[Akhir pekan ini Charity akan meresmikan pertunangannya.] ucapan Avarice membuat Greed tak dapat mencerna apa yang diucapkan Avarice diseberang telepon.
[Jan—]Baru saat Greed hendak menanyakan hal tersebut, panggilan diputus oleh Avarice. Greed menggeram marah dan mencoba menelepon adiknya, namun ponsel Avarice tidak aktif."Sialan," kesal Greed dan menghempaskan dokumen yang ada dihadapannya, pergi keluar ruangan menuju kesiswaan. Dia perlu tahu di mana kelas Charity sekarang."Berikan aku daftar pelajaran yang diikuti oleh Charity ... Charity Magnanime," ucap Greed to the point."Tapi untuk apa Mr. Ardour?" Perempuan paruh baya tersebut bertanya."Berikan saja."Greed menunggu sekitar 5 menit untuk mencari data Charity di database sekolah lalu mencetaknya. Setelah mendapatkan yang diinginkan, Greed langsung menuju kelas Charity."Kelas fisika," Greed menggumam, sekitar 10 menit Greed baru menemukan kelas Charity, Greed masuk tanpa mengetuk pintu membuat si empu yang sedang mengajar hendak memarahinya, tapi urung dilakukan karena dia tahu posisi Greed.Mata tajam Greed menelusuri penjuru ruangan, namun nihil. Dia tidak menemukan Charity. Sedangkan beberapa murid perempuan menaruh perhatian pada Greed."Charity di mana?" tanya Greed menatap sang guru."Dia bolos hari ini ...,"Tanpa menunggu ujaran berikutnya, Greed segera keluar diikuti dengan pintu yang berbunyi dengan keras."Aku harus menemukanmu." Mantap Greed dan menelusuri seluruh penjuru sekolahan.Hampir 40 menit Greed mencari keberadaan Charity namun nihil, tempat terakhir yang belum Greed kunjungi adalah taman. Greed melangkah menuju taman dan tak ada apa apa di sana, mengambil nafas lalu menyenderkan tubuhnya pada pohon besar."Kau sang ... ah ... nikmat, Chare!"Desauan terdengar di telinga Greed. Ia segera melihat apa yang ada di balik pohon tersebut benar saja dia menemukan Charity yang tengah bermesraan dengan seorang pria yang seumuran dengannya. Tangan Greed terkepal di kedua sisi, rahangnya mengeras. Dia tak pernah semarah ini sebelumnya.Greed langsung menarik kerah pria itu, membuatnya terjengkang dan jatuh dengan suara gedebuk yang menyakitkan. Greed menghajarnya, tak lupa menginjak bagian bawah pria itu yang masih tegak dengan cairan khas dengan keras.Pria itu mengeluh. Greed menyapu pandangannya ke belakang, menatap punggung Charity. "Charity Magnanime," panggil Greed dingin, Charity mendengarnya namun pura-pura tak mendengar bahkan Charity tahu siapa yang memanggilnya, sekarang Charity malah bergerak mendekati pria yang tersungkur, berdiri di tengah dan mulai turun untuk memasukkannya lagi.Greed memejamkan matanya lalu menarik Charity menjauh, Charity menaikkan sebelah alisnya lalu membereskan seragamnya."Apa yang sedang kalian lakukan?" tanya Greed menahan amarah."Tentu saja bercinta, tak ada yang salah bukan bercinta dengan tunangan sendiri. Kau pasti juga sudah melihatnya," jawab Charity enteng dan melipat kedua tangannya.Greed melirik name tag pria yang sudah bangkit walau menunduk di hadapannya."Foul Shabby."Greed menarik tangan Charity kasar. Charity tidak meronta dan mengikuti Greed yang tengah menariknya, ia meringis sakit pada pergelangan tangannya namun dia tak akan mengungkapkannya pada Greed."Masuk!" perintah Greed saat sudah sampai di depan mobil miliknya, Greed membukakan pintu untuk Charity. Mau tak mau Charity masuk.Sebelum melajukan kendaraannya, Greed meraih ponsel miliknya dan menelepon Thrift.