Share

Bab 2

Penulis: Jimmy Nugroho
Entah berapa lama kemudian, Kelvin berangsur-angsur siuman.

Begitu sadar, rasa sakit langsung menyergapnya. Punggung dan kepalanya pasti terluka. Setelah berbaring sebentar di tanah, Kelvin perlahan duduk dan meluruskan kain yang miring di kepalanya untuk menutupi matanya, lalu meraba-raba sekeliling!

Tongkat penuntunnya tidak ditemukan. Dari tekstur tanah yang diraba, Kelvin tahu dirinya sepertinya ada di pinggir jalan, tetapi lokasi tepatnya tidak jelas.

Saat Kelvin sedang bingung ....

Citt!

Mobil Mercedes Maybach S80 berhenti tepat di depan Kelvin. Di dalam mobil, seorang wanita super cantik sedang memegangi selembar foto. Alisnya perlahan berkerut ketika memandangi Kelvin yang duduk di pinggir jalan.

Di kursi pengemudi, seorang pria bertubuh kekar seperti pengawal mengernyit seraya bertanya, "Nona, apa ... kita salah orang? Dia tampaknya tunanetra!"

Niveria Sunardi melihat foto itu, lalu membandingkannya dengan Kelvin. Di benaknya terlintas pesan kakeknya.

"Kelvin adalah seorang dokter hebat. Dialah yang menyelamatkan nyawa Kakek ini."

"Dia punya janji nikah dengan Shintia dari Keluarga Limanta di Kota Jingawan, tapi berdasarkan pemahaman kita tentang Keluarga Limanta, mereka pasti akan ingkar janji. Kamu harus temui Kelvin, barulah masalahmu sekarang bisa diselesaikan!"

Berpikir demikian, alis Niveria makin berkerut.

Niveria tahu betapa besar masalah yang dihadapinya sekarang. Pria di depan ini sama sekali tidak tampak seperti seseorang yang bisa membantunya menyelesaikan masalahnya.

"Benar atau bukan, kita uji saja," ujar Niveria dengan tenang.

Niveria membuka pintu mobil, berjalan menuju Kelvin, dan berjongkok sambil bertanya, "Permisi, apa kamu Kelvin Christian?"

Kelvin mendongak dan bertanya balik sembari mengernyit, "Siapa kamu?"

"Perkenalkan, aku Niveria Sunardi. Aku dengar kamu sangat ahli dalam pengobatan. Aku punya sahabat yang menderita penyakit terminal dan nggak kunjung sembuh setelah lama diobati. Apa Pak Kelvin bersedia membantunya?" tanya Niveria.

Mendengar itu, pengawal di kursi pengemudi ingin bicara, tetapi mengurungkan niatnya.

Mereka telah menghabiskan banyak tenaga untuk mencari Kelvin. Pertama, mereka pergi ke desa di mana Kelvin tinggal. Setelah ditanyakan, barulah diketahui bahwa Kelvin adalah yatim-piatu dan dibesarkan oleh kakeknya. Kakeknya adalah seorang dokter keliling di desa yang mengobati flu dan batuk dengan resep tradisional, bahkan mengobati penyakit hewan ternak!

Pengawal itu tidak percaya seorang dokter hebat akan melakukan hal seperti itu.

Dari informasi yang didapat, Kelvin hanya membantu kakeknya, tidak pernah sekolah tinggi, apalagi kemudian menjadi buta.

Adapun penampilan Kelvin saat ini, kepalanya penuh keropeng darah, dan pakaiannya terbuat dari kain murah. Mana mungkin seorang dokter hebat hidup seperti itu?

"Aku bisa bantu," kata Kelvin. "Tapi sebagai gantinya, aku harap kalian bisa mengantarku pulang nanti."

"Nggak masalah!" Mata Niveria berbinar. Dia tidak peduli dengan pakaian Kelvin yang kotor, justru membantunya naik ke mobil.

"Tampaknya kamu terluka," ujar Niveria sambil mengernyit setelah naik ke mobil.

