Karina menatap kagum rumah besar tiga tingkat di hadapannya. Sebuah rumah mewah bercat putih dengan beberapa bagian yang berwarna emas. Karina sampai terpana sesaat ketika melihatnya.
Karina membenarkan tas ranselnya. Ia lalu melangkahkan kakinya menuju pos satpam."Permisi," ucap Karina.Satpam dengan name tag Zali tersebut menghampiri Karina sambil berkata, "Ada yang bisa dibantu?""Saya kemarin diberikan kartu nama dari Bu Agatha. Saya kesini ingin melamar jadi baby sitter," terang Karina."Oh, silahkan masuk. Bu Agatha ada di dalam.""Baik, Pak. Terima kasih.""Sama-sama."Zali membuka gerbang. Karina pun melangkahkan kakinya masuk ke dalam. Di halaman rumah, ada sebuah mobil sport mewah yang terpakir.Karina berhenri sejenak, merasa mengenali mobil tersebut. Tapi Karina langsung menepis pikirannya."Di dunia ini, mobil seperti itu tidak hanya satu," ucap Karina dalam hati.Karina memencet bel rumah beberapa kali hingga pintu dibuka oleh seorang pembantu."Ada yang bisa dibantu, Non?" Pembantu tersebut bertanya."Saya ingin bertemu Bu Agatha," ujar Karina"Sebentar, saya panggilkan."Karina mengangguk. Beberapa menit kemudian, Agatha muncul cari balik pintu. "Ayo masuk!"Karina mengikuti langkah Agatha. Agatha duduk di sofa ruang tamu diikuti Karina."Boleh saya minta data diri kamu?" Agatha menengadahkan tangan."Boleh, Bu." Karina mengambil map holder dari dalam tasnya lalu menyerahkannya kepada Agatha.Pupil Agatha sedikit membesar ketika melihat data diri Karina yang tertera di kertas. "Kamu kuliah di Yausa university?""Benar, Bu.""Kok bisa kamu kuliah di sana? Itu 'kan kuliah untuk anak-anak orang kaya. Anak saya saja kuliah di sana," ucap Agatha, meremehkan Karina."Syukurnya, saya dapat beasiswa jadi bisa kuliah disana." Karina menanggapi walau hatinya sedikit sakit."Oh, pantesan. Makanya kok kamu bisa sekolah di sana padahal 'kan biayanya mahal."Karina hanya menanggapinya dengan tersenyum. Beluma apa-apa, hatinya sudah terluka."Sebelumnya, kamu harus tanda tangan kontrak kerja ini." Agatha menyerahkan satu lembar kertas berisi kontrak kerja.Karina membacanya sekilas lalu menandatanganinya."Ya sudah. Kamu diterima kerja di sini. Mulai besok kamu bisa berangkat kerja," ucap Agatha."Baik, Bu. Terima kasih."•••Sepulang dari rumah Agatha, Karina mampir sebentar ke kafe untuk mengerjakan tugas kuliahnya. Saat sedang fokus mengerjakan tugas di laptop, tiba-tiba kursinya di tabrak oleh seseorang dan pakaiannya ketumpahan kopi."Eh, maaf-maaf."Saat Karina mendongak, manik mata Karina bersitatap dengan manik seorang laki-laki yang ia kenal."Elard.""Karina." Mereka berucap bersamaan."Sory banget, Kar. Berapa harga kemejamu? Biar aku ganti," ujar Alard."Gak perlu. Gak papa kok, cuma basah sedikit," sahut Karina.Tiba-tiba, Alard melepas jasnya lalu ia memasangkan jas tersebut ke tubuh Karina. "Buat nutupin pakaian kamu yang basah," ujarnya."Terima kasih. Tapi kamu gak usah repot-repot.""Sama sekali gak ngerepotin. Sekalian, ya, aku traktir kamu."Saat Karina hendak menolak, Alard menyelanya. "Jangan nolak."Karina tersenyum pasrah. "Oke.""Lagi ngerjain tugas?" Alard bertanya setelah mendudukkan dirinya di kursi yang berhadapan dengan Karina."Iya.""Kamu jurusan apa?" Alard kembali bertanya."Masak kamu lupa.""Aku memang pelupa.""Jurusan tata busana."Elard berucap, "Semangat, ya. Kamu dua semester lagi lulus."Tiba-tiba ponsel Elard berdering yang menandakan ada telepon masuk. Elard pun segera mengangkatnya."Halo," ucap Elard memulai percakapan."