Beranda / Romansa / SamRann / Bab 9 kau di mataku

Share

Bab 9 kau di mataku

Penulis: Empit
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-14 09:31:53

Bel istirahat berbunyi, semua anak bersorak. Ada yang langsung berlari ke kantin, ada yang ini, ada yang itu, dan sebagainya. Begitu juga dengan Tiara.

"Rann, kantin yuk," ajak Tiara yang sudah berdiri dari bangkunya.

"Gak ah, gue mau keperpus," jawab Rann. Mengingat uangnya telah terpakai untuk membeli sarapan Melly pagi tadi. Dan sisanya akan dia tabung.

Rann berjalan menyusuri koridor menuju perpustakaan. Rey yang melihatnya mengikuti dari belakang. Dia penasaran apa lagi yang akan dilakukan gadis itu. Langkahnya terhenti saat Rann memasuki ruangan. Perpustakaan, itulah kata yang tertera di sana.

Dari kejauhan Rey melihat Rann asyik memilih buku-buku kemudian duduk dan membacanya bersama dengan Alika yang juga ada di sana. Tidak heran jika Alika yang berada di sana, karena Alika sendiri adalah anak yang cerdas dan rajin, boleh di bilang "si jeniusnya anak Somplak". Alika sering meluangkan waktunya di perpustakaan walaupun itu hanya sekedar untuk melihat buku-buku terbaru atau duduk merenung sendiri.

"Al, boleh cerita gak?" tanya Rann seraya menutup bukunya.

"Cerita apa?" jawab Alika yang kelihatanya tidak terlalu penasaran dengan cerita Rann karena Dia masih saja menghadap buku tebalnya.

"Tentang Rey," ucap Rann menunduk karena sedikit takut untuk menatap netra sahabatnya itu.

"Hmmm tentang Rey, kenapa?" tanya Alika dengan nada cuek dan dia masih dalam posisi yang menghadap buku tebal.

"Ya, Rey, Al kayaknya gue udah mulai ada rasa deh sama dia," ucap Rann lirih. Berusaha selirih mungkin

"Apa?" ucap Alika, matanya melebar. seketika Rann langsung menutup mulut Alika.

"Ish! jangan kenceng-kenceng ntar yang lain pada denger lagi, apalagi kalau kakak kelas yang denger, kan berabe," peringat Rann ketakutan.

"Iya, sorry-sorry. Tapi Lo beneran, suka sama Rey??" bisik Alika yang tak percaya dengan apa yang di dengarnya.

"Gak tau juga Al sama perasaan gue, jadi bingung sendiri deh guenya." Memang benar, Rann masih bingung dengan perasaannya sendiri.

"Tapi gak usah bisik-bisik gitu juga kali," gerutu Rann.

Keduanya terkekeh, walaupun sebenarnya Alika masih tak percaya dengan apa yang di dengarnya. Karena  dia tau, Rann bukan tipe cewek yang mudah jatuh cinta gitu aja, apalagi sama kakak kelas kece kaya Rey. cowok terakhir yang Rann ceritakan adalah Gilang. Teman SMP-nya dulu yang pernah mencuri hatinya saat kelas 8.

"Al, tapi Lo janji ya, gak akan cerita-cerita ke yang lain," pinta Rann, karena dia takut kalau teman-temannya yang lain tau, dia akan jadi bahan ledekan.

"Woles aja, Santai kali Rann, kayak di pantai," ujar Alika cengengesan berusaha agar suasana tidak menjadi canggung.

"Al, lo jadi orang pertama yang tau tentang ini," jujur Rann.

Setelah cukup lama berbincang tentang perasaan Rann pada Rey, akhirnya keduanya kembali membahas pelajaran lagi.

 Perbincangan keduanya tidak sampai terdengar oleh Rey yang sedang berdiri di hadapan rak buku dengan berpura-pura memilih buku yang tak kunjung di temukan. Selain karena keduanya yang sengaja bicara berbisik-bisik, jarak antara keduanya dengan Rey pun cukup jauh.

"Rey, kenapa tak pernah sekalipun terbesit dalam pikiran lo tentang perpus?" batin Rey dalam lamunannya seraya menatap lekat wajah cantik Rann.

"Gue kira gue udah kenal lo Rann. Dan waktu yang udah kita lalui bersama, itu lebih dari cukup buat gue bisa bilang, kita udah jadi teman dekat dan saling kenal, tapi gue salah Rann, kita itu begitu jauh," gumam Rey merasa insecure pada Rann.

Jam istirahat berakhir dan bel tanda masuk telah berbunyi. Seluruh anak yang berada di perpus bergegas meninggalkan perpus, begitu juga dengan Rann dan Alika. Keduanya kembali ke kelas disusul juga dengan Rey yang kembali ke kelasnya setelah menyadari waktu istirahat telah usai.

