Share

Bab 2

Karina menatap kagum rumah besar tiga tingkat di hadapannya. Sebuah rumah mewah bercat putih dengan beberapa bagian yang berwarna emas. Karina sampai terpana sesaat ketika melihatnya.

Karina membenarkan tas ranselnya. Ia lalu melangkahkan kakinya menuju pos satpam.

"Permisi," ucap Karina.

Satpam dengan name tag Zali tersebut menghampiri Karina sambil berkata, "Ada yang bisa dibantu?"

"Saya kemarin diberikan kartu nama dari Bu Agatha. Saya kesini ingin melamar jadi baby sitter," terang Karina.

"Oh, silahkan masuk. Bu Agatha ada di dalam."

"Baik, Pak. Terima kasih."

"Sama-sama."

Zali membuka gerbang. Karina pun melangkahkan kakinya masuk ke dalam. Di halaman rumah, ada sebuah mobil sport mewah yang terpakir.

Karina berhenri sejenak, merasa mengenali mobil tersebut. Tapi Karina langsung menepis pikirannya.

"Di dunia ini, mobil seperti itu tidak hanya satu," ucap Karina dalam hati.

Karina memencet bel rumah beberapa kali hingga pintu dibuka oleh seorang pembantu.

"Ada yang bisa dibantu, Non?" Pembantu tersebut bertanya.

"Saya ingin bertemu Bu Agatha," ujar Karina

"Sebentar, saya panggilkan."

Karina mengangguk. Beberapa menit kemudian, Agatha muncul cari balik pintu. "Ayo masuk!"

Karina mengikuti langkah Agatha. Agatha duduk di sofa ruang tamu diikuti Karina.

"Boleh saya minta data diri kamu?" Agatha menengadahkan tangan.

"Boleh, Bu." Karina mengambil map holder dari dalam tasnya lalu menyerahkannya kepada Agatha.

Pupil Agatha sedikit membesar ketika melihat data diri Karina yang tertera di kertas. "Kamu kuliah di Yausa university?"

"Benar, Bu."

"Kok bisa kamu kuliah di sana? Itu 'kan kuliah untuk anak-anak orang kaya. Anak saya saja kuliah di sana," ucap Agatha, meremehkan Karina.

"Syukurnya, saya dapat beasiswa jadi bisa kuliah disana." Karina menanggapi walau hatinya sedikit sakit.

"Oh, pantesan. Makanya kok kamu bisa sekolah di sana padahal 'kan biayanya mahal."

Karina hanya menanggapinya dengan tersenyum. Beluma apa-apa, hatinya sudah terluka.

"Sebelumnya, kamu harus tanda tangan kontrak kerja ini." Agatha menyerahkan satu lembar kertas berisi kontrak kerja.

Karina membacanya sekilas lalu menandatanganinya.

"Ya sudah. Kamu diterima kerja di sini. Mulai besok kamu bisa berangkat kerja," ucap Agatha.

"Baik, Bu. Terima kasih."

•••

Sepulang dari rumah Agatha, Karina mampir sebentar ke kafe untuk mengerjakan tugas kuliahnya. Saat sedang fokus mengerjakan tugas di laptop, tiba-tiba kursinya di tabrak oleh seseorang dan pakaiannya ketumpahan kopi.

"Eh, maaf-maaf."

Saat Karina mendongak, manik mata Karina bersitatap dengan manik seorang laki-laki yang ia kenal.

"Elard."

"Karina." Mereka berucap bersamaan.

"Sory banget, Kar. Berapa harga kemejamu? Biar aku ganti," ujar Alard.

"Gak perlu. Gak papa kok, cuma basah sedikit," sahut Karina.

Tiba-tiba, Alard melepas jasnya lalu ia memasangkan jas tersebut ke tubuh Karina. "Buat nutupin pakaian kamu yang basah," ujarnya.

"Terima kasih. Tapi kamu gak usah repot-repot."

"Sama sekali gak ngerepotin. Sekalian, ya, aku traktir kamu."

Saat Karina hendak menolak, Alard menyelanya. "Jangan nolak."

Karina tersenyum pasrah. "Oke."

"Lagi ngerjain tugas?" Alard bertanya setelah mendudukkan dirinya di kursi yang berhadapan dengan Karina.

"Iya."

"Kamu jurusan apa?" Alard kembali bertanya.

"Masak kamu lupa."

"Aku memang pelupa."

"Jurusan tata busana."

Elard berucap, "Semangat, ya. Kamu dua semester lagi lulus."

Tiba-tiba ponsel Elard berdering yang menandakan ada telepon masuk. Elard pun segera mengangkatnya.

