Share

Bab 3

Penulis: Jimmy Nugroho
"Tolong lepaskan pakaiannya," ulangi Kelvin dengan nada tenang.

"Hah?" Niveria terkejut mendengar itu. Dia bertanya, "Apa maksudmu?"

"Aku ini buta, nggak bisa lihat," ucap Kelvin dengan nada tenang.

"Cih!" Pria tua berjubah batik mengejek, "Ini dokter hebat yang Bu Niveria cari? Belum pernah aku dengar harus buka baju untuk pengobatan ALS. Jangan-jangan kamu bawakan playboy untuk mengambil keuntungan dari Bu Irene."

Pria paruh baya itu menatap Kelvin. Matanya memancarkan kedinginan.

Dia adalah Hasan Chiara. Di Kota Jingawan, dia sangat berpengaruh, baik dari koneksi maupun kekayaannya.

Di tempat tidur, Irene memalingkan pandangan ke Kelvin yang berwajah tenang. Terpikir sisa hidupnya yang sudah menipis, Irene memutuskan, "Biarlah dia mencoba."

"Irene!" Wajah Hasan berubah seketika.

"Aku ingin coba," kata Irene seraya menatap ayahnya.

Wajah Hasan sangat masam. Melihat keputusasaan di mata putrinya, dia berkompromi. Setelah itu, dia mengancam Kelvin, "Nak ... kalau kamu nggak bisa sembuhkan dia, kubunuh kamu!"

Kemudian, Hasan menoleh pada pria tua berjubah batik. "Ikut aku keluar sebentar."

"Cih, kamu benaran percaya orang ini?" tanya pria tua berjubah batik. "Dia jelas-jelas penipu ...."

Melihat ekspresi Hasan, pria tua berjubah batik menggeleng, lalu berjalan keluar.

Setelah dua pria itu keluar, pipi Irene memerah.

Meski Kelvin tidak bisa melihat, melepas pakaian di depan pria tetap memalukan. Sesudah membulatkan tekad, Irene menyibak selimut dan berkata, "Niver, bantu aku."

Niveria menarik napas dalam-dalam. Dia melirik Kelvin sekilas dan mengangguk seraya mengiakan. "Oke."

Tak lama kemudian, Irene terbaring dengan wajah merah tersipu.

Sebagian besar waktunya dihabiskan di tempat tidur karena penyakitnya. Kulitnya sangat pucat, tetapi jelas tidak sehat.

Meski bertubuh kurus, bagian-bagian yang seharusnya berisi juga tidak ketinggalan.

Kelvin berpesan, "Tolong letakkan tanganku ke dadanya."

"Kamu ...." Wajah Niveria berubah masam mendengar itu.

Niveria menoleh pada Irene, yang mengangguk dengan wajah merah tersipu dan berkata, "Turuti dia."

Melihat Kelvin yang tetap tenang, Niveria mengernyit seraya meraih tangan Kelvin perlahan ke dada Irene.

Alis Kelvin bergetar ketika jari-jemarinya bersentuhan dengan kulit Irene. Dia dapat merasakan bahwa suhu tubuh Irene memang lebih rendah dari orang biasa. Setelah berpikir sejenak, Kelvin berujar, "Nanti ... mungkin akan sedikit sakit, kamu harus tahan."

"Baik," sahut Irene malu-malu.

Di samping, Niveria mengerutkan alis melihat jari-jari Kelvin perlahan terangkat dan mempertahankan satu posisi.

"Uhm!"

Irene mendengus. Entah ilusi atau bukan, dia merasa bagian tubuh Kelvin yang bersentuhan dengannya mengirim rasa hangat yang samar-samar. Perasaan itu hilang dengan cepat, digantikan rasa dingin yang sangat menusuk dari dalam tubuh yang segera menyebar ke seluruh tubuhnya.

Rasa dingin ekstrem itu membuat Irene gemetar tak henti.

"Kak Irene!" Wajah Niveria berubah seketika.