[Thrift, buatkan aku jadwal dengan Mr. Magnanime sekarang.] Dan setelah mengucapkan hal itu Greed mematikan sambungan teleponnya. Charity yang semula menatap lurus ke depan mengalihkan pandangannya saat mendengar nama orang tuanya disebut."Apa yang ingin kau lakukan?" tanya Charity dingin. Charity menatap Greed tanpa ekspresi."Melamar putrinya, tentu saja!" jawab Greed singkat, bersama dengan melajunya mobil yang tengah mereka kendarai.Charity sempat terkejut namun segera dia kembali memasang ekspresi datarnya, melipat kedua tangan di depan dada dan memejamkan mata. Perjalanan ke perusahaan ayahnya hampir memakan waktu 1 jam dan Charity tak akan menyia-nyiakan waktu 1 jam itu untuk menutup matanya mengabaikan Greed.Greed melirik ke arah Charity, namun yang didapatnya adalah Charity yang tengah tertidur."Bagus. Aku berbicara panjang lebar, kau malah tidur!" Greed kesal dan menatap lurus memfokuskan jalan.Greed mengingat apa yang dilakukannya. Mendengar Charity akan bertunangan, membuat sesuatu dalam dirinya marah, kesal dan perasaan lainnya, sebelumnya Greed tidak pernah berada di luar kendali seperti ini, dia selalu tenang dan tidak peduli pada apapun."Maaf, karena memaksamu untuk menjadi milikku," bisik Greed tulus dan mengelus kepala Charity lembut, Greed menatap lurus dan mengemudi dengan santai. Sesekali Greed melirik Charity yang tertidur, Greed tersenyum kecil. Bagi Greed dia rela memberikan apapun kalau diberikan waktu selamanya untuk memandangi Charity yang tertidur.Tak terasa kini Greed telah sampai di basement perusahaan Mr. Magnanime."Charity, bangun!" panggil Greed pelan dan mengguncang tubuh Charity, namun Charity masih terlelap. Greed melepaskan sabuk pegamannya, menuju pintu sisi sebelah dan membukanya."Charity!" panggil Greed lembut namun Charity tetap terlelap. Greed mendengus, berujar datar dan tegas, "Jika ketiga kalinya kau tidak bangun saat aku bangunkan, jangan salahkan aku membangunkanmu dengan cara lain.""Charity Magnanime, Bangun!" panggilan Greed tak membuat Charity membukanya, senyuman lebar terbingkai di wajah Greed. Jari-jemari Greed menelusuri pipi Charity dan mengusap pelan bibir bawah milik Charity, Charity masih tertidur. Greed mendekatkan wajahnya pada Charity, hingga akhirnya dia mengecup dan merasakan bibir bawah Greed dengan pelan. Semula tak ada reaksi sampai ada sesuatu yang mengigit bibirnya."Sialan!" maki Charity mendorong Greed menjauh hingga bokong Greed terdampar di lantai basement, Charity keluar dan mengelap bibirnya yang baru saja dinodai oleh Greed."Seperti putri tidur saja, akan bangun kalau dicium. Tapi tidak apa-apa, aku sangat suka kalau harus membangunkanmu seperti itu," Greed berucap sambil terkekeh saat Charity berdiri tegak di depannya.Greed berdiri dan merangkul bahu Charity."Lepaskan!" gumam Charity dingin, namun diabaikan Greed. Dengan kasar Charity melepaskan rangkulan Greed, namun Greed masih mencoba merangkul Charity 'lagi' sampai Charity menghela nafas lelah dan membiarkan saja."Aku ingin pulang," gumam Charity kasar saat Greed hendak menariknya menuju lift, sebelumnya Charity berfikir akan lebih mudah kabur kalau dihadapkan dengan lingkungan yang ramai agar Greed tak berani menarik-nariknya. Tapi Charity lupa satu hal, "Greed ... Demon yang tidak tahu malu.""Tidak! Sebelum kita menemui ayahmu," ucap Greed kesal, sementara orang yang berada dalam lift menunduk takut dan ada juga yang mencuri pandang ke arah Charity dan Greed.Siapa yang tidak kenal Greed, wajah Greed sekarang terlalu