...""Oke, aku akan ke sana." Elard mematikan teleponnya lalu menatap Karina sambil berkata, "Mau aku anterin pulang? Sekalian aku mau pergi, ada urusan.""Terima kasih. Tapi aku bisa pulang sendiri.""Jangan nolak. Anggap aja ini sebagai permintaan maafku karena sudah membuat pakaianmu basah."Karina tersenyum pasrah. Ia tidak akan bisa menentang kemauan Elard. Ia pun berdiri dan mengikuti Elard masuk ke dalam mobil Elard. Mobil Elard pun melaju membelah padatnya jalanan kota.Tanpa mereka sadari, ada sepasang mata yang terus memperhatikan mereka sampai mobil mereka pergi tak terlihat lagi. Sosok tersebut menyeringai, menatap foto di ponselnya sambil tertawa bahagia.•••"Kamu gak buru-buru pulang 'kan?" tanya Elard. Kini mereka sedang dalam perjalanan."Nggak, sih. Tapi aku khawatir sama Ibu. Tidak ada yang mengurusnya. Nanti kalau Ibu butuh apa-apa bagaimana?"Tiba-tiba Elard menghentikan mobilnya. "Kok berhenti?" tanya Karina."Aku mau beliin kamu kemeja. Cuma sebentar aja kok," ucap Elard keluar dari mobil. Mereka kini sedang berada di depan mall."Gak usah repot-repot, El!" Sayangnya seruan Karina tidak dihiraukan oleh Elard.Karina pun menghela nafas pasrah dan memilih membuka ponselnya. Seketika matanya membola ketika Langit mengirim foto-foto Karina dan Elard di kafe tadi. Ada foto Elard memegang tangan Karina, memakaian jas di tubuh Karina, dan mereka yang mengobrol sambil saling melempar senyum.Karina seketika dikuasai amarah ketika melihat caption yang ditulis Langit.Langit: Gak cukup denganku, Karina juga menggoda anak Pak Dosen. Benar-benar murahanAir mata Karina jatuh membasahi pipi. Ia segera mengetikkan balasan.Karina: Jangan ngarang. Aku tadi gak sengaja ketemu Elard di kafe. Dia gak sengaja numpahin kopi di kemejaku makanya dia pinjemin aku jasnya. Kami gak ada hubungan apa-apa. Maksud kamu apa mengikuti dan menuduhku sembarangan? Belum puas kamu mengganggu hidupku?Bertepatan dengan itu, Elard kembali dengan beberapa kantong berisi belanjaan di tangannya. Elard kaget ketika mendapati Marissa sedang menangis. "Kamu kenapa, Karina?"Karina tidak langsung menjawab. Ia mengusap air matanya lalu memperlihatkan layar ponselnya kepada Elard. Elard pun membaca pesan Langit dan seketika ia melotot."Kurang ajar banget si Langit. Biar aku hajar dia. Orang seperti dia harus diberi pelajaran," geram Elard."Gak usah. Aku gak mau memperpanjang masalah.""Kenapa? Aku lihat dia sering ganggu kamu. Apa kamu gak muak dengan itu semua? Kalau aku jadi kamu, sudah ku sobek mulutnya Langit itu!""Gak apa-apa, aku sudah biasa. Aku mohon biarin aja"Elard melunak melihat tatapan memohon Karina. "Oke, tapi kalau aku lihat dia ngusik kamu lagi jangan halangi aku untuk memberinya pelajaran."Karina mengangguk. Mereka lalu kembali menaiki mobil menuju rumah Karina. Beberapa menit kemudian, mereka pun sampai di depan sebuah rumah sederhana yang menjadi tempat tinggal Karina dan ibunya.Tanpa diduga, Elard ikut keluar dari mobil. "Aku ingin sekalian menjenguk ibumu. Apakah boleh?""Tentu saja, silahkan masuk."Elard pun mengambil semua kantong belanjaannya dan mengikuti Karina masuk ke dalam rumah. Mereka lalu memasuki kamar Kasih yang terdapat Kasih sedang terbaring lemah di kasurnya. Elard pun menyalami Kasih dengan sopan."Perkenalkan saya Elard, teman kampus Karina," ujar Elard."Salam kenal, Nak Elard. Maaf merepotkan, ya.""Tidak sama sekali, Bu. Bagaimana kondisi Ibu sekarang?""Ibu baik-baik aja, cuma agak lemas aja.""Karina, buatkan temanmu minum!" titah Kasih."Tidak perlu repot-repot. Saya hanya sebentar kok," tolak Elard secara halus."Ini saya bawakan kue, keripik, snack, dan beberapa bahan makanan. Saya juga membelikan pakaian untuk Ibu dan Karina. Mohon diterima," lanjut Elard sambil menaruh kantong belanjaan di atas meja."Kenapa harus repot-repot? Terima kasih banyak, Nak. Kamu sungguh orang yang baik. Semoga kamu selalu dalam lindungan Tuhan," tutur Kasih sambil menggenggam tangan Elard."Sama-sama, Bu. Saya permisi dulu, ya. Ada urusan.""Iya, hati-hati di jalan ya, Nak.""Terima kasih banyak sudah mampir di gubuk kami, Elard. Aku harap kamu masih sudi datang ke gubuk kami lagi," cetus Karina."Kok ngomongnya gitu? Tentu aku maulah ke sini lagi. Walaupun sederhana tapi rumah ini terasa sangat nyaman. Udaranya sejuk gak kayak di rumahku yang penuh polusi karena dekat jalan raya dan pabrik. Kalau ada kesempatan pasti aku akan kesini lagi," sahut Elard.Karina tersenyum dan mengangguk. Set
