Charity membaringkan dirinya di kasur king size kamarnya, matanya terpejam namun tak tertidur, ia memikirkan bagaimana caranya menjauh dari seorang om-om lebay yang membuat Charity ingin membunuhnya setiap kali bertemu. Charity menarik nafas lalu menghembuskannya, dalam hidupnya dia memang sering dikejar-kejar, mulai dari seumurannya, pria dewasa, bahkan yang sudah lanjut usia. Tapi, kenapa harus yang, 'lebay'? Ini adalah mimpi terburuk bagi Charity.
"Aku sekarang percaya karma itu ada, dan sialannya seorang pria lebay yang serakah malah mengejarku," batin Charity kesal.Dengan ogah-ogahan, ia meraih ponselnya dan menelepon seseorang. Panggilan terangkat pada dering pertama.[Pa, aku harus pindah sekolah,] ucap Charity mantap.[Kenapa?][Jika Papa masih ingin melihatku, segera pindahkan aku dari sekolah sialan itu.]Butuh 30 detik Mr. Magnanime membalas. Itupun dengan nada tidak mengerti. [Daddy butuh alasan yang bagus,][Pa kali ini—][Tidak lagi, Papa ingin ini menjadi tahun terakhirmu pindah. Jika tidak, ucapkan selamat tinggal pada warisanmu itu.]Klik.Panggilan diputus secara sepihak dan detik itu juga ponsel miliknya dilempar ke dinding hingga layarnya pecah dan mati."Si Demon sialan itu yang menghancurkan hidup indah Sang Angel. Mati kau Greed."***Kebalikan dari Greed, Charity dengan ogah-ogahan pergi ke sekolah. Tadi malam ia tidak dapat tidur dengan baik karena mimpi sialan, dia memimpikan Greed hampir menelanjanginya."Tidak dunia nyata, tidak di alam mimpi dia selalu menganggu," kesal Charity.Tak butuh waktu lama Charity melirik jam tangannya, tepat pukul 7 Pagi, dia segera keluar dari apartemen dan menuju basement untuk mengambil motor hitam kesayangannya.Sekolah sudah lumayan dipadati siswa yang berlalu lalang, Charity memarkirkan motornya dan segera menuju kelas pertama hari ini."Hai Chare!" teriak sahabat-sahabatnya, Charity menoleh dengan ekspresi minim bergabung dengan sahabatnya."Kau tahu tidak, si Filthy dikeluarkan dari sekolah?" bisik orang berlalu lalang, Charity hanya diam dan pura-pura menulikan pendengarannya."Aku bolos pelajaran pertama!" Charity berujar dan pergi meninggalkan sahabatnya. Ia berjalan menuju rooftop—tempat yang sering dia kunjungi—***Charity memberenggut di hadapan Greed. Ayolah, jika ia berekspresi seperti itu, Greed tidak tahan untuk tidak menerkamnya. Ia sudah panas dingin, tidak sabar membagi kasur dengan Charity."Mr. Greed maaf menganggu, tapi kenapa Anda senyum-senyum?" seseorang bertanya membuyarkan lamunan ... maksudnya khayalan Greed."Thrift, jika sekali lagi kau merusak fantasiku akan aku potong juniormu yang tak seberapa itu," gumam Greed kesal, sementara Thrift diam seperti biasa."Letakkan saja berkas itu di meja, aku ada urusan dengan seseorang yang mesti diberi pelajaran." Greed meninggalkan Thrift yang masih berada di dalam ruangan.Greed yakin, Thrift tidak akan keluar dari ruangannya sampai ia menyuruhnya keluar. Karena dia adalah pelayannya paling setia, dan Greed membelinya dari orang tua sialan yang tega menjual anaknya. Jadilah seperti ini, Thrift akan menuruti semua ucapan Greed, apapun itu.Greed melewati jalan yang dilewati Charity dan sampailah ia di atap sekolah, ia melihat punggung Charity. Dia sedang menghisap sesuatu ..., "Tunggu, apa itu sebatang rokok? Apa dia benar benar merokok?"Mungkin ini terdengar lebay, tapi Greed bukan perokok dan ia benci dengan bau rokok.Greed akan menyelamatkan Charity dari benda sialan itu, ia berjalan dengan