(ADEGAN 18+, DIHARAPKAN KEBIJAKAN DALAM MEMBACA)Jo tidak mendengarkan. Ia mencengkram pergelangan tangan Archy sambil menyesap leher Archy. Perlahan lelaki itu mencumbui kembali istrinya dan Archy hampir kehabisan napas. Sepanas ini, bahkan tubuhnya bergejolak merasakan sentuhan Jo yang terus menjalari sanubarinya."I'm your husband, gua berhak ngapa-ngapain lo." Jo berbisik.Archy menahan napas saat suaminya itu menyentuh dadanya. Archy merasakan pipinya memerah, ia tidak tahu bila rasanya secanggung itu. Hatinya menolak tapi tubuhnya tidak, ia malah menyentuh punggung tangan Jo yang sedang sibuk memijat dadanya. Lidah mereka bertautan, Archy bagai tenggelam dalam lautan fantasi yang tidak bisa diungkapkan dalam kata-kata.Tubuh Jo terasa berat tapi hangat, Archy menyukai bagaimana Jo memeluknya, menciuminya dan bagaimana lelaki itu mengeluarkan napasnya yang terasa memburu. Aroma tubuh Jo yang dominan parfum merek Atelier itu telah membuat Archy larut hingga tidak sanggup menolak.
Pagi itu Archy dan Jo duduk berjauhan di meja makan. Keduanya tak saling menyapa padahal itu merupakan hari libur. Tidak ada asisten yang datang saat hari libur karena mereka sudah berjanji akan membagi tugas rumah."Gua bagian nyapu sama ngepel hari ini, lo bebas mau kayang, mau jungkir balik juga gua enggak peduli." Jo mengunyah pisang sambil menatap Archy saksama."Ya." Archy menjawab singkat sambil menyuap nasi ke dalam mulutnya.Kejadian tadi malam agak mencengangkan. Keduanya benar-benar malu karena sudah berbuat sejauh itu tanpa disangka-sangka. Archy tidak menyangka bila ia akan membuka pakaian di hadapan laki-laki yang menjadi suaminya itu. Walau suami, tetap saja Archy belum siap penuh. Untung Jo mimisan cukup lama tadi malam, mereka berdua batal melakukan hubungan suami-istri."Jutek banget." Jo mendengus. "Malu ya?""Siapa juga yang malu, enggak tuh biasa aja!" Archy ngeles, padahal ia memang malu. Bahkan membahas kembali saja ia tidak mau.Jo tertawa kecil. Setidaknya ia
Archy mengerjapkan mata, ia terbangun setelah tidur kedua dan berhasil melupakan mimpi mesum sebelumnya. Perlahan kelopak matanya terbuka, ia sudah terpejam selama tujuh jam lamanya pada hari itu.Archy menelisik, ia kemudian memiringkan tubuh ke arah Jo untuk memandang sang suami. Akan tetapi lelaki itu terlihat tidur dengan dahi berkeringat, bibirnya yang pink berubah menjadi pucat. Archy menautkan kedua alis, ada yang aneh dari tidur Jo."Jo? Kamu kenapa hey?" Archy mulai panik.Tangan Archy menyentuh leher Jo dengan punggung tangannya. Ia kemudian memegang kening Jo dan terasa bila suhu tubuh suaminya itu meningkat. Archy buru-buru beranjak dari ranjang, membersihkan diri sebentar kemudian mengambil termometer. Ia mengangkat tangan Jo dan menyelipkan termometer itu di ketiak Jo."Hmm Archy sayang, pusing." Jo merengek layaknya anak kecil. "Mau ciuman.""Heh lagi demam malah minta ciuman!" Archy mengomeli suaminya itu sambil mengambil plester turun panas. "Aku buatin makan ya, teru
Akhirnya Jo diperkenankan pulang ke rumah oleh Dokter. Lelaki itu masih terlihat lesu, akan tetapi berkat obat-obatan yang diberikan Rumah sakit kondisi Jo jauh lebih baik dari sebelumnya. Sepanjang perjalanan pulang, Jo tidak melepaskan genggamannya dari tangan Archy. Bahkan lelaki itu bersandar di pundak Archy hingga gadis tersebut pegal bukan main."Jo, pundak gue sakit banget dah ketiban lo. Bentar gue peregangan dulu." Archy merintih sambil menggerak-gerakkan lehernya setiba di kediaman mereka. "Lo beneran kayak beruang raksasa."Jo menatap Archy sambil menaruh tas yang dibawanya. Perlahan lelaki itu mendekat, menaruh tangannya di pundak Archy. Dengan tenaga seadanya Jo memijat bahu Archy. Archy mendesis, menolehkan sedikit wajahnya pada Jo."Lo pan sakit, enggak usah Jo gak apa-apa." Archy menepis tangan Jo."Kan lo kayak gini karena gue. Udah, terimain aja mumpung gue lagi murah hati." Jo mengulas senyum manis. "Lagian gue mendingan setelah di infus obat-obatan, apalagi lo pega