Karina merasa malu saat mendapat berbagai tatapan dari para pekerja di rumah keluarga Adam. Bagaimana dia tidak menjadi pusat perhatian jika dia yang baru saja bekerja selama satu hari pulangnya diantar oleh putra penerus Adam's property. Karina memilih menunduk dan mengabaikan tatapan para pekerja.Namun sebuah suara mampu membuat tubuh Karina membeku. "Gatal sekali jadi wanita. Baru juga kerja sehari udah deketin Tuan Davin. Pasti dia ngincar hartanya Tuan Davin. Menjijikkan."Dengan tubuh bergetar, Karina menyahut, "Kalian jangan ngomong sembarangan! Bukan kemauanku melainkan kemauan Davin untuk mengantarku pulang. Daripada dituduh, aku mending pulang sendiri."Davin yang hendak memasuki mobil pun mengurungkan niatnya. Ia berjalan menghampiri Karina. Ia memegang tangan Karina dengan lembut lalu berucap, "Apa yang dikatakan Karina benar. Aku sendirilah yang berniat mengantarkannya pulang. Kalian jangan bicara macam-macam atau aku akan memecat kalian!"Para pekerja pun menjadi takut
Karina terdiam menatap secarik kertas ditangannya yang tertulis nomor ponsel Davin. Ia pun menyalakan ponselnya dan menambahkan nomor ponsel Davin ke kontak barunya. Kontak tersebut hanya ia namai 'Davin'.Lalu Karina beralih menatap kantong kresek berisi belanjaan pemberian yang terletak di depannya. Ia mengambil sekotak susu lalu meminumnya. Ini bukan pertama kalinya Karina mendapat barang atau makanan dari laki-laki.Di karenakan paras Karina yang sangat cantik, berbondong-bondong pria mendekati Karina. Bahkan ada yang tidak rela hubungannya berakhir dengan Karina, contohnya Langit. Bahkan Langit berulang kali ingin melecehkan Karina.Hal itu membuat Karina sedikit trauma dengan laki-laki. Ia bertekad tidak akan pacaran lagi sampai ia menikah. Jika memang ada laki-laki baik-baik yang serius dengannya, maka Karina akan minta langsung dinikahi tanpa pacaran. Namun tentunya harus melewati masa perkenalan.Selama ini Karina memendam semua itu sendiri. Ia tidak pernah memberitahu Kasih t
Setelah menempuh perjalanan selama beberapa menit, Karina pun sampai di kediaman Adam. Di depan rumah, ada Agatha yang sedang menggendong Tania. "Selamat pagi, aku harap aku tidak terlambat," ucap Karina tersenyum manis.Agatha hanya memandangnya sinis dan menyerahkan Tania. Karina pun mengambil alih Tania dari gendongan Agatha. Agatha lalu berbalik badan dan berlalu.Karina menghela nafas pelan. Ia bisa menebak sepertinya Agatha benci atau tidak suka kepadanya karena kemarin Davin mendekati Karina. Sudah pasti Karina yang akan dituduh mendekati Davin.Saat memasuki rumah dan melalui ruang tamu, Karina melihat seorang wanita berpakaian modis dan seksi. Tiba-tiba Agatha menunjuk Karina dan membisikkan sesuatu kepada gadis itu. Wanita berpakaian seksi itu lalu berdiri dan menghampiri Karina."Perkenalkan aku Felliska, pacarnya Davin." Felliska mengulurkan tangannya.Karina menjabat tangannya meski agak kesusahan karena menggendong Tania. "Aku Karina.""Kamu baby sitter di sini, ya?""Iy
