Share

04. Kiara Menghilang

Author: bunnylovely
last update Last Updated: 2022-12-02 09:32:13

"Aku bahkan tahu ukuran bra-mu, Bi." Bisik Argantara Pratama yang sontak menimbulkan guratan merah di pipi Bianca.

"Brengsek! Diam kamu Argantara Pratama!" Pekik Bianca sembari mendorong tubuh pria itu agar menjauh darinya.

"Aku heran, kenapa Kiara bisa mau dengan pria kayak kamu!" Ucap Bianca menatap kesal ke arah Arga yang justru tengah tertawa lebar itu.

"Karena aku tampan," balasnya sembari menggedikkan bahu.

"Percaya diri sekali kau!" Sahut Bianca.

"Akuin aja, Bi. Memang benar kalau aku tampankan?" Balas Arga disertai kekehan dari wajah tampannya. Ia selalu suka ketika berdebat dengan Bianca seperti ini.

"Aku pergi dulu, telfon aku kalau kamu membutuhkan sesuatu." Ujar Arga sebelum ia akhirnya meninggalkan Bianca sendirian untuk pulang.

Tak bohong, jika ia juga merasa rindu pada Kiara dan juga Fiola. Astaga, ia harus benar-benar meminta maaf pada anak perempuannya itu.

~~~~••••~~~~

Senyum Arga tampak mengembang saat memasuki rumah mewah yang sudah ia tempati selama 8 tahun itu bersama sang istri.

Pria itu berjalan cepat menuju kamar agar bisa segera melihat Kiara serta tak sabar untuk memeluk wanitanya itu. Sungguh, bukan maksud Arga melupakan mereka seharian ini, namun urusan pekerjaan serta Bianca benar-benar menyita perhatiannya.

Membuka pintu kamar, lantas Arga terkejut manakala tak menemukan istrinya terbaring di sana. Padahal ini sudah menunjukkan waktu hampir pukul sebelas malam.

"Kiara! Sayang! Kamu dimana?" Ujar Arga yang segera berjalan menuju kamar mandi serta walk in closet milik Kiara.

Namun tetap saja nihil. Tak ada jawaban apapun.

Sontak raut wajah Arga berubah takut. Rasa ketakutan mulai menghampiri dirinya.

Pria itu segera berlari menuju kamar anaknya yang terletak di seberang kamarnya.

"Fiola!" Pekik Arga sembari membuka kamar Fiola.

Kosong.

"Shit, kemana mereka?" Ujar Arga dengan kalut. Meraih ponselnya di dalam saku, lantas Arga segera mendial ponsel Kiara.

Keringat dingin mulai mengucur begitu saja dari pelipisnya, nafas yang berderu mulai terdengar tak beraturan. Guratan rasa takut dan khawatir begitu jelas terlihat pada pria yang berusia 32 tahun itu.

"Angkat sayang, please!" Ujar Arga setelah kesekian kalinya.

"Kau nggak beneran ninggalin aku kan, Ra?" Ujar Arga sembari mengigit bibir bawahnya.

"Brengsek!" Umpatnya saat lagi-lagi hanya suara operator yang menjawab panggilannya.

Tidak! Kiara tidak akan meninggalkannya bukan? Sungguh ia tidak bisa jika ditinggalkan begitu saja.

"Dan, cepet cari keberadaan istriku sekarang juga!" Ujar Arga manakala ia tengah mendial sang sekretaris.

"CEPATLAH SIALAN! JANGAN BANYAK BERTANYA!" Pekik Arga dengan kalut sembari mematikan teleponnya.

Kacau! Otaknya tak bisa mencerna dengan baik. Rasa takut dalam dirinya sangat mendominasi.

Arga berlari menuju lantai bawah. Berniat ingin mencari Kiara ke tempat beberapa temannya.

Namun saat membuka pintu ia dikejutkan dengan kehadiran wanita yang tampak mengendong seorang anak kecil di pundaknya. Gadis kecil itu tampak tertidur.

"Oh! Mas Arga, kamu-..."

"DARIMANA SAJA KAMU, SIALAN!" Pekik Argantara Pratama manakala ia melihat sang istri bersama putrinya.

"M-Mas Arga! Kamu kenapa, huh?" Ujar ujar Kiara yang tampak terkejut karena tiba-tiba saja Arga membentaknya.

Ia bisa melihat gurat kekhawatiran yang berlebihan dari wajah suaminya itu.

"Kamu habis darimana? Kamu nggak tahu ini udah jam berapa?" Balas Arga dengan nada yang lebih rendah, nafasnya masih naik turun karena berlari dari lantai dua tadi.

Sebenarnya ia tak ingin membentak Kiara, namun rasa marah dan takut seakan menguasainya secara bersamaan. Marah karena Kiara berkeliaran di jam seperti ini, dan takut jika wanita itu benar-benar meninggalkannya.

"Aku habis bawa Fiola ke klinik. Anak kita demam," balas Kiara sembari mengusap punggung Fiola.