Selesai jam pelajaran terakhir, seperti biasanya Rann menemui Rey di ruang musik. Keduanya kembali memainkan jari jemarinya dan menikmati alunan musik yang terdengar.

"Rey, pulang yuk," Ajak Rann yang merasa bosan saat latihan.

"Pulang? Tapi-" Sebelum Rey selesai berucap Rann dengan cepat memotong.

"Udah, lanjutin besok aja," potong Rann dengan cepat merampas peralatan di tangan Rey kemudian menarik Rey keluar.

"Baiklah, saya antar kamu." Rey pasrah dengan keinginan Rann.

 Keduanya mengakhiri latihan dan bergegas untuk pulang. Seperti biasanya Rey mengantar Rann dengan motornya. Tak jauh dari sekolah, tepat di lampu merah, tiba-tiba Rann meminta turun dari motor dan berjalan ke depan tanpa sebab. Melihatnya membuat Rey bingung. Rey tak tau apa yang akan Rann lakukan. Namun semua pertanyaan Rey terjawab seketika saat Rann berusaha membantu seorang nenek-nenek untuk menyebrang jalan.

"Rann, hati lo tuh apa sih? Orang yang gak lo kenal aja di bantu, lo tuh terlalu indah buat gue miliki, sedangkan gue ... gue hanya mimpi buruk buat lo Rann, kita tuh langit dan bumi, minyak dan air, yang gak akan pernah bersatu," batin Rey dalam lamunannya seraya mengamati Rann dari jauh.

"Woiii kok ngelamun sih," ucap Rann yang tiba-tiba sudah berada di sisi Rey dan berhasil mengejutkannya.

"Gak-gak papa kok," jawab Rey gugup merasa seperti maling yang tertangkap basah.

"Ya sudah, lanjut yuk, udah makin sore nihhh," ajak Rann dan Rey hanya mengangguk.

Keduanya kembali melanjutkan perjalanan pulang, hingga sampai di rumah Rann. Kali ini Rann cukup punya keberanian untuk membawa Rey pulang sampai di rumah karena Rann tau, kali ini dia tidak sedang melakukan kesalahan yang akan membuat Mamanya marah.

                         *****

Rey pulang dengan hati gelisah, Rey merasa insecure dengan keluarga Rann. Ingin rasanya dia punya keluarga sepertinya. Tapi keadaan keluarga Rey tak memungkinkan.

Ayahnya yang sedang dinas di luar, Adik laki-lakinya yang juga mengikuti sang Ayah. Buat jaga-jaga kata bundanya. Huh, dasar posesive.

Ingin rasanya agar Adiknya itu pindah sekolah saja agar bisa bersama. Tapi semua itu hanya sekedar angan. Sejak dulu, Rey ingin sekali bisa meluangkan waktunya bersama keluarga. Layaknya keluarga bahagia lainnya.

Sebagai pelampiasan, Rey mengikuti berbagai kegiatan di sekolah. Dan juga ikut balapan walau kadang juga balapan liar dia ikuti. Tapi di balik semua itu, Rey tetap mempertahankan prestasinya di bidang akademik.

Lain halnya kedua adiknya. Ya, Rey punya dua adik. Mereka tiga bersaudara. Anak kedua laki-laki dan yang ketiga perempuan. Adik laki-lakinya itu terbilang cukup kalem dan cerdasnya luar biasa bahkan Rey saja kalah. Sedangkan adik perempuannya itu cukup aktif orangnya. Jangan tanyakan soal otaknya, karena mereka bertiga itu sama.

Jadi, bisa di bayangkan seperti apa ayah bundanya. Tapi, apakah takdir mereka juga akan sama? Atau, dengan lika-liku yang jauh berbeda? Entahlah, hanya tuhan yang tau.

*****

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • SamRann   Bab 33 surat Devano

    "Assalamualaikum."Terdengar salam dari lantai bawah, dan tak lama setelah itu terdengar percakapan beberapa orang. Rann yang penasaran pun memutuskan untuk keluar dari kamar dan melihat apa yang terjadi."Kak, siapa di bawah?" tanya Rann saat berpapasan dengan David di tangga, rupanya David juga penasaran."Kayaknya, Mama, Papa.""Sayang ...," teriak Nia saat melihat keduanya menuruni tangga."Mama ..,." pekik Rann seraya mengbambur kedalam pelukannya, tak lupa pula mencium takdim punggung tangan kedua orang tuanya."Oleh-olehnya mana??" tanya Rann dengan nada manjanya."Kamu ini," ucap Krishna yang gemas dengan putrinya.Untuk kesekian kalinya Krishna bisa melihat tingkah manja putrinya itu setelah kejadian beberapa waktu lalu.Nia mengeluarkan semua bar

