Tentu saja Lidya mengangguk pelan sembari tersipu malu, saat tangan suaminya itu kembali membelainya.
Setelah membuat Lidya rileks, Ardiansyah membuka pakaian istrinya satu persatu secara perlahan-lahan. Menikmati setiap momen yang sebenarnya sudah ia nantikan."Ahh, Ard ...""Shttt ... tidak apa-apa," ujar Ardiansyah menenangkan istrinya yang gugup.Dengan sabar, Ardiansyah juga membimbing istrinya agar bisa membantunya melepaskan pakaian yang tersisa, kemudian setelah selesai, ia membuka satu persatu pakaiannya dengan tergesa.Pelan tapi pasti, Ardiansyah mulai melakukan apa yang sudah ia pelajari sejak lama meskipun belum pernah mempraktekkannya. Ia kembali mencium kening, turun ke hidung lalu bibir Lidya. Setelahnya ia membaringkan tubuh istrinya kembali dengan lembut.Dengan pelan-pelan dan penuh kesabaran, Ardiansyah mulai mengosok miliknya pada Lidya untuk pengenalan agar bisa membuat istrinya kembali mendesah nikmat. TidaLidya tetap memejamkan mata sambil membiarkan tubuhnya yang tertutup selimut tebal. Namun pikirannya masih terus memikirkan kata-kata terakhir suaminya yang menggoda dan membuatnya merinding sendiri."Kenapa harus sekarang?" gumamnya dalam hati.Namun tak lama kemudian, terdengar suara air yang mengalir dari kamar mandi. Lidya merasa lega bahwa ia masih bisa mengambil beberapa detik untuk merenungkan semuanya.Namun tiba-tiba, suara pintu kamar mandi terbuka dan Ardiansyah muncul dari balik pintu, memakai celana training dan kaos putih yang masih saja membiarkan beberapa bagian tubuhnya basah oleh air."Bangun sayang," pinta Ardiansyah sambil memeluk istri tercinta, tapi tidak dengan membuka selimut.Lidya merasa nyaman dengan pelukan suaminya yang hangat. Namun sekarang dia harus bangun dari tidurnya dan menghadapi apa yang akan terjadi selanjutnya."Apa yang akan kamu lakukan, sih?" tanya Lidya penasaran - membuka matanya."Aku masih ingin bermain, sayang. Apa aku tidak memiliki hak
Lidya keluar dari kamar mandi setelah mandi dan bergabung dengan Ardiansyah dan kakek Hendra untuk sarapan pagi. Namun, hatinya masih teringat-ingat akan kejadian semalam dan ia merasa sangat malu saat bersama suaminya di hadapan kakek Hendra."Bagaimana tidurmu semalam, cucuku?" tanya kakek Hendra sambil tersenyum lebar."A-aku tidur cukup nyenyak, Kakek," jawab Lidya gugup."Apa kamu suka makan makanan seadanya untuk sarapan, Nak? Perlu kucarikan sedikit makanan tambahan?" tawar kakek Hendra."Tidak perlu, Kakek. Lidya sudah puas dengan apa yang ada," sahut Lidya sambil tersenyum kecil.Kakek Hendra hanya mengangguk mengerti dan kembali menyantap makanan di hadapannya. Namun, Ardiansyah tetap tidak bisa menyembunyikan rasa cemburunya saat melihat kakek Hendra yang terlihat seperti mencuri pandang pada Lidya."Ard, kamu kenapa diam saja?" tanya Lidya mencoba memecah keheningan."Oh, tidak apa-apa. Aku hanya sedikit kele
Ibunya Lidya meninggal dunia saat ia berusia tiga tahunan. Setelah itu ayahnya merawat Lidya kecil sendirian hingga sering membawanya ke rumah besar keluarga Kusuma - keluarga Ardiansyah, sebab ayahnya Lidya adalah supir pribadi keluarga tersebut. Hal itu ia lakukan jika tidak ada yang bisa dimintai tolong untuk menjaga Lidya - biasanya Lidya dititipkan tetangga.Tapi lama kelamaan, Ardiansyah merasa memiliki teman bermain jika ada Lidya di rumahnya sehingga meminta pada ayahnya Lidya untuk sering membawa Lidya ke rumah tersebut untuk menjadi teman bermainnya. Lama kelamaan, Ardiansyah justru seperti memiliki adik sehingga meminta pada papanya agar Lidya dan ayahnya ikut tinggal di rumah mereka.Permintaan Ardiansyah dikabulkan sehingga ia merasa senang bisa bermain dengan Lidya dari pagi hingga malam kecuali dia sedang pergi sekolah. Itulah awal kedekatan mereka pada waktu kecil dulu."Cup cup, sudah. Jangan khawatir, ya! Kamu pasti akan menjadi ibu yang
