Share

Salah Ranjang
Salah Ranjang
Penulis: Losi

Malam Menikah Pagi Bercerai

Pintu bercat coklat itu terbuka lebar saat terdobrak dari luar membuat tidur penghuni di dalam kamar terusik. Seorang pria dengan setelan jas pernikahan yang terlihat kusut memasuki kamar dengan raut wajah penuh amarah.

“Rhea!”

Wanita yang saat ini tengah terbaring di atas ranjang, mengerjapkan mata saat mendengar suara gaduh nan berisik. Dengan kepala masih terasa pening, ia berusaha meraih kesadaran mendengar suara sang suami terus berteriak memanggil namanya.  

“Rhea!”

Wanita tersebut bangun menegakkan punggungnya dan hal pertama yang ia lihat adalah wajah suami yang baru menikahinya semalam tampak berang diselimuti aura kehitaman yang seolah menguar. “Ada apa, Sayang?” tanyanya dengan suara parau. 

“Ada apa?! Kau masih bertanya ada apa?! Kau tidur dengan pria lain dan masih berani bertanya?!” teriak Rylan. Pria yang menikahi Kamarhea Violyn, wanita yang saat ini seolah masih belum menyadari apa yang terjadi. 

“Apa mak–” suara Rhea menggantung saat ia menoleh ke samping dan mendapati seorang pria berbaring menyamping membelakanginya. Matanya seketika melebar dengan jantung yang seolah hendak meloncat keluar. Terlebih saat menyadari bahwa ia sama sekali tak mengenakan sehelai benang di mana gaun pengantinnya semalam telah teronggok di lantai bersama pakaian dalamnya. 

Tangan Rhea yang gemetar terangkat menutup mulut saat bayangan apa yang terjadi semalam terlintas. Semalam ia mabuk, tapi ia masih sadar saat pria yang ia kira Rylan Joe, suaminya, menyentuh setiap jengkal tubuhnya dan menikmati malam pertama yang panjang. 

Apa yang sebenarnya terjadi? Siapa yang salah di sini? Rhea berusaha kembali mengingat. 

Semalam adalah hari bahagianya, menikah dengan Rylan, kekasih yang telah satu tahun menjalin kasih dengannya. Acara diadakan di ballroom salah satu hotel di Bali di mana ia dan Rylan hanya mengundang rekan kerja dan teman terdekat. Seperti acara pernikahan pada umumnya, setelah acara selesai dilanjutkan dengan acara jamuan bersama teman-temannya. Ia yang tak bisa minum terpaksa menghabiskan dua gelas kecil alkohol karena paksaan mereka. Alhasil ia mabuk dan tak bisa melanjutkan acara. Akhirnya Rylan menyarankannya untuk beristirahat lebih dulu ke kamar yang telah ia pesan sebelumnya sementara ia sendiri kembali berkumpul bersama teman-temannya. Dan saat seseorang menyentuh tubuhnya, ia kira itu adalah Rylan yang telah kembali setelah jamuan selesai. Tapi bagaimana bisa yang tidur dengannya adalah pria lain? Terlebih ia sama sekali tak mengenal pria itu sama sekali. Apa ia salah kamar? Tapi tidak, Rylan lah yang membawanya ke kamar itu.

Rhea menatap Rylan dengan raut kehancuran yang tercetak jelas di wajah. Bibirnya bergetar, sama bergetar hebat dengan tubuhnya sekarang. “I– ini tidak seperti yang kau pikirkan. Aku–”

“Apa maksudmu tak seperti yang kupikirkan! Dengan keadaanmu sekarang kau masih berusaha mengelak?! Aku tak menyangka kau benar-benar menjijikan!” teriak Rylan dengan menunjuk Rhea juga pria yang saat ini masih terbaring seolah tak terusik. Merasa benar-benar muak, Rylan menghampiri pria tersebut dan melayangkan tamparan guna membangunkannya. “Hei! Bangun kau sialan?!” teriaknya.

Mata pria tersebut terbuka kemudian bangun menegakkan punggungnya dengan memegangi pipinya yang terasa panas. 