pelan namun tergesa-gesa, merebut batang yang tengah dia hisap, Greed membuangnya. Saat Charity membalikkan badan dan ingin memaki, dengan cepat Greed melumat bibirnya.Sialan, salahkan Charity dengan bibir super sensualnya itu. "Rasanya aneh berciuman dengan seseorang yang baru selesai merokok," lirih Greed dalam hati."Tetap manis," Greed bertutur.Ia melepaskan ciuman itu dan tersenyum puas melihat Charity yang terdiam, namun hanya beberapa detik. Sampai tangan Charity hendak menampar wajah Greed. namun ditahan."Jangan merokok lagi," tambahnya, masih fokus melihat bibir basah itu. Karena tidak tahan Greed mengecup bibir Charity dan menghisapnya dalam."Sudah kubilang bukan, seberapa kuat pun kamu, aku tetap yang paling kuat. Kamu hanya ... seperempat dariku saja, jadi jangan macam-macam dan menurutlah denganku sedikit," ucapnya tersenyum sendiri dan membusungkan dada. Tapi, kini Charity berhasil menonjok perut kotak-kotak Greed, lalu pergi meninggalkannya yang terkekeh."Dia manis ... sangat manis, dan tentu saja si manis hanya milikku. Tidak akan kubiarkan siapapun mengambil milikku. Dia—Charity—sekarang adalah duniaku.""Besok-besok aku akan menghisap lehernya, memberikan tanda. Ini benar-benar mengasyikkan." Greed bersemangat dan loncat seperti kelinci. Dunianya sekarang lebih bewarna.***Greed menatap heran kertas yang ada dihadapannya, atau lebih tepatnya dokumen yang berisikan biodata Charity dan semua tentangnya.Yang membuat Greed tak percaya, adalah Charity anak dari Mr. Magnanime, awalnya ia pikir itu hanya kesamaan nama saja, tapi nyatanya tidak. Akan lebih mudah jika Charity adalah anak orang miskin, Greed bisa saja membelinya dari orang tuanya? Itu akan lebih mudah. Tapi, Greed kemudian ingat, saat Charity mengendarai motor keluaran terbaru yang pastinya sudah mengumumkan bahwa ia adalah anak orang kaya.Greed menghela nafas, "Ini akan sulit, walaupun Ardour Corp. lebih keren ketimbang perusahaan milik Mr. Magnanime. Tapi, tetap saja keluarganya terpandang." Greed memijit pelipisnya, rencana jahat yang tersusun dari otaknya lenyap ketika tahu dia anak dari Mr. Magnanime.Padahal rencana awalnya adalah menidurinya dan membuat Charity hamil. Itu sangatlah mudah. Tapi, mengingat ia masih remaja. Tidak pantas akan hal itu.Rencana kedua; Greed akan membelinya, tapi itu juga harus dicoret, karena mana mungkin Mr. Magnanime akan menjual Charity padanya?Dan rencana terakhir adalah menculik Charity dan memasungnya dalam rumah Greed. Tapi bagaimana dunia akan tahu kalau Charity adalah milik Greed si Demon?Jadi, Greed tak punya rencana lain selain membuatnya menginginkannya. Itu sungguh akan menguras tenaga, Charity sangat jijik padanya.Ponsel Greed bergetar dan melihat ID penelepon, itu Avarice—adik angkatnya—Greed berdehem tanda ia sudah menerima panggilan.[Big bro, siapa gadis yang kurang beruntung itu? Kau tahu, karma itu ada. Aku tak percaya kutukanku baru akan mempan sekarang.] Avarice senang.Jika Greed bertemu dengannya, pastikan ia mencekik lehernya.[Harusnya kau meralat ucapanmu, dia itu gadis yang beruntung. Karena manusia tampan ... setampanku menyukainya.][Yayaya ... terserah.][Sialan kau Avarice.][Apa daddy tahu, kau menyukai seseorang yang baru menginjak remaja?] tanyanya serius.[Tidak ... belum, aku akan memberitahunya jika ia sudah menerimaku,] jawab Greed ragu. Ia takut mengecewakan Mr. Ardour.