Share

Sandiwara Pernikahan Sang CEO
Sandiwara Pernikahan Sang CEO
Penulis: Tompealla Kriweall

1. Tawaran

last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-18 09:05:08

Lidya menatap layar ponselnya dengan ekspresi cemas, jari-jarinya mengetuk-ngetukkan permukaannya dengan gelisah. Setiap kata yang muncul di media sosial terasa seperti pukulan yang menusuk hatinya. Fitnah-fitnah yang menghantam karirnya selama beberapa bulan terakhir telah membuatnya terjebak dalam labirin kebencian.

Dalam ruangan yang tenang, kecuali suara ketukan jari Lidya di atas layar ponselnya, terdengar suara langkah berat mendekat.

Hendra Putra Kusuma, seorang pria tua dengan mata lembut namun berwibawa, masuk ke dalam ruangan itu.

"Lidya, aku punya sesuatu yang ingin kubicarakan denganmu," ucap pria tua itu dengan suara hangatnya.

Lidya menoleh, matanya terlihat lelah namun penasaran. "Ada apa, kakek Hendra?" tanyanya dengan nada curiga.

"Duduklah sebentar, nak." Kakek tua itu duduk di kursi di seberang Lidya. "Aku sudah membicarakan hal ini dengan Ardiansyah."

"Ardiansyah?" pikir Lidya, heran. "Apa hubungannya Ardiansyah dengan segala masalahku ini?" tanyanya kemudian.

Pria tua itu menghela nafas panjang sebelum memberikan jawaban atas pertanyaan gadis yang ada di depannya ini.

Meskipun bisa saja, pria itu yang disebut dengan sebutan "kakek" melakukan tindakan keras atau memaksa, tapi karena selama ini gadis tersebut ikut tumbuh di dalam lingkungannya, pria tua itu secara tidak langsung juga menyayangi anak dari supirnya yang setia.

"Aku ingin membicarakan mengenai pernikahan," lanjut pria tua itu memotong lamunan Lidya.

"Pernikahan? Dengan siapa?" Lidya terkejut.

"Dengan Ardiansyah," jawab Kakek tua itu dengan tenang.

Lidya terdiam sejenak, matanya memperlihatkan kebingungan yang tak bisa ia sembunyikan atas jawaban pria tua itu.

Selama ini, mereka memang saling kenal. Bahkan bisa dibilang cukup dekat karena ayah Lidya yang sudah bekerja sebagai supir pribadi di keluarga Hendra, sejak lama.

Tapi pembicaraan tentang pernikahan ini tentu membuatnya terkejut, dan gadis Uru berpikir bahwa kakek tua ini sedang mempermainkan dirinya.

"Kakek Hendra, Lidya tidak mengerti. Bagaimana ini semua bisa terjadi?" tanyanya meminta penjelasan.

"Ini mungkin sulit dipahami, namun percayalah, ini adalah langkah terbaik untukmu, Lidya." Kakek tua itu tersenyum lembut, mencoba memberikan ketenangan.

"Langkah terbaik?" Lidya berbisik pada dirinya sendiri, mencoba memahami maksud di balik kata-kata sang kakek. Dia masih belum yakin dengan apa yang baru saja didengarnya.

Wajah gadis itu terlihat jelas memperlihatkan kecemasan dan kebingungan, saat pria tua yang ia hormati itu mengungkapkan keputusan tak terduga.

Kakek dari Ardiansyah Putra Kusuma, memberikan tawaran padanya untuk menikahi cucu satu-satunya. Pewaris tahta kerajaan bisnis keluarga Putra Kusuma.

'Pernikahan macam apa yang ingin aku bangun nantinya?' tanya Lidya dalam hati.

Lidya menatap wajah lembut Kakek dari Ardiansyah dengan rasa takjub. Bagaimana keputusan besar ini bisa diambil begitu saja? Dia masih berusaha memahami apa yang sedang terjadi.

"Kakek Hendra, ini tentang karir saya," ucap Lidya dengan nada yang gemetar, mencoba menahan kecemasan yang melanda dirinya.