Archy tengah menyiapkan makanan yang dimasaknya itu di meja. Jo duduk di kursi dengan dagu sedikit terangkat, ia memandang semua masakan buatan Kiara dengan wajah yang sedikit pucat. Tampak Jo hendak mengambil gorengan untuk camilan, akan tetapi Archy langsung memukul tangan Jo."Apa sih Chy?" Jo protes."Pake nasi!" omel Archy.Mas Bulan memperhatikan keduanya kemudian mengulas senyum. Archy memang terlihat seperti calon ibu yang baik dengan sikap demikian. Sejujurnya, mas Bulan menginginkan gadis seperti Archy untuk menjadi pendamping hidupnya."Dasar pelit. Kan nanti gue makan juga pake nasi." Jo bersungut-sungut."Pokoknya sama gue gak ada acara lauk makan dicemilin ya, Bapak Jo. Sini piringnya gue ambilin nasi." Archy mengulurkan tangan dan mengambil piring milik Jo.Jo terlihat gemas melihat Archy. Mas Bulan bisa melihat bila itu merupakan sorot mata Jo yang begitu berbinar untuk pertama kalinya pada seorang perempuan. Entah karena Archy memang menarik, atau memang gadis itu mem
"Sakit enggak?" tanya Archy.Pagi itu Archy sengaja merawat Jo yang masih sakit. Karena kepalanya gatal, Archy memutuskan untuk membantu suaminya itu keramas. Jo tengah duduk di depan meja rias dan Archy mengeringkan rambutbya."Enggak, lo kira rambut gue sepanjang apaan make sakit segala?" Jo berbalik tanya.Archy tertawa kecil. Dengan iseng ia menjambak rambut Jo. Sontak lelaki itu mendesis, ia mencubit pelan lengan Archy."Jail ya lo?" Jo tertawa kecil. "Tapi omong-omong, gue enggak nyangka sih lo mau keramasin gue kayak gini. Makasih ya?""Ya enggak apa-apa. Lagian peralatan di rumah ini lumayan canggih, kita bisa salon-salonan gratis. Bahkan gue bisa kok pijit juga." terang Archy sambil mematikan hair dryer. "Mau dicatok sekalian?""Emang gue mau kemana dicatok segala? Kagak usah Chy, seharian gue di rumah sama lo ini." Jo tertawa kecil."Ya enggak apa-apa siapa tahu lo mau di keriting kayak wig Spongebob yang putih."Jo sontak tertawa membayangkan adegan film Spongebob yang Arch
(Adegan 21+, silakan di skip jika tidak berkenan!)Bibir dua anak manusia itu bertautan dengan mesra. Archy menelan setiap bulir saliva yang saling bertukar dengan hangat. Tubuh mereka rapat, setiap inci kulit mereka bersentuhan tanpa penghalang sehelai pun. Archy melingkarkan lengannya di atas bahu Jo yang lebar dengan kedua telapak tangan menakup belakang kepala Jo."Jo," bisik Archy dengan nada memohon."Sayangku." jawab Jo dengan mata sayu.Archy menyaksikan hidung serta bibir Jo mendarat di bahunya, menyusuri setiap inci tengkuk cantik itu dengan rambut tersibak. Jemari Jo yang besar menakup kedua dada indah Archy dan memberikan kehangatan yang Archy dambakan. Tak ada amarah atau perasaan emosional, hanya ada perasaan menggebu-gebu diantara sepasang suami istri itu. Napas mereka tersengal-sengal, setiap sentuhan satu sama lain membuat keduanya mabuk kepayang."Kamu hangat, Jo." bisik Archy dengan leher mendongak.Jo tidak menjawab apa-apa. Lelaki itu menyelinap di balik lengan Ar
"Archy cantik sekali! Duh, wajah secantik ini ditangani oleh perias pengantin yang profesional tentu kamu jadi terlihat lebih cantik lagi. Nathan pasti lemas melihat calon istrinya yang sangat cantik!" Bu Fatma, pengasuh Archy sejak kecil itu tersenyum ke arah Archy sambil merapikan gaun yang dikenakan gadis itu.Archy mengulas senyum sambil memandang pantulan dirinya di depan cermin. Ia tidak menyangka bila hari itu adalah hari teralisasinya pernikahan antara ia dengan Jonathan sang kekasih. Archy adalah seorang Designer pakaian yang cukup terkenal, lewat profesi itulah ia kenal dengan salah satu owner Perusahaan fashion kelas atas bernama Jonathan.Pertemuan mereka singkat hingga akhirnya saling jatuh cinta dan langsung memutuskan menikah di anniversary mereka yang ke dua tahun. Semuanya berjalan lancar, kedua pihak keluarga juga mendukung semua keinginan mereka hingga tiba di hari bahagia tersebut.Archy tidak bisa menggambarkan bagaimana bahagianya ia pada hari itu. Jonathan adala