[Kau ragu? Kurasa kau hanya menyukainya. Tak lebih.][Tidak Avarice, ini beda. Ini terasa nyaman ... perasaan ini menyenangkan. Dia terlampau manis, aku sangat marah jika ada orang yang menyentuhnya. Ini rasa yang pertama kali aku rasakan, dan sialnya ... aku merasakan hal itu pada dirinya.]Greed memegang dadanya, perasaan aneh yang menyenangkan. Ia sungguh menyukai perasaan ini. Terdengar kekehan di seberang telepon.[Ya ... kau benar-benar menyuk–ah tidak, kau benar-benar jatuh cinta.]Dan ucapan Avarice memperjelas kalau Greed memang sudah jatuh cinta padanya. Ia tersenyum kecil, ini tidaklah buruk jatuh cinta pada seorang gadis yang baru menginjak remaja, dan tentu saja kita tidak akan tahu kepada siapa kita akan jatuh cinta dan itu tidak akan bisa dicegah.[Big bro, lusa aku akan ke Aussie. Dan bisa tolong jemput aku? Kabar baiknya aku akan tinggal bersamamu, kakakku sayang. Oh iya, apa kau bisa menyewa club untukku mengadakan pesta?] tanyanya.Dari seberang telepon saja, Greed sudah tahu dia sedang menunjukkan puppy dog eyes-nya.[Satu minggu, kau hanya satu minggu tinggal di sini. Tidak lebih.] Greed tak terima.[Andwae, Hyung! Aku akan berada di sisimu selamanya. Aku tidak menerima penolakan.]Greed sangat membenci jika si sialan Avarice menggunakan Bahasa Korea seperti itu, entah dari mana dia tahu.[Tidak!] Greed menghela nafas. [Baik ... baik, kau menang.]Avarice bergumam pelan sebelum membicarakan sesuatu yang membuat Greed terkejut.[Kudengar, kau sedang berada di Ardour's School? Jadi kau mengenal temanku tidak? Namanya Verice, Candid, Charity dan beberapa temanku yang lain. Kurasa bersekolah di sana tidaklah buruk bukan? Pasalnya aku sudah mengenal Charity dan teman temannya.][Tunggu, bisa kau ulangi nama temanmu siapa, Avarice?][Verice, Candid, Charity—][Ya, itu.][Apa, Charity ... Charity Magnanime.][Sialan! Sungguh sialan. Dia bukan lagi temanmu, Avarice. Dia calon kakak iparmu, dia orang yang membuaku seperti ini,] Greed berujar pelan. Dunia memang sempit.[APA?! KAU PASTI BERCANDA! KURASA KAU MESTI KE PSIKOLOG! AKU TIDAK PERCAYA KALAU KAU MENYUKAI CHARITY YANG—]Klik.Greed memutuskan sambungan telepon, "Baiklah, fakta baru adalah Avarice bersahabat dengan Charity."Garis lengkungan tipis terbentuk di bibir Greed, Greed tersenyum tipis jenis seringai."Aku mendapatkanmu, Baby," ucap Greed dan tak lupa seringainya.Greed langsung menghubungi Thrift.[Thrift, sewa High Rising Club dan pastikan tidak ada sundal yang menganggu di sana. Lusa kita akan mengadakan pesta,] gumam Greed dan langsung mematikan panggilan tersebut.Greed melirik dokumen yang mesti ditandatanganinya, dan menorehkan beberapa tanda tangan pada proposal yang dikiranya layak, ponselnya terus saja bergetar membuat Greed mau tidak mau menjawab panggilan tersebut, tanpa melirik siapa yang menelepon Greed tahu itu pasti Avarice.[Kau sungguh mengganggu, aku sedang bekerja sekarang,] jawab Greed tanpa basa basi.[Akhir pekan ini Charity akan meresmikan pertunangannya.] ucapan Avarice membuat Greed tak dapat mencerna apa yang diucapkan Avarice di seberang telepon.[Akhir pekan ini Charity akan meresmikan pertunangannya.] ucapan Avarice membuat Greed tak dapat mencerna apa yang diucapkan Avarice diseberang telepon.[Jan—]Baru saat Greed hendak menanyakan hal tersebut, panggilan diputus oleh Avarice. Greed menggeram marah dan mencoba menelepon adiknya, namun ponsel Avarice tidak aktif."Sialan," kesal Greed dan menghempaskan dokumen yang ada dihadapannya, pergi keluar ruangan menuju kesiswaan. Dia perlu tahu di mana kelas Charity sekarang."Berikan aku daftar pelajaran yang diikuti oleh Charity ... Charity Magnanime," ucap Greed to the point."Tapi untuk apa Mr. Ardour?" Perempuan paruh baya tersebut bertanya."Berikan saja."Greed menunggu sekitar 5 menit untuk mencari data Charity di database sekolah lalu mencetaknya. Setelah mendapatkan yang diinginkan, Greed langsung menuju kelas Charity."Kelas fisika," Greed menggumam, sekitar 10 menit Greed baru menemukan kelas Charity, Greed masuk