"Ardi, aku tidak bisa. Kontrak ini sudah ditandatangani lama sebelum pernikahan kita terjadi. Aku tidak bisa meninggalkan tanggung jawabku." Lidya menatap Ardiansyah serius saat suaminya meminta untuk mengubah jadwal syutingnya."Tapi Lidya, ini bulan madu kita. Aku ingin kita melakukan sesuatu yang spesial bersama-sama." Ardiansyah memandangnya dengan kesedihan di matanya. "Kamu tahu betapa pentingnya karier ini bagiku. Aku tidak bisa membatalkan syuting ini dan merusak reputasi ku sebagai seorang selebriti," jawab Lidya tegas.Mereka berdebat tentang kepergian bulan madu yang seharusnya dilakukan dua hari ke depan, terpaksa ditunda karena Lidya memang ada jadwal syuting.Lidya sendiri melupakan jadwal syutingnya tersebut karena sibuknya persiapan pernikahan dan memikirkan tentang gosip-gosipnya. Ia juga baru diingatkan kembali oleh manajernya satu jam yang lalu.Jadi beginilah jadinya, mereka berselisih karena waktu yang berbenturan an
Keesokan harinya, Lidya sudah mengantar Ardiansyah ke bandara kemudian kembali ke lokasi syuting. Ia bergabung bersama rekan-rekannya. Saat sedang mempersiapkan diri untuk masuk ke set, ia dikejutkan oleh suara orang yang memanggilnya dari balik pintu."Lidya, aku perlu bicara denganmu," ucap orang itu dengan suara rendah.Lidya menoleh ke arah suara itu dan melihat seseorang yang mengenakan masker dan topi baseball. Ia merasa agak aneh dan takut, tapi berusaha tenang dan menghadapinya."Kamu siapa?" tanya Lidya curiga."Aku tidak bisa memberitahumu siapa aku karena aku tak ingin dikenali. Tapi aku ingin berbicara denganmu tentang Ardiansyah," ujar orang tersebut."Apa ada yang salah dengan Ardiansyah?" tanya Lidya dengan keras.Lidya merasa sedikit tidak nyaman karena orang yang berbicara dengannya sepertinya sedikit aneh dan dia juga tidak mengenalinya. Tapi dia tetap fokus untuk mendengar apa yang ingin dia sampaikan orang ter
Setelah beberapa jam, matahari mulai terbenam dan mereka memutuskan untuk berkemas dan meninggalkan pantai. Namun, ketika mereka berjalan menuju mobil mereka, melalui jalan setapak yang menyelimuti pesisir pantai, mereka melihat pria itu muncul kembali."Dia mengikuti kita," bisik Lidya, merasa semakin cemas."Ayo kita berjalan lebih cepat," kata Ardiansyah mengambil tindakan.Namun, setiap kali mereka mempercepat langkah, pria misterius itu lebih cepat lagi mengejarnya. Hingga, Lidya dengan terpaksa menghentikan langkah.Lidya semakin ketakutan meskipun suaminya berusaha untuk tetap tenang dan memenangkannya. Tapi Lidya berpikir bahwa pria misterius tersebut adalah orang yang sama yang menguntit di lokasi syuting beberapa waktu lalu."Mungkin kita harus bertanya padanya, mengapa dia mengikuti kita?" ujar Ardiansyah sambil mendekati pria misterius itu."Tidak perlu, Ard. Ayo kita pergi dari sini," kata Lidya yang sudah tidak taha
"Sudahlah, jangan mendekatiku lagi. Aku sudah memberi tahu mu, aku mencintai suamiku," kata Lidya dengan suara lemah."Aku akan mendapatkanmu suatu hari nanti, Lidya. Akan datang hari ketika kamu akan menyadari bahwa aku adalah satu-satunya yang bisa membuatmu bahagia," ujar pria itu sebelum pergi.Setelah pria itu pergi, Lidya merasa sangat grogi dan takut. Dia memikirkan apa yang baru saja terjadi dan bertanya-tanya apakah dia akan selamat. Dia bersyukur bahwa dirinya masih hidup, tetapi dia tidak tahu bagaimana cara melindungi dirinya dari pria tersebut.Tapi saat ingatannya kembali pada kejadian yang menyakitkan sebelumnya, ia teringat dengan keadaan Ardiansyah yang terluka."Ardi? Di mana kamu, Ard? Bagaimana keadaanmu sekarang?" Lidya panik karena tidak mengetahui nasib suaminya.Lidya merasa putus asa dan bingung dengan keadaannya. Dia merasa terjebak dalam situasi yang sangat sulit hingga tiba-tiba pria misterius itu kembali ke ru
"Lepas!" teriak Lidya - menggeleng."Hahaha ... nikmati saja, tak akan ada yang mendengar teriakanmu. Jadi, percuma!" pria itu tertawa mengejek.Namun, tiba-tiba ada suara keras dari luar, membuat pria misterius itu melompat dari atas tubuh Lidya dan melihat keluar. Ternyata, ada beberapa orang yang mendobrak pintu.Ternyata orang-orang itu adalah anggota polisi, dan di dibelakang polisi-polisi itu ada Ardiansyah yang sedang memegangi perutnya yang terluka."Hah, sial!" bentak pria itu marah."Ardi ..."Lidya merasa lega dan bahagia ketika Ardiansyah akhirnya tiba di sana dan membantu melepaskan dirinya dari situasi yang sangat berbahaya. Dia ingin mengucapkan terima kasih pada Ardiansyah, tetapi tubuhnya terlalu lemah untuk berbicara.Ardiansyah tampak sangat khawatir dan panik saat melihat kondisi Lidya yang lemah dan pucat, apalagi beberapa bagian bajunya robek. Dia segera memanggil petugas medis untuk membantu Lidya."Sayang, bertahan, ya! Aku di sini," ujarnya panik.Sementara it