Rylan menarik tangan pria tersebut hingga ia berdiri dan menunjukkan tubuhnya yang juga tanpa sehelai kain. “Kau pasti memang selingkuhannya kan?!” teriaknya tepat di depan wajah pria itu kemudian hendak kembali melayangkan pukulan. Namun dengan cepat pria tersebut menahan kepalan tangan Rylan dan menatapnya dengan raut wajah yang dingin dan datar. “Sayang sekali istrimu yang sengaja naik ke atas ranjangku dan menggodaku,” ucapnya dengan suara tegas dan dingin. Dihempasnya kasar tangan Rylan hingga membuatnya jatuh terduduk di atas dinginnya lantai. Setelah itu tanpa mengatakan apapun ia mengambil pakaiannya yang teronggok di lantai kemudian melangkah menuju kamar mandi meninggalkan Rylan dan Rhea yang tampak begitu shock.

Suara Rhea tercekat di tenggorokan saat mendengar penuturan pria yang kini menutup pintu kamar mandi dengan keras. Tidak mungkin, rasanya benar-benar tidak mungkin. Bagaimana mungkin ia melakukannya? Tidak, meski ingatannya samar tapi ia yakin bukan ia yang sengaja mendatangi ranjang pria itu. 

Rylan bangkit berdiri menatap Rhea dengan raut wajah semakin terbakar benci. “Detik ini juga aku menceraikanmu!” 

Dunia Rhea seakan runtuh bersamaan dengan teriakan Rylan mengumandangkan kata perceraian. Bahkan mereka belum mengecap manisnya pernikahan, tapi dalam sekejap mata semuanya hancur berantakan. Air mata Rhea yang sedari tadi telah jatuh kini kian tak terbendung. Ia tak dapat berpikir lagi, tak memikirkan siapa pria yang saat ini ada di kamar mandi dan mengambil malam pertamanya. Tak dapat berpikir lagi apalagi yang terjadi setelah ini karena yang ia pikirkan adalah ucapan Rylan.

Melihat Rylan berbalik dan hendak pergi meninggalkannya, Rhea segera bangkit dari ranjang dan menahan kaki Rylan. Ia duduk bersimpuh dengan kedua tangan memegang kuat kaki Rylan. “Tidak, tidak, kumohon jangan. Percayalah padaku aku sama sekali tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Aku sama sekali tidak mengenalnya. Kumohon jangan mengatakan kata itu di saat kita baru menikah semalam, Rylan. Kumohon,” raung Rhea dengan air mata yang seakan mampu membanjiri lantai. Ia mencintai Rylan, sangat, tak mungkin baginya berpisah dengan pria yang ia cintai dengan cara seperti ini. Apalagi pernikahan mereka baru berjalan dalam hitungan jam.

“Lepaskan! Kau benar-benar sampah! Menjijikan! Lepaskan tangan menjijikanmu dariku, murahan!” teriak Rylan dengan berusaha menarik kakinya. 

Tangisan Rhea semakin keras dan nyaring terdengar memenuhi kamar di mana ia tetap berusaha menahan kaki Rylan yang berusaha menendang agar kukuhan tangannya terlepas. “Tidak! Tidak! Aku minta maaf, tapi sungguh, kumohon percayalah padaku. Aku mohon! Aku benar-benar tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi!” 

Tepat di saat itu dua orang pria memasuki kamar dengan membawa kamera di tangan. Tak menyiakan kesempatan, mereka segera mengambil gambar tak peduli tubuh Rhea tak terlindungi selimut dengan sempurna. Mereka adalah wartawan yang hendak meliput momen pernikahan Rhea dan Rylan. Rhea adalah seorang model sekaligus selebgram. Meski wajahnya tak banyak muncul di tv namun namanya cukup terkenal di dunia maya. 

“Hentikan!” Seorang wanita yang tak lain adalah asisten sekaligus sahabat Rhea datang dan berusaha menahan wartawan mengambil gambar. Ia berusaha mendorong wartawan itu agar segera keluar. “Hentikan! Hentikan! Aku bisa menuntut kalian ke kantor polisi!” teriaknya hingga suaranya nyaris habis. 

Sementara Rhea seolah tak peduli, ia tak peduli meski tubuhnya hanya terlindungi selimut yang tak sempurna menutupi seluruh bagian tubuhnya. Ia masih berusaha menahan kaki Rylan dan berharap Rylan memberinya kesempatan. 

“Argh! Lepaskan aku sialan!” teriak Rylan dan dengan terpaksa mendorong bahu Rhea agar melepaskannya. 

Rhea terdorong hingga kepalanya membentur nakas kecil di samping ranjang. Setelahnya Rylan segera pergi meninggalkan Rhea yang terus memanggil namanya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status