Share

5. Meresmikan Pertunangan

Charity membaringkan dirinya di kasur king size kamarnya, matanya terpejam namun tak tertidur, ia memikirkan bagaimana caranya menjauh dari seorang om-om lebay yang membuat Charity ingin membunuhnya setiap kali bertemu. Charity menarik nafas lalu menghembuskannya, dalam hidupnya dia memang sering dikejar-kejar, mulai dari seumurannya, pria dewasa, bahkan yang sudah lanjut usia. Tapi, kenapa harus yang, 'lebay'? Ini adalah mimpi terburuk bagi Charity.

"Aku sekarang percaya karma itu ada, dan sialannya seorang pria lebay yang serakah malah mengejarku," batin Charity kesal.

Dengan ogah-ogahan, ia meraih ponselnya dan menelepon seseorang. Panggilan terangkat pada dering pertama.

[Pa, aku harus pindah sekolah,] ucap Charity mantap.

[Kenapa?]

[Jika Papa masih ingin melihatku, segera pindahkan aku dari sekolah sialan itu.]

Butuh 30 detik Mr. Magnanime membalas. Itupun dengan nada tidak mengerti. [Daddy butuh alasan yang bagus,]

[Pa kali ini—]

[Tidak lagi, Papa ingin ini menjadi tahun terakhirmu pindah. Jika tidak, ucapkan selamat tinggal pada warisanmu itu.]

Klik.

Panggilan diputus secara sepihak dan detik itu juga ponsel miliknya dilempar ke dinding hingga layarnya pecah dan mati.

"Si Demon sialan itu yang menghancurkan hidup indah Sang Angel. Mati kau Greed."

***

Kebalikan dari Greed, Charity dengan ogah-ogahan pergi ke sekolah. Tadi malam ia tidak dapat tidur dengan baik karena mimpi sialan, dia memimpikan Greed hampir menelanjanginya.

"Tidak dunia nyata, tidak di alam mimpi dia selalu menganggu," kesal Charity.

Tak butuh waktu lama Charity melirik jam tangannya, tepat pukul 7 Pagi, dia segera keluar dari apartemen dan menuju basement untuk mengambil motor hitam kesayangannya.

Sekolah sudah lumayan dipadati siswa yang berlalu lalang, Charity memarkirkan motornya dan segera menuju kelas pertama hari ini.

"Hai Chare!" teriak sahabat-sahabatnya, Charity menoleh dengan ekspresi minim bergabung dengan sahabatnya.

"Kau tahu tidak, si Filthy dikeluarkan dari sekolah?" bisik orang berlalu lalang, Charity hanya diam dan pura-pura menulikan pendengarannya.

"Aku bolos pelajaran pertama!" Charity berujar dan pergi meninggalkan sahabatnya. Ia berjalan menuju rooftop—tempat yang sering dia kunjungi—

***

Charity memberenggut di hadapan Greed. Ayolah, jika ia berekspresi seperti itu, Greed tidak tahan untuk tidak menerkamnya. Ia sudah panas dingin, tidak sabar membagi kasur dengan Charity.

"Mr. Greed maaf menganggu, tapi kenapa Anda senyum-senyum?" seseorang bertanya membuyarkan lamunan ... maksudnya khayalan Greed.

"Thrift, jika sekali lagi kau merusak fantasiku akan aku potong juniormu yang tak seberapa itu," gumam Greed kesal, sementara Thrift diam seperti biasa.

"Letakkan saja berkas itu di meja, aku ada urusan dengan seseorang yang mesti diberi pelajaran." Greed meninggalkan Thrift yang masih berada di dalam ruangan.

Greed yakin, Thrift tidak akan keluar dari ruangannya sampai ia menyuruhnya keluar. Karena dia adalah pelayannya paling setia, dan Greed membelinya dari orang tua sialan yang tega menjual anaknya. Jadilah seperti ini, Thrift akan menuruti semua ucapan Greed, apapun itu.

Greed melewati jalan yang dilewati Charity dan sampailah ia di atap sekolah, ia melihat punggung Charity. Dia sedang menghisap sesuatu ..., "Tunggu, apa itu sebatang rokok? Apa dia benar benar merokok?"

