reha berkerut, "Teman?"

Lyshi mengangguk, "Iya. Lyshi ketemu dia di lapangan bola," jelas Lyshi. 

"Pasti teman Lyshi cowok, kan?" timpal Reha tersenyum jahil.

Lyshi lagi-lagi mengangguk.

Reha semakin merapatkan tubuhnya pada Lyshi. "Ceritain dong ke mama, kenapa Lyshi bisa ditinggalin." 

"Jadi tadi tuh Lyshi mau nemuin papa. Terus Rama Lyshi ajak, tapi dia nggak mau. Dan pas Lyshi balik Rama udah nggak ada," jelas Lyshi mengingat-ngingat kejadian siang tadi. Kala itu Lyshi merasa sangat kesal karena Rama pergi tidak pamit padanya, dan berujung Fandi yang menjadi korban kekesalan Lyshi.

Reha menepuk pundak Lyshi. "Kalian pasti bakal ketemu lagi, mama yakin itu."

"Tapi mama tau nggak? Ada hal yang bikin Lyshi lebih kesel dari ini, yang ini pokoknya bisa bikin mama kesel juga," terang Lyshi bergebu-gebu, bahkan saking kesalnya sampai meremas tangan Reha.

Reha mengerjapkan mata, hal yang membuatnya kesal? Emang ada? Sejauh ini yang membuatnya kesal hanya kenakalan Lyshi.

Darah mendesir merangkak naik di wajahnya. "Tau nggak? Masa tadi pipi papa dicium sama tante ganjen, udah gitu papa diem aja," ucap Lyshi.

Dicium? Setahu Reha, Fandi tak suka dicium  orang asing. Jadi, apa sebelumnya mereka sudah saling mengenal? Pertanyaan itu hinggap di otak Reha.

"Dicium?" Reha kembali bertanya.

"Iya, kalau nggak salah nama tante ganjen itu Ana," ucap Lyshi mengingat kejadian siang itu.

Telinga Reha kebas, Ana? Dia cukup familiar dengan nama itu, sepertinya ia pernah mendengar nama itu.

"Re, ini Ana. Dia mantan kekasihku." ucapan Fandi beberapa tahun silam terngiang-ngiang.

Kepingan pengakuan Fandi berputar di memorinya. Jadi Ana sudah kembali?  

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status