"Apa yang Anda ingin bicarakan?" tanya Mr. Magnanime duduk berhadapan dengan Greed, Greed gugup setengah mati."Em ... itu ... Em ... se–sebenarnya sa–saya ... em ingin mela–mar an—""Mr. Ardour." Mr. Magnanime merasakan kegugupan Greed.Greed menarik nafas dalam, meneguhkan hatinya, "Cukup Greed.""Em. Greed apa yang ingin kau bicarakan?" tanyanya yang sudah tidak formal lagi."Mengenai anak Anda Mr. Magnanime," ucap Greed pelan namun Mr. Magnanime tetap bisa mendengarnya."Ada apa dengan putra-putriku?""AkuinginmelamaranakAnda," ucap Greed cepat."Bisa kau ulangi, Greed?" pinta Mr. Magnanime.Greed mengambil nafas dalam, mulutnya terbuka hendak mengucapkan sesuatu sampai seorang gadis keluar dari pintu sudut ruangan menghentikan ucapan yang hendak Greed bicarakan.Mr. Magnanime mengalihkan pandangannya pada sosok itu. "Charity, kapan kau ke sini?""Baru saja," jawab Charity acuh dan melipat kedua tangany
"Itu sangat membantu, aku bisa dengan cepat menyalurkan hasratku."Tapi, bukan itu yang keluar dari mulut Greed"Tidak perlu!" tolak Greed sopan, padahal ia sangat ingin berada di kamar Charity. Hanya saja, ia takut hasrat gilanya tiba-tiba naik."Halo Mr. Ardour," sapa 2 orang, yang satunya wanita dengan dress selutut yang melekat pada tubuhnya. Dan satunya bocah lelaki berjas yang menatap kagum Greed. Mereka mengambil kursi di depan dan tak lupa mereka berebutan untuk duduk berhadapan dengan Greed."Jadi ada kepentingan apa Mr. Ardo—""Cukup Greed!" pintanya pada salah satu dari mereka. Ia tidak tahu nama mereka, soalnya mereka belum memperkenalkan diri secara resmi."Ngomong-ngomong ... perkenalkan dia Honest dan satunya Prob," ucap Mr. Magnanime memperkenalkannya anak-anaknya yang saat disebut namanya. Mereka tersenyum pada Greed, Greed mengangguk tanda mengerti."Baiklah ... ada apa seorang Greed hendak ke sini? Yang aku tahu, ka
"Katakan iya!""Tidk ... hh," desau Charity"Aku butuh jawaban iya, Charity!" ucap Greed dan mencerup leher Charity, bisa Greed pastika sekarang Charity menahan desauannya."Kita butuh kamar sekarang!" ucap Greed berbisik dan menyapu daun telinga Charity."Tidak ... pul ... ah.""Jika kau bilang tidak, aku akan membuatmu mendesau dan klimaks saat ini juga, Charity."Setelah mengucapkan hal itu, Greed mengendong Charity menuju kamar, jangan heran sebelum Charity sampai. Ia telah menelusuri semua ruangan yang ada di rumah Charity. Jadi ia tahu di mana kamarnya. Setelah sampai di kamar, Greed hempaskan tubuh Charity di atas kasur dan mulai mengecupnya lebih ganas."Ah ...," desaunya, saat tangan Greed sudah memasuki kaos yang Charity kenakan."Mau bertunangan denganku, Charity?" tanya Greed."Tid ... hh.""Sudah kubilang jika kau bilang tidak, akan aku buat kau terus mendesau tanpa kepuasan," balas Greed, menyapu dar