"Halo," ucap Elard memulai percakapan.

"..."

"Oke, aku akan ke sana." Elard mematikan teleponnya lalu menatap Karina sambil berkata, "Mau aku anterin pulang? Sekalian aku mau pergi, ada urusan."

"Terima kasih. Tapi aku bisa pulang sendiri."

"Jangan nolak. Anggap aja ini sebagai permintaan maafku karena sudah membuat pakaianmu basah."

Karina tersenyum pasrah. Ia tidak akan bisa menentang kemauan Elard. Ia pun berdiri dan mengikuti Elard masuk ke dalam mobil Elard. Mobil Elard pun melaju membelah padatnya jalanan kota.

Tanpa mereka sadari, ada sepasang mata yang terus memperhatikan mereka sampai mobil mereka pergi tak terlihat lagi. Sosok tersebut menyeringai, menatap foto di ponselnya sambil tertawa bahagia.

•••

"Kamu gak buru-buru pulang 'kan?" tanya Elard. Kini mereka sedang dalam perjalanan.

"Nggak, sih. Tapi aku khawatir sama Ibu. Tidak ada yang mengurusnya. Nanti kalau Ibu butuh apa-apa bagaimana?"

Tiba-tiba Elard menghentikan mobilnya. "Kok berhenti?" tanya Karina.

"Aku mau beliin kamu kemeja. Cuma sebentar aja kok," ucap Elard keluar dari mobil. Mereka kini sedang berada di depan mall.

"Gak usah repot-repot, El!" Sayangnya seruan Karina tidak dihiraukan oleh Elard.

Karina pun menghela nafas pasrah dan memilih membuka ponselnya. Seketika matanya membola ketika Langit mengirim foto-foto Karina dan Elard di kafe tadi. Ada foto Elard memegang tangan Karina, memakaian jas di tubuh Karina, dan mereka yang mengobrol sambil saling melempar senyum.

Karina seketika dikuasai amarah ketika melihat caption yang ditulis Langit.

Langit: Gak cukup denganku, Karina juga menggoda anak Pak Dosen. Benar-benar murahan

Air mata Karina jatuh membasahi pipi. Ia segera mengetikkan balasan.

Karina: Jangan ngarang. Aku tadi gak sengaja ketemu Elard di kafe. Dia gak sengaja numpahin kopi di kemejaku makanya dia pinjemin aku jasnya. Kami gak ada hubungan apa-apa. Maksud kamu apa mengikuti dan menuduhku sembarangan? Belum puas kamu mengganggu hidupku?

Bertepatan dengan itu, Elard kembali dengan beberapa kantong berisi belanjaan di tangannya. Elard kaget ketika mendapati Marissa sedang menangis. "Kamu kenapa, Karina?"

Karina tidak langsung menjawab. Ia mengusap air matanya lalu memperlihatkan layar ponselnya kepada Elard. Elard pun membaca pesan Langit dan seketika ia melotot.

"Kurang ajar banget si Langit. Biar aku hajar dia. Orang seperti dia harus diberi pelajaran," geram Elard.

"Gak usah. Aku gak mau memperpanjang masalah."

"Kenapa? Aku lihat dia sering ganggu kamu. Apa kamu gak muak dengan itu semua? Kalau aku jadi kamu, sudah ku sobek mulutnya Langit itu!"

"Gak apa-apa, aku sudah biasa. Aku mohon biarin aja"

Elard melunak melihat tatapan memohon Karina. "Oke, tapi kalau aku lihat dia ngusik kamu lagi jangan halangi aku untuk memberinya pelajaran."

Karina mengangguk. Mereka lalu kembali menaiki mobil menuju rumah Karina. Beberapa menit kemudian, mereka pun sampai di depan sebuah rumah sederhana yang menjadi tempat tinggal Karina dan ibunya.

Tanpa diduga, Elard ikut keluar dari mobil. "Aku ingin sekalian menjenguk ibumu. Apakah boleh?"

"Tentu saja, silahkan masuk."

Elard pun mengambil semua kantong belanjaannya dan mengikuti Karina masuk ke dalam rumah. Mereka lalu memasuki kamar Kasih yang terdapat Kasih sedang terbaring lemah di kasurnya. Elard pun menyalami Kasih dengan sopan.

"Perkenalkan saya Elard, teman kampus Karina," ujar Elard.

"Salam kenal, Nak Elard. Maaf merepotkan, ya."

"Tidak sama sekali, Bu. Bagaimana kondisi Ibu sekarang?"

"Ibu baik-baik aja, cuma agak lemas aja."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status