Mungkin ini terdengar lebay, tapi Greed bukan perokok dan ia benci dengan bau rokok.

Greed akan menyelamatkan Charity dari benda sialan itu, ia berjalan dengan pelan namun tergesa-gesa, merebut batang yang tengah dia hisap, Greed membuangnya. Saat Charity membalikkan badan dan ingin memaki, dengan cepat Greed melumat bibirnya.

Sialan, salahkan Charity dengan bibir super sensualnya itu. "Rasanya aneh berciuman dengan seseorang yang baru selesai merokok," lirih Greed dalam hati.

"Tetap manis," Greed bertutur.

Ia melepaskan ciuman itu dan tersenyum puas melihat Charity yang terdiam, namun hanya beberapa detik. Sampai tangan Charity hendak menampar wajah Greed. namun ditahan.

"Jangan merokok lagi," tambahnya, masih fokus melihat bibir basah itu. Karena tidak tahan Greed mengecup bibir Charity dan menghisapnya dalam.

"Sudah kubilang bukan, seberapa kuat pun kamu, aku tetap yang paling kuat. Kamu hanya ... seperempat dariku saja, jadi jangan macam-macam dan menurutlah denganku sedikit," ucapnya tersenyum sendiri dan membusungkan dada. Tapi, kini Charity berhasil menonjok perut kotak-kotak Greed, lalu pergi meninggalkannya yang terkekeh.

"Dia manis ... sangat manis, dan tentu saja si manis hanya milikku. Tidak akan kubiarkan siapapun mengambil milikku. Dia—Charity—sekarang adalah duniaku."

"Besok-besok aku akan menghisap lehernya, memberikan tanda. Ini benar-benar mengasyikkan." Greed bersemangat dan loncat seperti kelinci. Dunianya sekarang lebih bewarna.

***

Greed menatap heran kertas yang ada dihadapannya, atau lebih tepatnya dokumen yang berisikan biodata Charity dan semua tentangnya.

Yang membuat Greed tak percaya, adalah Charity anak dari Mr. Magnanime, awalnya ia pikir itu hanya kesamaan nama saja, tapi nyatanya tidak. Akan lebih mudah jika Charity adalah anak orang miskin, Greed bisa saja membelinya dari orang tuanya? Itu akan lebih mudah. Tapi, Greed kemudian ingat, saat Charity mengendarai motor keluaran terbaru yang pastinya sudah mengumumkan bahwa ia adalah anak orang kaya.

Greed menghela nafas, "Ini akan sulit, walaupun Ardour Corp. lebih keren ketimbang perusahaan milik Mr. Magnanime. Tapi, tetap saja keluarganya terpandang." Greed memijit pelipisnya, rencana jahat yang tersusun dari otaknya lenyap ketika tahu dia anak dari Mr. Magnanime.

Padahal rencana awalnya adalah menidurinya dan membuat Charity hamil. Itu sangatlah mudah. Tapi, mengingat ia masih remaja. Tidak pantas akan hal itu.

Rencana kedua; Greed akan membelinya, tapi itu juga harus dicoret, karena mana mungkin Mr. Magnanime akan menjual Charity padanya?

Dan rencana terakhir adalah menculik Charity dan memasungnya dalam rumah Greed. Tapi bagaimana dunia akan tahu kalau Charity adalah milik Greed si Demon?

Jadi, Greed tak punya rencana lain selain membuatnya menginginkannya. Itu sungguh akan menguras tenaga, Charity sangat jijik padanya.

Ponsel Greed bergetar dan melihat ID penelepon, itu Avarice—adik angkatnya—

Greed berdehem tanda ia sudah menerima panggilan.

[Big bro, siapa gadis yang kurang beruntung itu? Kau tahu, karma itu ada. Aku tak percaya kutukanku baru akan mempan sekarang.] Avarice senang.

Jika Greed bertemu dengannya, pastikan ia mencekik lehernya.

[Harusnya kau meralat ucapanmu, dia itu gadis yang beruntung. Karena manusia tampan ... setampanku menyukainya.]

[Yayaya ... terserah.]

[Sialan kau Avarice.]

[Apa daddy tahu, kau menyukai seseorang yang baru menginjak remaja?] tanyanya serius.