Kelvin mempertahankan posisi itu. Lama kemudian, dia dengan pelan mengembuskan napas dingin dari mulutnya.

Setelah semuanya beres, Kelvin menghela napas panjang dan berkata, "Sudah."

"Begini saja?" tanya Niveria sambil mengernyit.

"Dingin!"

"Dingin!"

Di tempat tidur, bibir Irene mulai membiru, dan seluruh tubuhnya gemetar hebat.

Niveria buru-buru menyelimutinya. Lalu, dengan wajah muram, dia memarahi Kelvin, "Kenapa begini?!"

"Ah!"

Tepat ketika Kelvin ingin menjelaskan, Irene menjerit kesakitan lagi.

Brak!

Kemudian, Hasan mendobrak pintu terbuka dan masuk. Melihat Irene menggigil di tempat tidur dengan bibir membiru, dia langsung menarik kerah baju Kelvin dan membentak, "Apa yang terjadi?!"

"Cih, apa lagi?" Di luar kamar, pria tua berjubah batik berkata sarkas, "Saat penyakit ALS Bu Irene kambuh, nggak boleh kena dingin sedikit pun. Bocah ini mungkin hanya ingin mengambil keuntungan. Penyakit Bu Irene jadi nggak terkendali karena sudah buka baju dan kedinginan."

"Sialan!" Wajah Hasan memerah karena marah.

"Dingin!"

"Dingin!"

Saat Hasan hendak memukuli Kelvin, Irene kembali bersuara gemetar dari tempat tidur.

"Pengawal!" teriak Hasan dengan panik.

Dua orang yang seperti pengawal bergegas masuk. "Ya, Pak Hasan!"

"Kurung bocah ini ke ruang bawah tanah! Nanti akan kuurus pelan-pelan. Kalau Irene kenapa-kenapa, kubunuh dia!" Wajah Hasan berubah masam.

Di samping, Niveria juga memandangi Kelvin dengan penuh kekecewaan.

Menurutnya, perkataan pria tua itu benar. Kelvin ... tidak melakukan apa-apa, hanya meraba-raba tubuh Irene.

Kedua pengawal itu dengan kasar menyeret Kelvin keluar menuju ruang bawah tanah vila, lalu mendorongnya hingga terjatuh.

Punggung Kelvin terasa sakit. Jelas luka karena didorong Karlo sebelumnya robek lagi.

Orang-orang di atas sama sekali tidak memberinya kesempatan untuk menjelaskan.

Kelvin menggeleng. Tanpa rasa khawatir, dia duduk bersila dengan tenang.

"Awasi dia, aku curiga dia pura-pura buta!" kata seorang pengawal dengan garang. "Aku ke atas lihat kondisi Irene."

Setelah pengawal itu pergi, pengawal yang tersisa menjadi kesal karena melihat Kelvin duduk tenang seperti tidak terjadi apa-apa.

"Dasar mesum!" gertak pengawal itu. "Aku sudah lihat Irene tumbuh dewasa dari kecil, beraninya kamu membuat penyakit Irene kambuh dan menderita seperti ini! Aku harus membuatmu menderita hari ini!"

Sambil bicara, pengawal itu berjalan ke sudut ruang bawah tanah untuk mengambil tongkat bisbol.

...

Di kamar tidur Irene. Setelah beberapa menit, rasa dingin di tubuhnya mereda secepat kilat.

Rasa sakit menusuk itu juga perlahan hilang.

Bibirnya berangsur-angsur kembali berwarna merah.

AC di kamar tidak dinyalakan karena musim panas. Rasanya agak pengap.

"Bagaimana perasaanmu?" tanya Hasan segera pada Irene yang perlahan pulih. "Irene, kamu nggak kenapa-napa, 'kan?"