populer di kalangan pebisnis dan di masyarakat."Pergi sendiri saja ... Aku. Tidak. Mau," kesal Charity berbicara penuh tekanan dan Greed mengabaikan Charity, setelah lift sampai di lantai 26, ia segera menarik Charity."Ck." Charity berdecak lalu menghempaskan tangan Greed, Greed menatap Charity penuh kekesalan sementara Charity berjalan mendahului Greed dan menuju ruangan di mana orang tuanya berada."Jangan biarkan siapapun menemui Mr. Magnanime!" ingat Charity saat menemui Mercy—sekretaris Mr. Magnanime—yang dibalas anggukan patuh.Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, Charity segera memasuki ruangan Mr. Magnanime, dilihatnya sekeliling ruangan dia tidak menemukan Mr. Magnanime, Charity segera menuju pintu yang merupakan ruang istirahat yang sering digunakan papanya.Sementara itu"Sialan ... sialan," batin Greed, Greed kini berdiri di depan sekretaris Mr. Magnanime dan Charity tidak mengizinkan Greed masuk."Maaf Tuan, tapi atas perintah anak dri Mr. Magnanime siapapun tidak boleh masuk," ucap Mercy lembut."Iya aku mengerti, tapi aku ini perlu masuk." Greed kesal, sementara Mercy tetap pada keputusannya tidak memperbolehkan siapapun masuk. Setelah sekian lama berdebat dan tidak mendapatkan izin juga, Greed langsung berjalan melewati meja sekretaris itu dan duduk di lantai depan pintu ruangan Mr. Magnanime. Dia tidak peduli bagaimana pandangan orang terhadapnya, Greed menunduk memainkan ponselnya. Sampai seorang pria berdiri di hadapan Greed, Greed mendongkakkan kepala dan menatap pria berumur sekitar 40 tahun."Mr. Magnanime?" Greed bertanya yang kini telah berdiri. Mr. Magnanime mengiyakan, buru-buru Greed mengelap tangannya pada kedua sisi jas yang dia kenakan dan menyalami Mr. Magnanime."Greed. Greed Ardour," ucap Greed memperkenalkan diri. Mr. Magnanime mengerutkan keningnya bingung, pasalnya baru kali ini dia bertemu dengan pria yang jadi perbincangan akhir tahun ini."Asistenku baru memberi tahu bahwa kau akan menemuiku, sebaiknya kita ke ruanganku sekarang." Greed mengangguk dan mengikuti dari belakang."Kalimat apa yang harus kuucapkan pertama?" tanya Greed dalam hati, telapak tangannya dingin ini pertama kalinya dia merasakan kegugupan yang luar biasa. Setelah sampai di ruangan Mr. Magnanime, Greed menatap penjuru ruangan namun dia tak melihat keberadaan Charity."Apa yang Anda ingin bicarakan?" tanya Mr. Magnanime duduk berhadapan dengan Greed, Greed gugup setengah mati."Em ... itu ... Em ... se–sebenarnya sa–saya ... em ingin mela–mar an—""Mr. Ardour." Mr. Magnanime merasakan kegugupan Greed.Greed menarik nafas dalam, meneguhkan hatinya, "Cukup Greed.""Em. Greed apa yang ingin kau bicarakan?" tanyanya yang sudah tidak formal lagi."Mengenai anak Anda Mr. Magnanime," ucap Greed pelan namun Mr. Magnanime tetap bisa mendengarnya."Ada apa dengan putra-putriku?""AkuinginmelamaranakAnda," ucap Greed cepat."Bisa kau ulangi, Greed?" pinta Mr. Magnanime.Greed mengambil nafas dalam, mulutnya terbuka hendak mengucapkan sesuatu sampai seorang gadis keluar dari pintu sudut ruangan menghentikan ucapan yang hendak Greed bicarakan.Mr. Magnanime mengalihkan pandangannya pada sosok itu. "Charity, kapan kau ke sini?""Baru saja," jawab Charity acuh dan melipat kedua tangany