[Tidak ... belum, aku akan memberitahunya jika ia sudah menerimaku,] jawab Greed ragu. Ia takut mengecewakan Mr. Ardour.

[Kau ragu? Kurasa kau hanya menyukainya. Tak lebih.]

[Tidak Avarice, ini beda. Ini terasa nyaman ... perasaan ini menyenangkan. Dia terlampau manis, aku sangat marah jika ada orang yang menyentuhnya. Ini rasa yang pertama kali aku rasakan, dan sialnya ... aku merasakan hal itu pada dirinya.]

Greed memegang dadanya, perasaan aneh yang menyenangkan. Ia sungguh menyukai perasaan ini. Terdengar kekehan di seberang telepon.

[Ya ... kau benar-benar menyuk–ah tidak, kau benar-benar jatuh cinta.]

Dan ucapan Avarice memperjelas kalau Greed memang sudah jatuh cinta padanya. Ia tersenyum kecil, ini tidaklah buruk jatuh cinta pada seorang gadis yang baru menginjak remaja, dan tentu saja kita tidak akan tahu kepada siapa kita akan jatuh cinta dan itu tidak akan bisa dicegah.

[Big bro, lusa aku akan ke Aussie. Dan bisa tolong jemput aku? Kabar baiknya aku akan tinggal bersamamu, kakakku sayang. Oh iya, apa kau bisa menyewa club untukku mengadakan pesta?] tanyanya.

Dari seberang telepon saja, Greed sudah tahu dia sedang menunjukkan puppy dog eyes-nya.

[Satu minggu, kau hanya satu minggu tinggal di sini. Tidak lebih.] Greed tak terima.

[Andwae, Hyung! Aku akan berada di sisimu selamanya. Aku tidak menerima penolakan.]

Greed sangat membenci jika si sialan Avarice menggunakan Bahasa Korea seperti itu, entah dari mana dia tahu.

[Tidak!] Greed menghela nafas. [Baik ... baik, kau menang.]

Avarice bergumam pelan sebelum membicarakan sesuatu yang membuat Greed terkejut.

[Kudengar, kau sedang berada di Ardour's School? Jadi kau mengenal temanku tidak? Namanya Verice, Candid, Charity dan beberapa temanku yang lain. Kurasa bersekolah di sana tidaklah buruk bukan? Pasalnya aku sudah mengenal Charity dan teman temannya.]

[Tunggu, bisa kau ulangi nama temanmu siapa, Avarice?]

[Verice, Candid, Charity—]

[Ya, itu.]

[Apa, Charity ... Charity Magnanime.]

[Sialan! Sungguh sialan. Dia bukan lagi temanmu, Avarice. Dia calon kakak iparmu, dia orang yang membuaku seperti ini,] Greed berujar pelan. Dunia memang sempit.

[APA?! KAU PASTI BERCANDA! KURASA KAU MESTI KE PSIKOLOG! AKU TIDAK PERCAYA KALAU KAU MENYUKAI CHARITY YANG—]

Klik.

Greed memutuskan sambungan telepon, "Baiklah, fakta baru adalah Avarice bersahabat dengan Charity."

Garis lengkungan tipis terbentuk di bibir Greed, Greed tersenyum tipis jenis seringai.

"Aku mendapatkanmu, Baby," ucap Greed dan tak lupa seringainya.

Greed langsung menghubungi Thrift.

[Thrift, sewa High Rising Club dan pastikan tidak ada sundal yang menganggu di sana. Lusa kita akan mengadakan pesta,] gumam Greed dan langsung mematikan panggilan tersebut.

Greed melirik dokumen yang mesti ditandatanganinya, dan menorehkan beberapa tanda tangan pada proposal yang dikiranya layak, ponselnya terus saja bergetar membuat Greed mau tidak mau menjawab panggilan tersebut, tanpa melirik siapa yang menelepon Greed tahu itu pasti Avarice.

[Kau sungguh mengganggu, aku sedang bekerja sekarang,] jawab Greed tanpa basa basi.

[Akhir pekan ini Charity akan meresmikan pertunangannya.] ucapan Avarice membuat Greed tak dapat mencerna apa yang diucapkan Avarice di seberang telepon.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status