Pria tua berjubah batik menghela napas panjang dan berkata, "Sekarang sudah pulih karena diselimuti, dan tubuhnya mulai hangat. Tapi .... "

Irene tiba-tiba menyela, "Ayah ... aku merasa ... panas sekali!"
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Sang Dewa Pengobatan Sakti   Bab 50

    Kelvin terkejut dan bertanya, "Berapa harga satuan Pil Pelarut Mayat ini katamu?"Namun, wanita bergaun putih memandangi Kelvin dari atas ke bawah. Lama kemudian, dia menarik napas dalam-dalam dan bertanya, "Kamu ahli alkimia?""Aku seorang ahli pengobatan." Kelvin menggeleng, tidak mengakui status sebagai ahli alkimia.Mendengarnya, wanita itu tampak sedikit kecewa."Tapi aku juga bisa racik pil. Terkadang diperlukan untuk mengobati pasien," ujar Kelvin sambil memandangi mayat di depannya.Tak lama kemudian, dua mayat itu sepenuhnya berubah menjadi genangan air, tak bersisakan tulang, dan meresap ke dalam tanah.Wanita bergaun putih tampak girang mendengar perkataan Kelvin. Dia buru-buru bertanya, "Kalau begitu ... apa kamu bisa racik Pil Sari Pati?""Pil Sari Pati?" Alis Kelvin berkerut.Melihat ekspresi Kelvin, wanita bergaun putih tersenyum getir dan berkata lesu, "Iya juga, Pil Sari Pati itu pil level dua. Kamu cuma seorang dokter, wajar kalau nggak bisa racik.""Aku nggak bilang

  • Sang Dewa Pengobatan Sakti   Bab 49

    Sebagai seorang ahli pengobatan, Kelvin sudah terbiasa melihat kematian. Jadi, saat dua mayat terbaring di depannya, dia tidak merasa takut sedikit pun.Beban psikologis pun tidak ada sama sekali.Kelvin bisa berhati lembut sebagai dokter, tetapi menghadapi orang yang berniat jahat terhadapnya, dia tidak perlu membalas keburukan dengan kebaikan.Hanya saja, menangani kedua mayat ini agak merepotkan.Saat itu, wanita bergaun putih berkata dengan nada datar, "Mereka itu pembunuh bayaran, kemungkinan besar adalah buronan terdaftar. KTP yang mereka pakai pasti palsu.""Jadi?" tanya Kelvin sambil menoleh pada wanita bergaun putih.Wanita bergaun putih menatapi Kelvin seperti melihat orang bodoh. Dia menyarankan, "Jadi, kamu tinggal masukkan mereka ke karung, bawa ke luar kota, dan buang di alam liar."Ekspresi Kelvin berubah. Dia memandangi wanita bergaun putih seraya mengajak, "Kamu juga bunuh satu, ayo kita bawa bersama-sama."Wanita bergaun putih melemparkan tatapan cuek pada Kelvin dan

  • Sang Dewa Pengobatan Sakti   Bab 48

    Kelvin menunduk dan terkaget-kaget.Pria yang terbaring di depannya muntah darah keras sampai seluruh wajahnya terciprat.Wanita itu melongo melihatnya.Siapa mereka? Mereka berdua adalah pembunuh bayaran paling top di dalam negeri. Mereka tidak pernah gagal saat bekerja sama!Namun, kali ini, dia dikalahkan Kelvin dalam sekejap, sedangkan pria ini tampaknya sudah tidak bisa diselamatkan.Mereka jelas menghadapi lawan tangguh dan dikalahkan seketika.Kelvin juga sedikit terperanjat. Dia menoleh pada wanita bergaun putih.Dengan sekilas pandang ini, Kelvin sendiri sedikit terpana.Wanita itu termasuk wanita cantik, tetapi jelas masih kalah dibanding Niveria, bahkan kalah dengan Shintia.Ekspresinya juga agak dingin.Akan tetapi ... ada daya tarik yang aneh pada wanita itu."Selesaikan urusanmu sendiri, jangan menyusahkan orang lain!" tegur wanita itu dengan nada datar. Dia memalingkan muka, berdiri di balkon dan terus melihat ke luar.Seolah-olah urusan Kelvin di sana tidak ada hubungan