Sorot mata tajam itu berubah luruh. Berganti dengan rasa bersalah yang semakin memupuk dalam hatinya. Mendengar sang anak deman, seakan membuat Arga dilanda lemas seketika.

"Berikan padaku, biar aku yang gendong ke kamar," ujar Arga sembari mengambil Fiola dari gendongan Kiara. Membawa putri kecilnya yang tanpak terlelap itu dengan hati-hati menuju kamar.

Sejak membaringkan Fiola di atas kasur lalu menyelimutinya. Arga tak pernah lepas mengawasi anak kesayangannya itu. Perasaan khawatir bercampur penyesalan seakan membelenggu hatinya.

Mengusap kening Fiola yang berkeringat dan terasa hangat sembari merapalkan ucapan maaf berkali-kali. Sungguh, Arga juga ikut merasakan sakit jika permatanya terbaring lemah seperti ini.

"Mandi dan ganti bajumu dulu, Mas. Biar aku yang menjaganya. Lagipula demamnya juga udah mulai turun," ujar Kiara yang baru saja masuk ke dalam kamar Fiola setelah mengganti air kompresnya.

Arga menghela nafas beratnya dan tertunduk sesaat. Ia seakan tak mampu untuk mendongak lalu menatap sang istri setelah ingat bagaimana emosi gila menguasainya.

Tentu saja Arga merasa malu dan menyesal.

Mendongakkan kepalanya ia menatap sang puan dengan sorot mata penuh penyesalan.

"Mas minta maaf sudah membentakmu, Ra." ujar Arga dengan mata sayunya. Sungguh, ia benar-benar suami yang payah.

"Bersihkan dirimu dulu, Mas. Lalu kita mengobrol nanti." Ujar Kiara tanpa berniat membalas permintaan maaf dari suaminya itu.

[Instastory update "Bianca Lisa mengunggah sebuah foto box perhiasan kalung bermerk Christian Dior"]

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sahabat Nomor Satu Suamiku   14. Duluan Mana (B)

    “Mama Kiara sama Aunty Bianca lebih didahulukan siapa?” ujar Harris dengan sebuah seringaian tipis di wajah tampannya.“Mas Harris, kamu ngomong apa, sih?”seru Kiara dari arah samping sembari membawa piring di tangannya. Dibantu pula dengan seorang asisten rumah tangga. Tiara melayangkan tatapan tajam ke arah kakak kandungnya itu. Ia paham persis apa yang sedang Harris bicarakan.Harris Arya adalah sosok kakak yang merangkap sebagai ayah bagi Kiara. Perbedaan usia mereka yang terpaut lebih dari sepuluh tahun itu membuat Harris sangat menjaga Kiara. Kiara besar tanpa sosok ayah di sampingnya dan Harris yang mengambil peran itu. Selain ia adalah satu-satunya harapan keluarga, pria itu juga harus berdiri sebagai pelindung keluarganya.“Om Har nih, Ma… selalu ngomong yang aneh-aneh. Fiola kan jadi binggung,”sahut gadis kecil itu tampak polos tak mengerti apa yang pamannya katakan. “Fiola duduk di kursi kamu sendiri, biar Papa bisa sarapan.” Balas Kiara setelah meletakkan piringnya di mej

  • Sahabat Nomor Satu Suamiku   13. Duluan Mana (A)

    Pagi ini suasana sarapan di kediaman Ibu Kiara terdengar ramai sekali, sumbernya hanya satu yaitu berasal dari celotehan gadis manis yang tengah bercerita banyak hal di pangkuan sang Ayah. Fiola Natalie Pratama, gadis muda itu tampak antusias bercerita tentang kegiatannya selama berada di rumah sang nenek. Membuat Arga tidak bisa menahan gelak tawanya saat mendengar cerita sang putri. Sedangkan Kiara dan ibunya tampak sibuk menyiapkan makan pagi untuk mereka. “Pa, Fio punya pertanyaan buat Papa!” Fiola mendongak menatap sang Ayah. Matanya setengah memicing sembari tersenyum miring. Ia yakin sekali jika sang Ayah tidak akan bisa menjawabnya kali ini. “Pertanyaan apa, Princess?” balas Arga dengan lembut. “Telur sama ayam duluan mana?” ujar Fiola dengan antusias. Arga terkekeh. “Sudah pasti telur,” balas Arga sembari mencubit pipi putri kesayangannya itu gemas. “Ih… Papa kok bisa tahu?” Gadis manis itu tampak cemberut. Ia gagal lagi memberikan jawaban yang sulit untuk Ayahnya.

  • Sahabat Nomor Satu Suamiku   12. Vapor and Cigarettes