"Ya, digigit anjing. Nggak apa-apa," jawab Kelvin. "Bawa aku temui pasien!"

Setengah jam kemudian, mobil berhenti di depan sebuah vila mewah. Niveria membantu Kelvin turun. Pengawalnya menghela napas panjang, menyaksikan kedua orang itu masuk ke dalam vila.

...

Di dalam sebuah ruang VIP Rumah Sakit Prima Kota Jingawan, Karlo dan Shintia masuk ke bangsal membawa keranjang buah.

"Kakek, aku datang menjengukmu!" Shintia tersenyum manis.

Pasien di bangsal itu adalah Presdir Grup Limanta Kota Jingawan, Charles Limanta.

Melihat Shintia masuk, Charles tersenyum lebar dan berkata, "Sudah datang, ya. Kenapa nggak bawa Kelvin? Dia sudah datang ke Kota Jingawan untuk memenuhi janji pernikahan, 'kan?"

Karlo menyela, "Kakek Charles, apa yang kamu pikirkan? Dia hanya orang desa, bahkan buta. Mana bisa Kakek serahkan kebahagiaan Tia ke tangan orang seperti itu?"

Wajah Charles berubah muram mendengar itu. Dia bertanya, "Tia, siapa ini?"

Shintia buru-buru memperkenalkan, "Kakek, ini teman SMA-ku, Karlo Zulkarnain. Sekarang dia buka perusahaan e-commerce sendiri di Kota Jingawan, dan nilainya sudah belasan triliun. Berita tentang Keluarga Sunardi dari Kota Yanir yang akan berinvestasi di Kota Jingawan, sudah Kakek lihat, 'kan? Karlo adalah mitra kerja sama mereka."

Karlo sendiri menambahkan, "Ya, Kakek Charles. Melalui kerja sama dengan Keluarga Sunardi ini, perusahaanku pasti bisa jadi perusahaan terdepan di Kota Jingawan dalam sepuluh tahun. E-commerce itu masa depan."

Karlo berdeham sebelum meneruskan, "Sebenarnya begini, aku sudah lama kejar Tia, dan Tia mulai terbuka akhir-akhir ini. Orang tua Tia juga setuju. Tapi karena ada janji pernikahan ini, kami nggak berani beri tahu Kakek."

"Tia nggak akan nikah denganmu," kata Charles dengan tenang. "Tia hanya boleh nikah dengan Kelvin."

"Kakek, aku nggak akan nikah dengan kampungan itu. Sebelum ke sini, aku sudah temui dia untuk bicarakan pembatalan janji nikah. Surat perjanjian nikah juga sudah kurobek," sanggah Shintia.

Mendengar ini, napas Charles tiba-tiba menjadi tersengal. Tangannya yang gemetar menunjuk Shintia. "Kamu ... kamu ... kamu ...."

Namun, Charles tidak bisa menyelesaikan kalimatnya. Tubuhnya kaku, lalu dia pingsan.

...

Vila itu besar seperti istana. Niveria memapah Charles dan memperingatkan dengan pelan, "Awas anak tangga!"

Kelvin mendongakkan kepala, berjalan selangkah demi selangkah ke dalam vila.

"Niver sudah datang, ya?" Seorang wanita paruh baya elegan menyambut dengan senyum lebar. "Siapa ini?"

Niveria tersenyum saat menjawab, "Bibi Kimberli, ini dokter yang kucarikan untuk Kak Irene. Di mana Kak Irene?"

Wanita paruh baya itu mengernyit saat melihat penampilan Kelvin!

Meskipun Kelvin sudah membersihkan wajahnya dengan tisu dan air di mobil, wajahnya masih bengkak dan memar, juga ada noda darah dan kotoran di bajunya.

Akan tetapi, wanita itu tampaknya sangat percaya pada Niveria. Dia tidak banyak berkomentar, melainkan tersenyum seraya menerangkan, "Irene sedang dirawat di kamarnya. Kami sudah ketemu seorang ahli pengobatan tradisional terkemuka."

"Bawa kami ke sana saja," kata Niveria.