"Bagaimana aku bisa baik-baik saja," jawab Charity kesal, saat hendak melangkah bagian bawahnya terasa perih."Istirahatlah, aku yang akan melayanimu hari ini," ucap Greed dan segera meraih tubuh Charity untuk ditidurkan di ranjang. Charity menggeram marah."Setidaknya pakai pakaianmu dulu Greed!" Sementara Greed hanya tersenyum malu-malu, meraih baju serta celananya yang berserakan di lantai."Setelah kejadian semalam, kau tidak mungkin bisa berjalan dengan baik, Baby. Kalau kuingatkan saat itu aku menusukmu tanpa pelumas, dan kita melakukannya sampai pukul 5 Pagi. Wow!" detail Greed pada Charity, sementara Charity ingin sekali melempar Greed pakai pisau."Kau meniduriku!" ralat Charity cepat.Greed mencibir, menciptakan raut pengen digampar. "Sungguh? Siapa yang meminta dimasuki lagi setelah mencapai klimaks pertama?"Dan saat itu juga Charity melempar Greed menggunakan ponsel yang kebetulan ada di samping meja lampu tidur."Lempara
Mobil Greed tak beranjak dari basement, ia benar-benar ingin meninggalkan Si Bodoh Charity selamanya. "Tidak bisakah dia hanya menghargaiku? Cih, bocah sialan yang sukses membuat duniaku jungkir balik.""Aku tidak harus menyerah untuk mendapatkan hatimu, Charity," gumam Greed.Sialnya Greed sudah mulai ketergantungan oleh tubuh Charity, tubuhnya selalu bereaksi berlebihan. Ia rasa, ia butuh seseorang untuk mendengarkan keluh kesahnya. Greed tidak mungkin menelepon Thrift, ia jamin Thrift akan sangat menyebalkan nanti. Setelah menimang ponsel, akhirnya Greed menelepon seseorang. Telepon terhubung dan detik berikutnya, Greed langsung bicara.[Pride! Apa kau masih di Amerika?][Ya!][Kau menetap?][Tidak, tapi kurasa akan lama. Aku memiliki majikan sekarang.][Kau jatuh miskin, Pride? Kau kenapa bisa menjadi babu seperti itu?][Tidak sama sekali. Aku mendapat bayaran yang setimpal.][Bayarannya apa?][Tubuhnya.]
"Apa-apaan ini Env, kau tidak perlu—""Bisakah kau tutup mulutmu itu, Greed?" Charity menyela, sekarang Charity sudah telentang dan membuka resleting celananya."Maaf!" mohon Envy sebelum menarik ke bawah celana Charity, sekarang Si Iri Envy sudah melihatnya. Dia mendengus pelan, mengingat milik Kindy."Berapa lama kau memasukinya? Kau ingin dia tak berjalan seminggu. Hah ...?" Envy mengambil kapas yang diberi alkohol."Nghh ....""Charity, jangan mendesau," ujar Greed tak terima dengan suara berat."Sial ... an aku ... tidak ... ngh mendesau. Ini perih, tolol.""Lain kali Charity, jangan biarkan Greed memasukimu seenaknya, beruntung ini tidak terkoyak," gumam Envy, masih mengolesi kapas beralkohol pada milik Charity."Ngh ....""Berhenti meringis, Charity," ucap Greed."Kenapa lagi?""Kau membuatku ingin memakanmu, sekarang," ucap Greed dan terus menatap ke lobang Charity, baik otak Greed memang jorok. sia
Charity sampai di apartemen dengan mengendarai mobil Greed, salah sendiri kenapa Greed lama. Dengan tak berdosanya Charity malah meninggalkan Greed, padahal Charity baru menunggu 2 menit.Sesampainya di apartemen dia segera menduduki sofa. Tak beberapa lama, bel apartemennya berdering Charity sempat mengira itu Greed namun prasangkanya segera ditepis saat salah satu sahabatnya meneleponnya dan memaki Charity.Dengan susah, Charity membuka pintu, sahabat-sahabatnya segera berhamburan masuk."Kenapa tidak masuk, Chare?" tanya Candid pada Charity.Charity mengikuti sahabat-sahabatnya berjalan di belakang mereka, namun Honor berada di belakang Charity."Chare, ada yang beda dari caramu berjalan. Dan kurasa bokongmu sedikit besar sebelah," ujar Honor terang-terangan membuat 2 sahabatnya berhenti dan mundur, mereka memerhatikan Charity."Benarkan?" tanya Honor antusias. Sementara Verice dan Candid mengangguk menyetujuinya."Seberapa gan