    Sudah cukup lama Argantara Pratama kembali berada dalam posisi canggung yang luar biasa seperti ini. Duduk bersama dengan seseorang yang menjadi sosok wali bagi istrinya itu, masih saja terasa gugup. Pria dengan mata sipit yang terlihat tegas, kulit yang terlihat lebih pucat darinya, serta aura dingin yang menguar dari tubuhnya mampu membuat Argantara Pratama membeku saat berada di sebelahnya. "Bang, bagaimana kabarmu?" Ujar Arga yang mencoba memecah keheningan ini untuk pertama kali setelah sekitar sepuluh menit mereka hanya saling berdiam. Setelah beberapa saat Arga bertanya, namun tetep saja pria itu tanpa tenang terlihat asik membuat asap berbentuk lingkaran.Tak berniat langsung membalas ucapan Arga, pria dengan rambut hitam itu justru mengarahkan vapor miliknya pada Arga. "Mau?" Ujarnya sembari menatap datar ke arah Argantara Pratama. Arga sejenak membeku di tempatnya, pria yang disebelahnya kini selalu sama, benar-benar sulit ditebak bagaimana jalan pikirannya. Menggeleng

  • Sahabat Nomor Satu Suamiku   11. Kepergok

    Sembari memandang lurus taman kecil yang di rawat dengan rapi di depannya itu, sesekali Argantara Pratama menyesap cigarette yang ia bakar sekitar sepuluh menit yang lalu. Setelah bermain dengan Fiola, Arga memutuskan untuk merokok di teras samping rumah ibu mertuanya. Kiara masih tidak mau berbicara dan justru menjaga jarak dengannya. Tak ingin membuat kesalahan fatal lagi, Arga memilih untuk menjauh ketika Kiara memasuki kamar Fiola. Melihat Kiara dan Fiola secara langsung saja sudah membuat Argantara Pratama merasa senang bukan kepalang hari ini. "Tidak ingin masuk?" Ujar seseorang yang sudah berdiri di dekat pintu teras. Membuat Arga menolehkan kepalanya dengan cepat.Wanita cantik yang menggunakan piyama merah muda itu menatap ke arahnya sembari menyilangkan kedua tangannya. "Udara cukup dingin malam ini," ujar Kiara. Mendapati sang istri mengajaknya bicara lebih dulu membuat senyum Arga tersungging lebar. "Rokokku masih sisa, sayang." Ujar pria berambut sedikit acak-acakan

  • Sahabat Nomor Satu Suamiku   10. Menantu Kesayangan

    Mobil mercedes-benz berwarna hitam itu berhenti tepat di depan sebuah halaman rumah cukup besar dan mewah. Namun setelah beberapa saat setelah empat roda itu berhenti, nampaknya sang pengemudi masih enggan untuk sekedar membuka pintu mobilnya dan segera turun. Argantara Pratama, pria itu masih terlihat bimbang untuk melanjutkan langkahnya memasuki rumah sang mertua. Setelah ia pulang dari apartemen Zidan lusa kemarin, Arga mendapati rumahnya yang kosong. Kembali panik dan hendak mencari, tiba-tiba seorang asisten rumah tangga datang dan memberitahunya jika istri dan anaknya pergi ke rumah Ibu Kiara selama dua hari.Ada perasaan lega saat Arga tahu kemana kepergian sang istri. Namun juga merasa takut, apabila Kiara mengadukan sikap kasarnya beberapa waktu lalu pada sang ibu.Dua hari menunggu nyatanya tak membuat Kiara segera kembali ke rumah, perasaan was-was dan gelisah semakin terasa nyata dalam hati Arga. Puluhan pesan dan panggilannya tak pernah dibalas. Rasa ketakutan akan kehi

  • Sahabat Nomor Satu Suamiku   09. Rumah Yang Mana

    "Tapi kamu justru nyakitin istri dan anakmu, sialan!" Umpat Zidan Alfian dengan nada bicara yang lebih tinggi daripada sebelumnya. Sungguh, pria itu tampak kesal dengan atasannya ini. Arga terdiam. Tubuhnya stagnan. Dalam diamnya itu meneguk ludahnya yang terasa mencekat di kerongkongannya. Menghela nafasnya sejenak, lantas Arga pun menjawab, "Kiara masih memiliki banyak orang yang menyayanginya, sedangkan Bianca hanya memiliki aku saat ini," balas Arga terdengar pasrah. Zidan kembali dibuat terkejut dengan jawaban pria itu. Mengeleng-gelengkan kepalanya seakan tak percaya. "Kalau begitu bercerailah dengan Kiara dan hiduplah dengan Bianca." Ucap Zidan terdengar sinis, lalu ia pun mengambil kaleng soda yang masih tersisa setengah itu dan meneguknya hingga tandas. Mata Arga sontak membola lebar. "Jaga ucapanmu, sialan!" Balasnya tak suka. Kekehan remeh pun kembali mengalun dari bibir tebal milik Zidan Alfian. "Lagipula Kiara cantik. Andai saja diriku belum memiliki Sania, pasti

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status