Wanita paruh baya itu mengangguk, lalu membawa mereka ke sebuah kamar tidur yang luas di lantai dua.

Di dalam kamar, seorang wanita cantik dengan wajah pucat terbaring di tempat tidur dan diselimuti selimut tebal, padahal sedang musim panas. Matanya kosong dan memancarkan keputusasaan.

Di samping, duduk seorang pria paruh baya dan seorang pria tua berjubah batik yang sibuk berdiskusi.

"Pak Hasan, penyakit ALS yang diderita Bu Irene sudah termasuk stadium lanjut. Aku pun nggak berdaya."

"Katanya kamu adalah dokter terbaik di seluruh Provinsi Lamur!" seru pria paruh baya itu segera. "Asalkan kamu bisa sembuhkan anakku, aku rela berikan apa saja, termasuk seluruh bisnis Keluarga Chiara!"

"Aduh, ini penyakit terminal. Aku hanya bisa beri resep untuk perlambat perkembangan penyakitnya, tapi ...."

"Penyakit ALS, bisa disembuhkan nggak?" tanya Niveria pada Kelvin saat pria itu sedang bicara.

"Bisa," jawab Kelvin dengan tenang.

Percakapan mereka menarik perhatian kedua pria di dalam kamar.

Pria paruh baya itu mendongak dan terkejut melihat Niveria. Dia menyapanya, "Niver, kapan kamu datang?"

Niveria memapah Kelvin masuk ke kamar dan duduk di sofa. Setelah itu, dia baru memberi salam pada pria itu, "Paman Hasan, aku baru sampai. Ini dokter hebat yang kucarikan untuk Kak Irene."

Usai bicara, Niveria menghampiri tempat tidur dan dengan sedih memandangi wanita di atasnya. Dia memanggil, "Kak Irene."

Pria tua berjubah batik mengamati Kelvin dari ujung rambut ke ujung kaki, lalu tersenyum sinis. Dia mengejek, "Dokter hebat? Tadi kamu bilang penyakit ALS ini bisa disembuhkan?"

Kelvin mengangguk dan mengulang jawabannya, "Bisa."

"Hahaha!" Pria tua itu tertawa dan berkata sarkas, "Penyakit ALS itu penyakit terminal, nggak bisa disembuhkan baik dengan pengobatan tradisional atau modern. Pengobatan mana yang kamu pelajari?"

"Pengobatan tradisional," jawab Kelvin dengan tenang.

"Tradisional?" Pria tua itu mengejek lagi, "Pengobatan tradisional mementingkan pengalaman. Jadi, ahli pengobatan tradisional yang hebat biasanya sudah berumur. Kurasa kamu baru 20 atau 30an tahun!"

Pria tua itu meneruskan, "Dan dari penampilanmu, kamu sepertinya buta. Kunci dalam pengobatan tradisional adalah diagnostik pengamatan, pendengaran dan penciuman, anamnesis, dan palpasi. Diagnostik pengamatan yang pertama pun nggak bisa kamu lakukan!"

Lalu, pria tua itu berkata dengan dingin, "Pak Hasan, jangan sampai kamu ketemu dokter gadungan. Nggak hanya nggak bisa perlambat penyakit anakmu, malah akan percepat kematiannya!"

Kelvin tidak menggubris pria tua itu. Dia meminta izin dengan tenang, "Bolehkah aku periksa?"

Mendengar ucapan pria tua berjubah batik, Niveria dan pria paruh baya itu mengerutkan alis.

Niveria menatap Kelvin sembari memperingatkan dengan nada tenang, "Kak Irene orang terdekatku. Kalau kamu dokter gadungan atau penipu, kamu akan mati dengan sangat mengenaskan!"

"Ya." Kelvin mengangguk.

Pria paruh baya itu ragu-ragu.

Tepat saat itu, Irene Chiara yang terbaring di tempat tidur menyela, "Bagaimanapun juga pasti mati, hanya soal cepat atau lambat. Biarlah dia mencoba."