"Fitnah dan kontroversi telah menghancurkan segalanya, dan saya tidak mau melibatkan keluarga kakek." Lidya memberikan alasan yang jelas.

"Aku tahu ini sulit, Lidya. Tapi pernikahan ini akan memberimu perlindungan. Ardiansyah akan melindungimu dari segala fitnah itu." Pria tua itu menyentuh tangan Lidya dengan lembut.

Bukannya senang, Lidya justru merasa tidak puas dengan jawaban yang diterangkan kakek tua tersebut. Ia merasa ada yang janggal, dan itu membuatnya ingin kembali bertanya.

Tapi notifikasi pesan di ponselnya terus saja berdering, memberikan kabar buruk tentang skandal yang melibatkan dirinya.

Tampak Lidya membuang nafas kasar, memejamkan mata setelah membaca beberapa pesan yang masuk ke layar ponselnya.

"Dia tahu tentang fitnah yang ku terima?" Lidya bertanya, mencari kepastian.

"Dia tidak mengetahui semuanya. Namun, dia setuju untuk membantumu keluar dari masalah ini." Kakek tua itu menggeleng pelan.

"Ini bukan hanya sebuah pernikahan biasa, bukan?" ujarnya penuh kecurigaan setelah terdiam sejenak - merenung.

Pria tua itu mengangguk perlahan, memahami kekhawatiran gadis yang berada di depannya. Ia mengenal gadis ini sejak bayi, meskipun tidak ada ikatan darah diantara mereka.

Tapi rasa sayang pria tua itu pada si gadis, sudah tertanam sejak dulu meskipun tak pernah ditampakkan secara nyata.

"Ini lebih dari sekadar pernikahan biasa. Ada sebuah kontrak yang kumiliki, untuk melindungimu dari segala hal yang tidak diinginkan." Pria tua itu menjelaskan dengan sebuah teka-teki.

"Kontrak?" Lidya merasa semakin terjebak dalam kebingungan.

"Ya, sebuah perjanjian yang menjamin perlindunganmu dan juga Ardiansyah dari tekanan eksternal," jelas pria tua itu.

"Ini adalah pernikahan yang akan memberimu perlindungan dan kesempatan untuk memulai segalanya, lagi." Pria tua itu kembali menerangkan dengan penuh perhatian.

Gadis itu menelan ludah, mencoba menerima semua informasi yang baru saja dia dengar. Tapi ia tetap tidak paham maksud dari semua yang sudah diterangkan barusan.

Tapi untuk bertanya, ia merasa sungkan. Rasa hormat dan patuh sebenarnya ingin ia buang jauh, tapi interaksi mereka yang memang terjadi sejak lama dan ada tingkatan tertentu membuatnya akhirnya diam menunggu.

Sayangnya, pria tua itu tidak memberikan penjelasan apapun lagi. Akhirnya, gadis itu terpaksa mengeluarkan suara kembali.

"Kakek, saya butuh waktu untuk memikirkan semuanya. Ini adalah keputusan besar," ungkapnya ragu.

"Tentu, Lidya. Ambillah waktu yang kau butuhkan. Tetapi aku harap kau melihat bahwa ini adalah langkah terbaik untukmu, untuk kalian berdua."

"Tapi, aku butuh penjelasan lebih." Gadis itu berkata seperti sedang menuntut.

Kakek tua itu mengangguk pengertian, memahami bahwa gadis di depannya ini terkejut dengan tawaran yang ia berikan.

Meskipun Pria tua itu sudah mengungkapkan alasan di balik pernikahan yang diatur ini, nyatanya gadis itu tetap lagu dan tidak percaya padanya.

Lidya meraih secangkir kopi panas, matanya masih terasa berat setelah semalam dihantui oleh serangan kata-kata tajam di media sosial. Di seberang meja, ada selembar surat undangan yang bisa mengubah segalanya.

"Kenapa kau diam saja, kakek?" tanya gadis tersebut, memandang tajam pada pria tua di hadapannya.