  • Sang Dewa Pengobatan Sakti   Bab 47

    Di balkon lantai dua wisma, Kelvin berdiri di depan sebuah kamar dan menatap tajam pada dua orang itu. Ekspresinya dingin.Sebenarnya, Kelvin bisa menebak dari pembicaraan telepon wanita tadi.Kedua orang ini sepertinya adalah pembunuh bayaran yang dikirim oleh Arvin.Kelvin sudah punya antisipasi bahwa Arvin mengincarnya. Hanya saja, dia tidak menyangka Arvin akan bertindak secepat ini.Bagaimanapun juga, Keluarga Jahan adalah yang terkuat dari enam keluarga besar Kota Yanir. Dengan sumber daya yang mereka kuasai, tidak sulit menyelidiki dirinya.Niveria telah bertemu dengannya beberapa kali dalam dua hari ini. Arvin pasti akan mengincarnya.Namun, Kelvin tidak menyangka tindakan mereka akan begitu cepat. Malam ini sudah ada dua orang yang datang ke wisma, dan mengutak-atik tas ranselnya.Kakek pernah memberitahunya, sebagai kultivator, dia tidak boleh bertarung melawan orang biasa. Akan tetapi ... apakah pembunuh bayaran termasuk orang biasa?Jawabannya adalah tidak.Kedua pembunuh

  • Sang Dewa Pengobatan Sakti   Bab 46

    Lalu, Charles menatap mereka dan berujar, "Kelvin ada di wisma, kalian pergi mohon dia saja. Dia sudah bilang, 'kan? Asal ... kalian berlutut dan mohon dia, biar Tia mohon dia, mungkin masih ada harapan!""Mohon kampungan itu?" Sherline menggertakkan gigi dengan kuat."Memangnya kalian mau lihat Tia mati?" tukas Charles sambil memelotot.Tepat saat itu, terdengar suara langkah kaki dari pintu. Seorang pelayan masuk ke ruangan untuk melaporkan, "Tuan, di luar ada Karlo Zulkarnain, minta ketemu!""Karlo?" Sorot mata Charles berubah dingin. Dia memaki, "Dia yang beri ide rekam video, dia yang bikin Tia jadi begini. Masih berani datang? Kalau akhirnya Tia mati, sekalipun ada Keluarga Lorenz di belakangnya, aku akan bunuh dia."Daniel ikut membentak, "Suruh dia pergi!""Dia ...." Saat itu, pelayan tadi menambahkan, "Dia bilang dia bawa solusi untuk menyelamatkan Nona. Dia datang bersama seseorang bernama Adrian Lorenz!" "Hah?" Charles terkejut dan bertanya, "Serius?""Ya, orang itu bilang

  • Sang Dewa Pengobatan Sakti   Bab 45

    Hasan adalah seorang pengusaha, dia tidak bodoh!Meski tadi mereka bertiga tidak saling menyebut identitas masing-masing, Kelvin tahu bahwa pria berkacamata hitam itu adalah seorang kultivator, dan kekuatannya mungkin sekitar Tahap Pemurnian Energi.Menurut perkataan Kelvin, pria berkacamata hitam dan Hasan juga menduga Kelvin adalah seorang kultivator, hanya saja tingkat kultivasinya tidak diketahui.Kultivator yang memasuki Tahap Pemurnian Energi adalah orang paling top di dunia biasa. Jika Hasan berteman baik dengan Kelvin, itu dapat membuat bisnisnya lebih stabil.Yang paling penting, Kelvin adalah seorang dokter hebat. Sekarang tampaknya dia juga seorang ahli alkimia!Ahli alkimia sangat langka, bahkan di dunia kultivasi sekali pun.Jika bisa membuat Kelvin menikahi Irene, itu jelas hal yang sangat baik.Kelvin berdeham canggung dan menjelaskan, "Pak Hasan, aku benaran buta sebelum ini, dan mataku baru sembuh. Tanya Niveria saja kalau nggak percaya!""Selain itu ...." Kelvin berde

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status