Niveria memapah Kelvin ke sisi tempat tidur. Kelvin menarik napas panjang, lalu berkata dengan tenang, "Tolong lepaskan baju pasien."
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Sang Dewa Pengobatan Sakti   Bab 50

    Kelvin terkejut dan bertanya, "Berapa harga satuan Pil Pelarut Mayat ini katamu?"Namun, wanita bergaun putih memandangi Kelvin dari atas ke bawah. Lama kemudian, dia menarik napas dalam-dalam dan bertanya, "Kamu ahli alkimia?""Aku seorang ahli pengobatan." Kelvin menggeleng, tidak mengakui status sebagai ahli alkimia.Mendengarnya, wanita itu tampak sedikit kecewa."Tapi aku juga bisa racik pil. Terkadang diperlukan untuk mengobati pasien," ujar Kelvin sambil memandangi mayat di depannya.Tak lama kemudian, dua mayat itu sepenuhnya berubah menjadi genangan air, tak bersisakan tulang, dan meresap ke dalam tanah.Wanita bergaun putih tampak girang mendengar perkataan Kelvin. Dia buru-buru bertanya, "Kalau begitu ... apa kamu bisa racik Pil Sari Pati?""Pil Sari Pati?" Alis Kelvin berkerut.Melihat ekspresi Kelvin, wanita bergaun putih tersenyum getir dan berkata lesu, "Iya juga, Pil Sari Pati itu pil level dua. Kamu cuma seorang dokter, wajar kalau nggak bisa racik.""Aku nggak bilang

  • Sang Dewa Pengobatan Sakti   Bab 49

    Sebagai seorang ahli pengobatan, Kelvin sudah terbiasa melihat kematian. Jadi, saat dua mayat terbaring di depannya, dia tidak merasa takut sedikit pun.Beban psikologis pun tidak ada sama sekali.Kelvin bisa berhati lembut sebagai dokter, tetapi menghadapi orang yang berniat jahat terhadapnya, dia tidak perlu membalas keburukan dengan kebaikan.Hanya saja, menangani kedua mayat ini agak merepotkan.Saat itu, wanita bergaun putih berkata dengan nada datar, "Mereka itu pembunuh bayaran, kemungkinan besar adalah buronan terdaftar. KTP yang mereka pakai pasti palsu.""Jadi?" tanya Kelvin sambil menoleh pada wanita bergaun putih.Wanita bergaun putih menatapi Kelvin seperti melihat orang bodoh. Dia menyarankan, "Jadi, kamu tinggal masukkan mereka ke karung, bawa ke luar kota, dan buang di alam liar."Ekspresi Kelvin berubah. Dia memandangi wanita bergaun putih seraya mengajak, "Kamu juga bunuh satu, ayo kita bawa bersama-sama."Wanita bergaun putih melemparkan tatapan cuek pada Kelvin dan

  • Sang Dewa Pengobatan Sakti   Bab 48

    Kelvin menunduk dan terkaget-kaget.Pria yang terbaring di depannya muntah darah keras sampai seluruh wajahnya terciprat.Wanita itu melongo melihatnya.Siapa mereka? Mereka berdua adalah pembunuh bayaran paling top di dalam negeri. Mereka tidak pernah gagal saat bekerja sama!Namun, kali ini, dia dikalahkan Kelvin dalam sekejap, sedangkan pria ini tampaknya sudah tidak bisa diselamatkan.Mereka jelas menghadapi lawan tangguh dan dikalahkan seketika.Kelvin juga sedikit terperanjat. Dia menoleh pada wanita bergaun putih.Dengan sekilas pandang ini, Kelvin sendiri sedikit terpana.Wanita itu termasuk wanita cantik, tetapi jelas masih kalah dibanding Niveria, bahkan kalah dengan Shintia.Ekspresinya juga agak dingin.Akan tetapi ... ada daya tarik yang aneh pada wanita itu."Selesaikan urusanmu sendiri, jangan menyusahkan orang lain!" tegur wanita itu dengan nada datar. Dia memalingkan muka, berdiri di balkon dan terus melihat ke luar.Seolah-olah urusan Kelvin di sana tidak ada hubungan