"Lidya, ini untuk kebaikanmu," ujar pria tua dengan mengangkat kepalanya, wajahnya terlihat ragu.

"Pernikahan ini adalah kesempatan bagimu untuk melupakan segala fitnah yang terjadi," imbuh pria tua itu.

"Pernikahan ini? Atau kontrak bisnis yang kau rancang, kakek?" Lidya mengangkat alisnya dengan sinis. "Apakah kakek berpikir bahwa saya ini, bodoh?!" sambungnya kemudian.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    126. Ending

    Kebersamaan keluarga Lidya dan Ardiansyah semakin terjalin erat dengan kehadiran anak kedua mereka yang bernama Ardila. Rafael sangat senang memiliki adik perempuan, dia selalu merasa senang bermain-main dan ikut serta merawat adiknya. Seiring berjalannya waktu, Ardila tumbuh menjadi anak yang cantik dan aktif.Sementara itu, Lidya semakin sibuk di rumah karena harus menjalankan tugas sebagai ibu rumah tangga dan juga merawat kedua anaknya. Namun, Ardiansyah selalu membantu Lidya dalam mengurus anak-anak dan juga memenuhi kebutuhan mereka. Mereka saling mengasihi dan merasa bahagia karena bisa bersama-sama selalu.Untuk pekerjaan, Lidya sudah lama tidak ikut campur dan menyerahkan sepenuhnya pada suaminya. Ia fokus di rumah sejak kehamilan anak keduanya, karena tidak ingin terjadi sesuatu pada saat ia hamil - trauma saat hamil pertama yang penuh drama.Saat ini, perusahaan Kusuma Group semakin maju, Ardiansyah semakin banyak waktu yang harus dihabiskan untuk bekerja. Namun, dia tetap

  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    125. Kabar Baik

    "Emh ... aku juga tidak tahu, tapi aku merasa ada sesuatu yang salah, Ard. Apakah mungkin, kamu memiliki rahasia yang tidak kau beritahukan padaku?" ucap Lidya mencoba menerka-nerka."Rahasia? Ah, tidak ada. Aku tidak akan membuatmu cemas, Lidya. Aku berjanji padamu, bahwa aku tidak memiliki rahasia yang disembunyikan darimu. Mungkin seseorang hanya ingin mencoba memanipulasi kita, atau bahkan kamu telah dibuat bingung oleh segala sesuatu yang terjadi akhir-akhir ini." Ardiansyah mencoba menenangkan istrinya dengan lembut, ia merasa memang tidak memiliki rahasia apapun yang disembunyikan."Hm, syukurlah."Lidya merasa lebih tenang dengan jawaban suaminya dan ia merasa aman bersama Ardiansyah."Terima kasih, sayang. Kamu selalu mengerti aku dan membuatku merasa tenang," sambung Lidya dengan mengelus pipi suaminya - lalu mencium bibir Ardiansyah singkat."Aku selalu akan berada di sampingmu, sayang. Apapun itu!" ucap Ardiansyah memeluk istri tercintanya.Kini mereka menikmati makan mala

  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    124. Pria Misterius

    "Terima kasih sudah menemaniku untuk makan siang hari ini, Sarah. Kamu benar-benar selalu memikirkan hal yang terbaik untukku." Lidya tersenyum dan merasa bersyukur, sambil melihat jam di sebelah kanannya."Sama-sama, Bu Lidya.""Waktu menunjukkan pukul 5 sore. Oh, kita harus segera menyelesaikan pekerjaan, Sarah. Kita tidak bisa melakukannya sampai malam, karena aku tidak mau lembur hingga malam hari."Lidya membuka laptopnya dan mulai membuat strategi-strategi baru untuk pemasaran produknya, sementara Sarah duduk di sampingnya dan mulai mengambil catatan yang penting.Mereka bekerja bersama-sama sampai menyelesaikan tugas yang mereka berdua kerjakan, dan benar-benar selesai pada pukul 7 malam. Lidya dan Sarah merasa lelah tetapi berhasil merampungkan pekerjaan tersebut."Bu Lidya, pekerjaan sudah selesai. Saya akan menunggu Ibu sampai pulang atau saya pulang duluan?" tanya Sarah memastikan."Baiklah, terima kasih, Sarah. Lebih baik kamu menunggu aku pulang, ya? Aku tinggal sedikit l