  • SamRann   Bab 32 ikan dan piano

    Uap bakso masih nengepul menandakan betapa panasnya makanan tersebut. Kini Rann dan Samudra tengah duduk di sebuah kedai dengan semangkuk bakso yang membuat perut tambah konser."Gue kira, lo anak kafean atau restoran mahal," ujar Samudra yang masih mengaduk baksonya, menunggu sedikit lebih dingin agar bisa di makan."Enak aja, emang tampang gue anak orang kaya yang kayak gitu apa?" elak Rann tak terima. Rann menatap tajam ke arah Samudra."Ya, kan. Gue cuma mengira," ujar Samudra lagi."Kelihatan, ya?" Rann refleks menegakan tubuhnya dan mendekatkan wajahnya pada Samudra.Samudra sedikit terkejut dengan kelakuan cewek di depannya. Cewek yang waktu pertama bertemu terlihat begitu dingin, cuek. Tapi kini dengan cepat keduanya akrab.Dalam waktu makan siang ini keduanya saling berbincang tentang banyak hal. Mulai dari p

  • SamRann   Bab 31 virus mungkin?

    "Hai, Baby." Awan yang baru saja datang, langsung menyapa Mey.Kehadiran Awan tak kalah Mengejutkan dari Rann dan Samudra, di tambah lagi dengan seseorang di belakangnya."Eh, sayang ... tumben banget kamu nyamperin aku disini? " ujar Mey seraya meraih tangan Awan agar duduk. Mey merasa ada yang aneh pada pacarnya itu.Bagaimana tidak, karena selama setahun pacaran, Awan sangat sulit untuk di ajak ke kantin.Ada saja ribuan alasan untuk menolak, terutama dengan banyaknya pandang mata yang menatapnya risih.Tapi jangan salah, karena setelah penolakan itu, Awan akan menggantinya dengan kencan romantis."Lo bawa siapa, Wan?" tanya Anna yang merasa tak asing dengan orang di belakang Awan."Sohib," jawab Awan singkat tanpa berniat memperpanjang."Beb, kemarin malam kamu di telpon ngomong apa sih

  • SamRann   Bab 30 Rann minta maaf

    Pagi ini Rann bangun seperti biasanya, kemudian bersiap untuk berangkat ke sekolah. Karena di hari senin dia harus berangkat lebih pagi dari hari biasanya.Rann keluar dari kamarnya, berjalan menuruni tangga menuju ruang makan untuk sarapan. Ada pemandangan berbeda pagi ini. David sudah siap menyantap makanannya dengan pakaian yang sudah rapi."Tumben banget, Kakak udah rapi sepagi ini? Biasanya juga, Issabell yang tarik Kakak dari kamar, kalau hari senin," ucap Rann heran dengan penampilan David."Ya, kan berubah dong, Bell," jawab David tak mau kalah."Ah, paling kebetulan aja, tadi ba'da subuh gak tidur lagi," elak Rann, seraya mendudukkan dirinya."Tau aja, Bell, jangan buka kartu dong." David hanya cengengesan menanggapi tuduhan sepupunya itu.Keduanya menikmati sarapan dengan lahap kemudian bersiap

  • SamRann   Bab 29 Kakak juga merasakannya

    David terbangun dari mimpi indahnya setelah bunyi nyaring alarmnya mengejutkannya. Waktu menunjukan pukul 04.05 WIB. David bergegas mengambil air wudhu kemudian mendirikan sholat tahajud.Malam ini terasa begitu cepat karena dia baru menyelesaikan tugasnya tepat pukul 00.05 WIB.Dibantu dengan Dafa dan Dimas yang menginap di sana, dengan maksud awal untuk menemaninya dan Rann. Karena ini adalah malam kedua mereka bermalam di rumah baru. Apalagi, kini mereka hanya tinggal berdua.David beranjak dari mihrabnya, bergerak menuju kamar Rann. Perlahan, tangannya mulai membuka pintu dan berhasil menampakan seorang gadis cantik dengan balutan kain putih panjang yang menambah keanggunannya.Gadis itu mengembangkan sudut bibirnya saat melihat David di ambang pintu."Kakak kira, belum bangun, Bell," ucap David padanya.David tau, tadi malam R

  • SamRann   Bab 28 TOD 2

    Benar, hidup memang akan selalu beriringan dengan kejujuran dan tantangan. Nayla kharisma. _______________ Viona mulai memutar botol kembali, kini botol itu berhenti tepat di depan Tiara. "Turut or dare?" dengan cepat pula Viona bertanya. "Dare deh," jawab Tiara ragu. "Suapin kak David satu potong martabak." Ucapan Rann sukses mengejutkan semua yang ada. Tak ada yang menyangka kegilaan yang dilakukan Rann. "Gila lo! Mau bunuh gue lo!" Bantah Tiara. "Eits ...bitu dare buat lo," timpal Anna tersenyum smirk. "Ayolah Tiara," lirih Alika dengan senyum simpulnya. "Ok, fine!" Tiara pasrah dan mulai beranjak untuk mendatangi kamar David. Tiara berjalan pelan dan sesekali menengok ke belakang.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status