Share

Mendadak Ragu

POV: SYARIF

Kuterima sepucuk surat itu dari tangan Susi. Sepupuku yang centil itu datang di malam hari, sepulang kantor, masih dengan pakaian lusuh dan bau badannya yang menyengat karena ia belum mandi.

"Surat apa, nih?"

"Dari Mbak Ryana."

"Tentang apa?"

"Baca aja sendiri!"

Bergetar tanganku saat menyobek amplop dan mengeluarkan secarik kertas dari dalamnya. Surat apakah gerangan? Tumben Ryana mengirim surat? Emangnya tak bisa lewat WA atau email atau inbox Facebook? Zaman canggih begini kok masih surat-suratan!

Kutatap Susi, kuamati seluruh tubuhnya.

"Kamu belum mandi, ya?"

"Belum. Soalnya tadi langsung ke sini."

"Sana, mandi dulu."

"Nanti aja kalau udah pulang ke rumah."

"Mandi di sini aja. Aku mau baca surat ini. Sendirian."

"Mbak Ryana pesan, Susi harus di sini waktu Mas Riprip baca suratnya."

"Kok gitu?"

"Gak tahu. Dia mintanya gitu. Susi nurut aja."

"Kamu gak bohong, kan?"

"Suer, gak bohong!"

"Suer apa Demi Allah?"

"Demi Allah!"

"Hm...," aku menggumam. Terpaksa deh, kubiarkan ma
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status