Share

04. Kiara Menghilang

"Aku bahkan tahu ukuran bra-mu, Bi." Bisik Argantara Pratama yang sontak menimbulkan guratan merah di pipi Bianca.

"Brengsek! Diam kamu Argantara Pratama!" Pekik Bianca sembari mendorong tubuh pria itu agar menjauh darinya.

"Aku heran, kenapa Kiara bisa mau dengan pria kayak kamu!" Ucap Bianca menatap kesal ke arah Arga yang justru tengah tertawa lebar itu.

"Karena aku tampan," balasnya sembari menggedikkan bahu.

"Percaya diri sekali kau!" Sahut Bianca.

"Akuin aja, Bi. Memang benar kalau aku tampankan?" Balas Arga disertai kekehan dari wajah tampannya. Ia selalu suka ketika berdebat dengan Bianca seperti ini.

"Aku pergi dulu, telfon aku kalau kamu membutuhkan sesuatu." Ujar Arga sebelum ia akhirnya meninggalkan Bianca sendirian untuk pulang.

Tak bohong, jika ia juga merasa rindu pada Kiara dan juga Fiola. Astaga, ia harus benar-benar meminta maaf pada anak perempuannya itu.

~~~~••••~~~~

Senyum Arga tampak mengembang saat memasuki rumah mewah yang sudah ia tempati selama 8 tahun itu bersama sang istri.

Pria itu berjalan cepat menuju kamar agar bisa segera melihat Kiara serta tak sabar untuk memeluk wanitanya itu. Sungguh, bukan maksud Arga melupakan mereka seharian ini, namun urusan pekerjaan serta Bianca benar-benar menyita perhatiannya.

Membuka pintu kamar, lantas Arga terkejut manakala tak menemukan istrinya terbaring di sana. Padahal ini sudah menunjukkan waktu hampir pukul sebelas malam.

"Kiara! Sayang! Kamu dimana?" Ujar Arga yang segera berjalan menuju kamar mandi serta walk in closet milik Kiara.

Namun tetap saja nihil. Tak ada jawaban apapun.

Sontak raut wajah Arga berubah takut. Rasa ketakutan mulai menghampiri dirinya.

Pria itu segera berlari menuju kamar anaknya yang terletak di seberang kamarnya.

"Fiola!" Pekik Arga sembari membuka kamar Fiola.

Kosong.

"Shit, kemana mereka?" Ujar Arga dengan kalut. Meraih ponselnya di dalam saku, lantas Arga segera mendial ponsel Kiara.

Keringat dingin mulai mengucur begitu saja dari pelipisnya, nafas yang berderu mulai terdengar tak beraturan. Guratan rasa takut dan khawatir begitu jelas terlihat pada pria yang berusia 32 tahun itu.

"Angkat sayang, please!" Ujar Arga setelah kesekian kalinya.

"Kau nggak beneran ninggalin aku kan, Ra?" Ujar Arga sembari mengigit bibir bawahnya.

"Brengsek!" Umpatnya saat lagi-lagi hanya suara operator yang menjawab panggilannya.

Tidak! Kiara tidak akan meninggalkannya bukan? Sungguh ia tidak bisa jika ditinggalkan begitu saja.

"Dan, cepet cari keberadaan istriku sekarang juga!" Ujar Arga manakala ia tengah mendial sang sekretaris.

"CEPATLAH SIALAN! JANGAN BANYAK BERTANYA!" Pekik Arga dengan kalut sembari mematikan teleponnya.

Kacau! Otaknya tak bisa mencerna dengan baik. Rasa takut dalam dirinya sangat mendominasi.

Arga berlari menuju lantai bawah. Berniat ingin mencari Kiara ke tempat beberapa temannya.

Namun saat membuka pintu ia dikejutkan dengan kehadiran wanita yang tampak mengendong seorang anak kecil di pundaknya. Gadis kecil itu tampak tertidur.

"Oh! Mas Arga, kamu-..."

"DARIMANA SAJA KAMU, SIALAN!" Pekik Argantara Pratama manakala ia melihat sang istri bersama putrinya.

"M-Mas Arga! Kamu kenapa, huh?" Ujar ujar Kiara yang tampak terkejut karena tiba-tiba saja Arga membentaknya.

Ia bisa melihat gurat kekhawatiran yang berlebihan dari wajah suaminya itu.

"Kamu habis darimana? Kamu nggak tahu ini udah jam berapa?" Balas Arga dengan nada yang lebih rendah, nafasnya masih naik turun karena berlari dari lantai dua tadi.

Sebenarnya ia tak ingin membentak Kiara, namun rasa marah dan takut seakan menguasainya secara bersamaan. Marah karena Kiara berkeliaran di jam seperti ini, dan takut jika wanita itu benar-benar meninggalkannya.

"Aku habis bawa Fiola ke klinik. Anak kita demam," balas Kiara sembari mengusap punggung Fiola.

Sorot mata tajam itu berubah luruh. Berganti dengan rasa bersalah yang semakin memupuk dalam hatinya. Mendengar sang anak deman, seakan membuat Arga dilanda lemas seketika.

"Berikan padaku, biar aku yang gendong ke kamar," ujar Arga sembari mengambil Fiola dari gendongan Kiara. Membawa putri kecilnya yang tanpak terlelap itu dengan hati-hati menuju kamar.

Sejak membaringkan Fiola di atas kasur lalu menyelimutinya. Arga tak pernah lepas mengawasi anak kesayangannya itu. Perasaan khawatir bercampur penyesalan seakan membelenggu hatinya.

Mengusap kening Fiola yang berkeringat dan terasa hangat sembari merapalkan ucapan maaf berkali-kali. Sungguh, Arga juga ikut merasakan sakit jika permatanya terbaring lemah seperti ini.

"Mandi dan ganti bajumu dulu, Mas. Biar aku yang menjaganya. Lagipula demamnya juga udah mulai turun," ujar Kiara yang baru saja masuk ke dalam kamar Fiola setelah mengganti air kompresnya.

Arga menghela nafas beratnya dan tertunduk sesaat. Ia seakan tak mampu untuk mendongak lalu menatap sang istri setelah ingat bagaimana emosi gila menguasainya.

Tentu saja Arga merasa malu dan menyesal.

Mendongakkan kepalanya ia menatap sang puan dengan sorot mata penuh penyesalan.

"Mas minta maaf sudah membentakmu, Ra." ujar Arga dengan mata sayunya. Sungguh, ia benar-benar suami yang payah.

"Bersihkan dirimu dulu, Mas. Lalu kita mengobrol nanti." Ujar Kiara tanpa berniat membalas permintaan maaf dari suaminya itu.

[Instastory update "Bianca Lisa mengunggah sebuah foto box perhiasan kalung bermerk Christian Dior"]

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status