"Itu sangat membantu, aku bisa dengan cepat menyalurkan hasratku."Tapi, bukan itu yang keluar dari mulut Greed"Tidak perlu!" tolak Greed sopan, padahal ia sangat ingin berada di kamar Charity. Hanya saja, ia takut hasrat gilanya tiba-tiba naik."Halo Mr. Ardour," sapa 2 orang, yang satunya wanita dengan dress selutut yang melekat pada tubuhnya. Dan satunya bocah lelaki berjas yang menatap kagum Greed. Mereka mengambil kursi di depan dan tak lupa mereka berebutan untuk duduk berhadapan dengan Greed."Jadi ada kepentingan apa Mr. Ardo—""Cukup Greed!" pintanya pada salah satu dari mereka. Ia tidak tahu nama mereka, soalnya mereka belum memperkenalkan diri secara resmi."Ngomong-ngomong ... perkenalkan dia Honest dan satunya Prob," ucap Mr. Magnanime memperkenalkannya anak-anaknya yang saat disebut namanya. Mereka tersenyum pada Greed, Greed mengangguk tanda mengerti."Baiklah ... ada apa seorang Greed hendak ke sini? Yang aku tahu, ka
"Katakan iya!""Tidk ... hh," desau Charity"Aku butuh jawaban iya, Charity!" ucap Greed dan mencerup leher Charity, bisa Greed pastika sekarang Charity menahan desauannya."Kita butuh kamar sekarang!" ucap Greed berbisik dan menyapu daun telinga Charity."Tidak ... pul ... ah.""Jika kau bilang tidak, aku akan membuatmu mendesau dan klimaks saat ini juga, Charity."Setelah mengucapkan hal itu, Greed mengendong Charity menuju kamar, jangan heran sebelum Charity sampai. Ia telah menelusuri semua ruangan yang ada di rumah Charity. Jadi ia tahu di mana kamarnya. Setelah sampai di kamar, Greed hempaskan tubuh Charity di atas kasur dan mulai mengecupnya lebih ganas."Ah ...," desaunya, saat tangan Greed sudah memasuki kaos yang Charity kenakan."Mau bertunangan denganku, Charity?" tanya Greed."Tid ... hh.""Sudah kubilang jika kau bilang tidak, akan aku buat kau terus mendesau tanpa kepuasan," balas Greed, menyapu dar
"Bagaimana aku bisa baik-baik saja," jawab Charity kesal, saat hendak melangkah bagian bawahnya terasa perih."Istirahatlah, aku yang akan melayanimu hari ini," ucap Greed dan segera meraih tubuh Charity untuk ditidurkan di ranjang. Charity menggeram marah."Setidaknya pakai pakaianmu dulu Greed!" Sementara Greed hanya tersenyum malu-malu, meraih baju serta celananya yang berserakan di lantai."Setelah kejadian semalam, kau tidak mungkin bisa berjalan dengan baik, Baby. Kalau kuingatkan saat itu aku menusukmu tanpa pelumas, dan kita melakukannya sampai pukul 5 Pagi. Wow!" detail Greed pada Charity, sementara Charity ingin sekali melempar Greed pakai pisau."Kau meniduriku!" ralat Charity cepat.Greed mencibir, menciptakan raut pengen digampar. "Sungguh? Siapa yang meminta dimasuki lagi setelah mencapai klimaks pertama?"Dan saat itu juga Charity melempar Greed menggunakan ponsel yang kebetulan ada di samping meja lampu tidur."Lempara
Mobil Greed tak beranjak dari basement, ia benar-benar ingin meninggalkan Si Bodoh Charity selamanya. "Tidak bisakah dia hanya menghargaiku? Cih, bocah sialan yang sukses membuat duniaku jungkir balik.""Aku tidak harus menyerah untuk mendapatkan hatimu, Charity," gumam Greed.Sialnya Greed sudah mulai ketergantungan oleh tubuh Charity, tubuhnya selalu bereaksi berlebihan. Ia rasa, ia butuh seseorang untuk mendengarkan keluh kesahnya. Greed tidak mungkin menelepon Thrift, ia jamin Thrift akan sangat menyebalkan nanti. Setelah menimang ponsel, akhirnya Greed menelepon seseorang. Telepon terhubung dan detik berikutnya, Greed langsung bicara.[Pride! Apa kau masih di Amerika?][Ya!][Kau menetap?][Tidak, tapi kurasa akan lama. Aku memiliki majikan sekarang.][Kau jatuh miskin, Pride? Kau kenapa bisa menjadi babu seperti itu?][Tidak sama sekali. Aku mendapat bayaran yang setimpal.][Bayarannya apa?][Tubuhnya.]