  • Sang Dewa Pengobatan Sakti   Bab 47

    Di balkon lantai dua wisma, Kelvin berdiri di depan sebuah kamar dan menatap tajam pada dua orang itu. Ekspresinya dingin.Sebenarnya, Kelvin bisa menebak dari pembicaraan telepon wanita tadi.Kedua orang ini sepertinya adalah pembunuh bayaran yang dikirim oleh Arvin.Kelvin sudah punya antisipasi bahwa Arvin mengincarnya. Hanya saja, dia tidak menyangka Arvin akan bertindak secepat ini.Bagaimanapun juga, Keluarga Jahan adalah yang terkuat dari enam keluarga besar Kota Yanir. Dengan sumber daya yang mereka kuasai, tidak sulit menyelidiki dirinya.Niveria telah bertemu dengannya beberapa kali dalam dua hari ini. Arvin pasti akan mengincarnya.Namun, Kelvin tidak menyangka tindakan mereka akan begitu cepat. Malam ini sudah ada dua orang yang datang ke wisma, dan mengutak-atik tas ranselnya.Kakek pernah memberitahunya, sebagai kultivator, dia tidak boleh bertarung melawan orang biasa. Akan tetapi ... apakah pembunuh bayaran termasuk orang biasa?Jawabannya adalah tidak.Kedua pembunuh

  • Sang Dewa Pengobatan Sakti   Bab 46

    Lalu, Charles menatap mereka dan berujar, "Kelvin ada di wisma, kalian pergi mohon dia saja. Dia sudah bilang, 'kan? Asal ... kalian berlutut dan mohon dia, biar Tia mohon dia, mungkin masih ada harapan!""Mohon kampungan itu?" Sherline menggertakkan gigi dengan kuat."Memangnya kalian mau lihat Tia mati?" tukas Charles sambil memelotot.Tepat saat itu, terdengar suara langkah kaki dari pintu. Seorang pelayan masuk ke ruangan untuk melaporkan, "Tuan, di luar ada Karlo Zulkarnain, minta ketemu!""Karlo?" Sorot mata Charles berubah dingin. Dia memaki, "Dia yang beri ide rekam video, dia yang bikin Tia jadi begini. Masih berani datang? Kalau akhirnya Tia mati, sekalipun ada Keluarga Lorenz di belakangnya, aku akan bunuh dia."Daniel ikut membentak, "Suruh dia pergi!""Dia ...." Saat itu, pelayan tadi menambahkan, "Dia bilang dia bawa solusi untuk menyelamatkan Nona. Dia datang bersama seseorang bernama Adrian Lorenz!" "Hah?" Charles terkejut dan bertanya, "Serius?""Ya, orang itu bilang

  • Sang Dewa Pengobatan Sakti   Bab 45

    Hasan adalah seorang pengusaha, dia tidak bodoh!Meski tadi mereka bertiga tidak saling menyebut identitas masing-masing, Kelvin tahu bahwa pria berkacamata hitam itu adalah seorang kultivator, dan kekuatannya mungkin sekitar Tahap Pemurnian Energi.Menurut perkataan Kelvin, pria berkacamata hitam dan Hasan juga menduga Kelvin adalah seorang kultivator, hanya saja tingkat kultivasinya tidak diketahui.Kultivator yang memasuki Tahap Pemurnian Energi adalah orang paling top di dunia biasa. Jika Hasan berteman baik dengan Kelvin, itu dapat membuat bisnisnya lebih stabil.Yang paling penting, Kelvin adalah seorang dokter hebat. Sekarang tampaknya dia juga seorang ahli alkimia!Ahli alkimia sangat langka, bahkan di dunia kultivasi sekali pun.Jika bisa membuat Kelvin menikahi Irene, itu jelas hal yang sangat baik.Kelvin berdeham canggung dan menjelaskan, "Pak Hasan, aku benaran buta sebelum ini, dan mataku baru sembuh. Tanya Niveria saja kalau nggak percaya!""Selain itu ...." Kelvin berde

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status