Share

Bab 4

Penulis: Jimmy Nugroho
Perkataan Irene membuat ketiga orang di kamar itu termangu.

Panas?

Kamar itu memang panas karena sedang musim panas dan AC tidak dinyalakan, serta semua jendela dan pintu tertutup rapat. Di dalam terasa seperti pemandian uap!

Wajah cantik Irene pun dibasahi keringat.

Namun, sungguh aneh kalimat itu keluar dari mulut Irene.

Karena penyakitnya, kata ini tak pernah dikatakan Irene.

"Kamu ...." Jantung Hasan berdebar kencang.

"Ayah, aku panas sekali. Apa kalian ... bisa keluar? Aku mau ... pakai baju." Wajah pucat Irene memancarkan sedikit kemerahan.

Hasan masih tidak percaya. "Kamu benaran ... benaran merasa panas?"

"Ya!" jawab Irene segera. "Orang tadi itu benaran dokter hebat. Hanya sebentar saja, aku langsung merasa badanku sehat."

"Pak Hasan!" Tepat saat itu, pengawal yang menahan Kelvin tadi berlari ke atas untuk melapor, "Aku sudah kurung bocah itu di ruang bawah tanah. Leo akan merawatnya dengan baik."

Lalu, pengawal itu mengumpat, "Dokter gadungan macam itu benar-benar membahayakan orang. Dengan satu perintah darimu, aku akan mengakhiri nyawanya hari ini juga."

Mendengar itu, ekspresi Hasan berubah seketika. Dia langsung menghardik, "Cepat persilakan dokter hebat itu ke atas lagi!"

"Hah?" Pengawal itu melongo, lalu bertanya, "Dokter hebat apa?"

Mata Hasan memancarkan kedinginan. Dia membentak, "Nggak ngerti omonganku? Aku suruh bawa kembali dokter hebat tadi! Kalau kalian berani menyakitinya, kupecat kalian!"

"Segera laksanakan!" Meski tidak mengerti apa yang terjadi, pengawal itu tidak berani menentang perintah Hasan dan segera berlari ke bawah.

...

Di bawah, Leo terus menepukkan tongkat bisbol ke telapak tangan kirinya. Matanya memancarkan senyuman dingin.

"Pura-pura jadi dokter hebat untuk mengambil keuntungan dari Nona? Tahu nggak, Pak Hasan itu orang terkaya se-Kota Jingawan. Mana bisa kamu mengambil keuntungan dari Irene? Tak tahu mati." Leo dengan pelan mengetuk lengan kanan Kelvin dengan tongkat bisbol, lalu berkata, "Tadi ... kamu pegang pakai tangan ini, 'kan?"

Kelvin duduk dengan wajah tenang tanpa menghiraukan pengawal itu.

Sedangkan wajah Leo penuh agresi. Sambil mengayun tongkat bisbol, dia berteriak marah, "Kupatahkan tanganmu ini!"

Tongkat bisbol diayunkan ke bawah dengan bunyi desing.

Tepat saat itu, pengawal yang naik barusan sampai di ruang bawah tanah. Dia terperanjat dan ingin berteriak menghentikannya, tetapi sudah terlambat.

Pengawal itu buru-buru maju dan melompat tinggi untuk menendang. Tendangannya tepat mengenai tubuh Leo.

Leo yang hendak memukul Kelvin dengan tongkat bisbol langsung melayang ke samping karena tertendang di bagian pinggang, lalu menabrak tumpukan barang-barang.

Bam!

Pengawal yang menendang itu juga jatuh keras ke lantai.

"Siapa itu?!" teriak Leo dengan gusar. Dia bangun sambil memegang pinggang, dan terkesiap melihat orang yang terbaring di lantai itu. Kemudian, dia memaki, "Reza, kamu sudah gila? Ngapain kamu tendang aku?"

Reza terjatuh cukup keras. Dia menarik napas sebentar sebelum akhirnya bangun. Dia menjelaskan, "Pak Hasan, Pak Hasan suruh kita bawa dia ke atas. Penyakit Irene ... sepertinya ada perbaikan."

"Serius?" Wajah Leo berseri mendengarnya.

Reza bergegas berdiri. Melihat Kelvin yang berwajah tenang, dia menangkupkan tangan tanpa peduli apakah Kelvin bisa melihatnya, lalu berkata, "Maafkan kelancangan kami tadi. Pak Hasan menantikanmu."

Kelvin yang sedang duduk memasang senyum tipis. Dengan tangan bertumpu ke lantai, dia berusaha bangun.

Reza buru-buru mendekat dan membantu Kelvin berdiri dengan sopan. Hanya setelah dua tiga menit saja, sikapnya terhadap Kelvin berubah drastis!

Tak lama kemudian, Kelvin dibawa kembali ke depan kamar tidur Irene.

Di dalam kamar, pria tua berjubah batik berkata, "Denyut nadi stabil, suhu tubuh juga kembali normal. Bagaimana dia melakukannya?"

Di samping Irene, kegembiraan Niveria sama sekali tidak dapat disembunyikan!

Pertama, karena perubahan kondisi Irene. Kedua ... dia tahu dia benar-benar menemukan orang yang tepat.

Kakek tidak membohonginya. Meski berpenampilan lusuh, Kelvin benar-benar punya keahlian.

Mungkin masalahnya benar-benar bisa diselesaikan dengan bantuan Kelvin.

Saat itu, Hasan melihat Kelvin muncul di pintu. Dia segera menghampiri Kelvin dan meminta maaf, "Dokter Hebat, maaf sekali tentang tadi. Aku bereaksi seperti itu karena melihat perubahan kondisi putriku. Tolong jangan diambil ke hati."