"Apa-apaan ini Env, kau tidak perlu—""Bisakah kau tutup mulutmu itu, Greed?" Charity menyela, sekarang Charity sudah telentang dan membuka resleting celananya."Maaf!" mohon Envy sebelum menarik ke bawah celana Charity, sekarang Si Iri Envy sudah melihatnya. Dia mendengus pelan, mengingat milik Kindy."Berapa lama kau memasukinya? Kau ingin dia tak berjalan seminggu. Hah ...?" Envy mengambil kapas yang diberi alkohol."Nghh ....""Charity, jangan mendesau," ujar Greed tak terima dengan suara berat."Sial ... an aku ... tidak ... ngh mendesau. Ini perih, tolol.""Lain kali Charity, jangan biarkan Greed memasukimu seenaknya, beruntung ini tidak terkoyak," gumam Envy, masih mengolesi kapas beralkohol pada milik Charity."Ngh ....""Berhenti meringis, Charity," ucap Greed."Kenapa lagi?""Kau membuatku ingin memakanmu, sekarang," ucap Greed dan terus menatap ke lobang Charity, baik otak Greed memang jorok. sia
Charity sampai di apartemen dengan mengendarai mobil Greed, salah sendiri kenapa Greed lama. Dengan tak berdosanya Charity malah meninggalkan Greed, padahal Charity baru menunggu 2 menit.Sesampainya di apartemen dia segera menduduki sofa. Tak beberapa lama, bel apartemennya berdering Charity sempat mengira itu Greed namun prasangkanya segera ditepis saat salah satu sahabatnya meneleponnya dan memaki Charity.Dengan susah, Charity membuka pintu, sahabat-sahabatnya segera berhamburan masuk."Kenapa tidak masuk, Chare?" tanya Candid pada Charity.Charity mengikuti sahabat-sahabatnya berjalan di belakang mereka, namun Honor berada di belakang Charity."Chare, ada yang beda dari caramu berjalan. Dan kurasa bokongmu sedikit besar sebelah," ujar Honor terang-terangan membuat 2 sahabatnya berhenti dan mundur, mereka memerhatikan Charity."Benarkan?" tanya Honor antusias. Sementara Verice dan Candid mengangguk menyetujuinya."Seberapa gan
"Hahaha ...," tawa Greed membuat jantung Charity semakin aneh sepertinya ...."Greed, aku ada masalah serius,"ujar Charity, tiba-tiba menatap Greed dalam, Greed yang ditatap dalam seperti itu tiba-tiba merasa kikuk."Hmm ... A–Apa?" tanya Greed."Sepertinya aku ...." Charity bingung memulainya."Sepertinya apa, Chare?""Sepertinya aku... Sepertinya aku sakit jantung. Jantungku berdetak kencang tapi tidak menyakitkan? Aku perlu memeriksa jantungku.""Se–sejak kapan?" tanya Greed"Sejak tadi, Greed. Sejak ... Oh lihat sekarang jantungku semakin berdetak. Aku kritis Greed!"seru Charity saat Greed mendekat kenarahnya.Greed meraih telapak tangan Charity, dan meletakkannya tepat di mana jantungnya berdetak."Kau merasakannya, Charity?" tanya Greed tersenyum lembut, Greed bersumpah dia ingin sekali tertawa karena ulah Charity."ASTAGA ... JA–JANTUNGMU, GREED ... KURASA KAU AKAN MATI SEBENTAR LAGI!" teriak Charity heboh,