  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    123. Membaik

    Kini kehidupan Lidya lebih tenang setelah mendapatkan kabar tentang kematian Beno, meskipun ia juga prihatin atas nasib pria tersebut.Beno merupakan salah satu fans berat Lidya - semasa ia menjadi artis pada saat itu. Sementara Beno yang memaksakan kehendaknya dengan cara menyalahgunakan kekayaan dan kekuasaan orang tuanya untuk mendapatkan Lidya dengan berbagai cara. Meskipun Beno sudah mengetahui jika Lidya telah menikah dengan Ardiansyah sekalipun.Namun, Lidya tidak pernah merespons atau memberikan harapan palsu pada Beno. Lidya hanya menganggap Beno sebagai fans dan tidak pernah memberikan perlakuan khusus. Namun, meskipun begitu, Beno tetap bersikukuh dengan pendekatan yang salah tersebut - bahkan dengan cara menculik untuk memaksakan kehendaknya."Hahhhh ..."Lidya membuang nafas panjang setelah kejadian yang memprihatinkan, yang dialami Beno. Sebenarnya Lidya juga merasa terkejut dan sedih atas berita yang didengarnya itu. Ia merenungkan tentang pentingnya hidup dengan cara y

  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    122. Nasib Beno

    Gerri hanya bisa melihat bagaimana Beno yang semakin terjerumus dalam kehidupan penjara yang rusak dan kejam, karena merasa sudah berkuasa. Ia merasa sedih melihat seorang manusia kehilangan pengendalian dirinya dan menghancurkan hidupnya sendiri dengan mengkonsumsi barang-barang haram tersebut, padahal di dalam penjara adalah tempat untuk merenungkan segala kesalahan yang pernah dilakukan sebelum masuk ke sel tahanan ini."Hai, Beno. Apa yang kau pikirkan? Apa kau tidak merasa kasihan pada dirimu sendiri?" ujar Gerri tanpa ekspresi wajahnya, saat ada kesempatan untuk berbicara dengan Beno.Tapi tanggapan Beno justru tidak mengenakkan. Pria arogan itu tersenyum sinis, lalu menggertaknya. "Apa yang kau tahu? Kau bukan siapa-siapa di sini. Biarkan aku menjalani hidupku sendiri, pecundang!"Gerri menggelengkan kepalanya mendengar jawaban Beno. "Tapi kau sendiri tahu kalau kehidupanmu semakin rusak dan sia-sia. Apa yang kau cari selain kesenangan sesaat?" tanyanya dengan maksud menyadarkan

  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    121. Yang Kaya yang Berkuasa

    Lidya dan Rafael menjelaskan jika mereka sedang membahas persiapan untuk hari pertama sekolah Rafael yang akan datang. Ardiansyah mendengarkan dengan seksama dan memberikan beberapa saran tambahan untuk putranya."Rafael, kau harus berani dan percaya diri di sekolah. Jangan takut untuk mengambil inisiatif dan berbicara dengan teman-temanmu," ucap Ardiansyah dengan senyum lembut.Rafael mengangguk patuh, menunjukkan bahwa ia akan mengingat semua saran yang diberikan oleh orang tuanya. Lidya dan Ardiansyah melanjutkan membicarakan hal-hal lain tentang keluarga mereka dan Ardiansyah memutuskan untuk membuka sebuah topik yang sudah lama ia pendam."Lid, selama ini aku merasa tidak enak hati karena aku terlalu sibuk dengan pekerjaanku. Aku merasa seperti aku tidak bisa memberikan cukup waktu dan perhatian yang cukup untukmu dan Rafael," ucap Ardiansyah dengan wajah yang terlihat jelas jika sedang bersedih.Lidya tersentak dan menatap suaminya, "Apa maksudmu, Ard?""Aku merasa terhutang bud

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status