Elard membantu Karina berdiri dan memapahnya. Elard lalu membukakan pintu mobil dan membantu Karina masuk ke dalam. Setelah itu, Elard menghampiri beberapa pengendara dan mengobrol dengan mereka.Elard meminta tolong kepada mereka untuk membawa motor Karina ke bengkel. Untungnya masih ada orang-orang baik yang dengan senang hati membantu Karina. Setelah itu, Elard memasuki mobil dan melajukan mobilnya menuju rumah sakit.Karina menggigit bibirnya saat rasa sakit datang bertubi-tubi. Di tubuhnya banyak luka gores dan kulit yang sobek sampai terlihat dagingnya. Karina merasa sakit, nyeri, dan panas secara bersamaan.Elard yang sedang menyetir sesekali melirik Karina dengan raut wajah khawatir. Ia sedikit mempercepat laju mobilnya agar segera sampai di rumah sakit. Karina meneteskan air mata ketika ia tidak mampu lagi menahan sakit."Kamu boleh remas tangan aku untuk melampiaskan rasa sakit kamu," celetuk Elard.Karena sudah tak tahan, akhirnya Karina mengangguk dan mencengkram lengan El
Karina syok melihat tawaran Elard. Ia senang sekaligus kaget. Ia sampai membeku sesaat.Ia pun memekik tertahan dan mengetikkan balasan kepada Elard.Karina: Iya, aku mauElard: Pilihan yang bagus, besok kamu aku jemput untuk bertemu dengan ayahkuKarina: Tapi aku setiap hari kerja dan baru pulang jam empat soreElard: Gak apa-apa, aku akan jemput kamu habis kerjaKarina: Oke, terima kasih tawarannya, ElardElard: Sama-samaKarina mematikan ponselnya lalu ia mengusap wajahnya. Ia terus mengucap kata syukur. Ia pun melanjutkan kembali pekerjaannya. Ia berniat membuat beberapa rancangan baru untuk dijadikan pilihan saat bekerja sama dengan butik ayah Elard nanti.•••Karina bangun saat sinar matahari menyapa dirinya dari lubang ventilasi. Karina menguap lalu membuka matanya lebar-lebar. Ia meregangkan otot-ototnya yang kaku.Ia lalu menghidupkan ponselnya untuk mengecek jam. Rupanya saat ini sudah jam lima pagi. Karina pun bangkit dari duduknya dan membuka jendela.Ia tersenyum saat sin
Elard menghentikan mobilnya di sebrang jalan yang sedikit jauh dari kediaman Adam. Karina melepas sabuk pengamannya dan berkata, "Terima kasih banyak atas semua bantuanmu, Elard. Aku tidak tahu bagaimana nasibku tanpa semua bantuanmu. Maaf aku tidak bisa membalas semua kebaikanmu.""Sesama manusia memang seharusnya tolong menolong, Karina. Aku ikhlas membantu kamu," sahut Elard.Karina tersenyum dan berucap, "Aku kerja dulu, terima kasih tumpangannya.""Sama-sama. Semangat kerjanya."Mood Karina langsung naik saat Elard menyemangatinya. Ia tanpa sadar merekahkan senyumnya. Karina sampai lupa dengan semua masalahnya.Setelah satpam membukakan gerbang, Karina pun melangkah memasuki rumah mewah milik keluarga Adam. Mood Karina seketika turun ketika melihat Felliska ada di ruang tamu. Karina merapalkan doa dalam hati agar Felliska tidak berbuat atau berkata buruk kepadanya.Karina merasa sakit hati sekaligus trauma dengan sikap Felliska. Ia berharap hal itu tidak terulangi lagi. Karina pu
Karina menjadi lesu. Ia tahu pasti Felliska sudah memotong bagian rekaman CCTV itu. Agatha berucap, "Rekaman CCTV itu hilang bukan berarti Felliska salah dan kamu benar. Bisa saja CCTV-nya memang sedang eror. Sudahlah, kamu kembali bekerja!" Agatha lalu berlalu meninggalkan ruangan itu yang hanya menyisakan Karina dan Sinta. Saat Karina hendak pergi, tangannya dicekal oleh Sinta. "Tunggu, aku mau bilang sesuatu sama kamu," ucap Sinta."Apa?""Tapi jangan di sini."Saat Karina hendak bertanya, Sinta langsung menarik tangannya keluar dari ruangan. Saat berada di luar ruangan, Sinta celingak-celinguk untuk memastikan agar tidak ada yang melihat mereka. Karina hendak kembali bertanya, tapi Sinta langsung menarik tangannya.Sinta membawa Karina ke dalam lorong toilet. Mereka lalu memasuki sebuah bilik toilet dan mengunci pintunya. Karina yang hendak bersuara langsung ditahan oleh Sinta yang menempelkan jari telunjuknya ke bibir Karina."Dengarkan aku." Sinta setengah berbisik. "Kemarin, Fe