"Aku ingin menjelaskan, tapi kamu nggak beri aku kesempatan," terangkan Kelvin.

"Ini semua salahku!" kata Hasan. "Dokter Hebat, apa yang kamu butuhkan? Kamu sudah menyelamatkan putriku, dan aku ini orang yang pegang janji. Apa pun permintaanmu akan kusetujui, bahkan kalau kamu minta semua bisnisku."

Di samping, Niveria terperanjat. Dia tidak menyangka Hasan benar-benar rela berbuat seperti itu demi Irene.

Mengingat pengalamannya sendiri, dia bahkan merasa sedikit sedih.

Saat itu, pria tua berjubah batik melepaskan pergelangan tangan Irene. Dia berjalan menuju Kelvin dan menarik napas dalam-dalam sebelum berkata, "Nak, siapa gurumu? Bagaimana kamu bisa menyembuhkan penyakit ALS? Kalau kamu bersedia mengajariku ...."

"Aku ini hanya dokter gadungan." Kelvin tersenyum dingin saat berujar, "Ini transaksiku dengan Bu Niveria. Aku mengobati pasien, dia mengantarku pulang. Bu Niveria, sekarang aku sudah menepati janjiku, antar aku pulang. Transaksi kita selesai."

Perkataan Kelvin membuat pria tua berjubah batik terpaku di tempat.

Dia terus mengatai Kelvin sebagai penipu dan dokter gadungan barusan, lalu sekarang Kelvin jelas menyindirnya.

Kilatan kelam melintas di mata pria tua itu saat dia menatap Kelvin.

"Mana bisa begitu?" sela Hasan segera. "Karena kelancanganku barusan, aku harus beri kompensasi padamu, Dokter Hebat."

Kelvin tidak menggubrisnya. Dia kembali bertanya, "Bu Niveria, apa kamu mendengarku?"

"Ya, aku mendengarmu," sahut Niveria segera.

"Tolong antar aku pulang," kata Kelvin dengan nada tenang.

Niveria mengangguk dan mengiakan, "Baik."

Niveria segera berjalan ke sisi Kelvin untuk memapahnya. Dia berujar, "Mari ikut aku!"

Hasan dan Irene masih ingin berbicara, tetapi Niveria menggeleng pada mereka. Melihat ekspresi Niveria, mereka termangu dan tidak berkata apa-apa lagi.

Tak lama kemudian, mobil Mercedes Maybach meninggalkan vila.

Di dalam mobil, Niveria terus mengamati Kelvin. Dia meminta maaf pada Kelvin, "Pak Kelvin, maaf aku agak meragukanmu dan membuatmu terluka."
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Sang Dewa Pengobatan Sakti   Bab 50

    Kelvin terkejut dan bertanya, "Berapa harga satuan Pil Pelarut Mayat ini katamu?"Namun, wanita bergaun putih memandangi Kelvin dari atas ke bawah. Lama kemudian, dia menarik napas dalam-dalam dan bertanya, "Kamu ahli alkimia?""Aku seorang ahli pengobatan." Kelvin menggeleng, tidak mengakui status sebagai ahli alkimia.Mendengarnya, wanita itu tampak sedikit kecewa."Tapi aku juga bisa racik pil. Terkadang diperlukan untuk mengobati pasien," ujar Kelvin sambil memandangi mayat di depannya.Tak lama kemudian, dua mayat itu sepenuhnya berubah menjadi genangan air, tak bersisakan tulang, dan meresap ke dalam tanah.Wanita bergaun putih tampak girang mendengar perkataan Kelvin. Dia buru-buru bertanya, "Kalau begitu ... apa kamu bisa racik Pil Sari Pati?""Pil Sari Pati?" Alis Kelvin berkerut.Melihat ekspresi Kelvin, wanita bergaun putih tersenyum getir dan berkata lesu, "Iya juga, Pil Sari Pati itu pil level dua. Kamu cuma seorang dokter, wajar kalau nggak bisa racik.""Aku nggak bilang

  • Sang Dewa Pengobatan Sakti   Bab 49

    Sebagai seorang ahli pengobatan, Kelvin sudah terbiasa melihat kematian. Jadi, saat dua mayat terbaring di depannya, dia tidak merasa takut sedikit pun.Beban psikologis pun tidak ada sama sekali.Kelvin bisa berhati lembut sebagai dokter, tetapi menghadapi orang yang berniat jahat terhadapnya, dia tidak perlu membalas keburukan dengan kebaikan.Hanya saja, menangani kedua mayat ini agak merepotkan.Saat itu, wanita bergaun putih berkata dengan nada datar, "Mereka itu pembunuh bayaran, kemungkinan besar adalah buronan terdaftar. KTP yang mereka pakai pasti palsu.""Jadi?" tanya Kelvin sambil menoleh pada wanita bergaun putih.Wanita bergaun putih menatapi Kelvin seperti melihat orang bodoh. Dia menyarankan, "Jadi, kamu tinggal masukkan mereka ke karung, bawa ke luar kota, dan buang di alam liar."Ekspresi Kelvin berubah. Dia memandangi wanita bergaun putih seraya mengajak, "Kamu juga bunuh satu, ayo kita bawa bersama-sama."Wanita bergaun putih melemparkan tatapan cuek pada Kelvin dan

  • Sang Dewa Pengobatan Sakti   Bab 48

    Kelvin menunduk dan terkaget-kaget.Pria yang terbaring di depannya muntah darah keras sampai seluruh wajahnya terciprat.Wanita itu melongo melihatnya.Siapa mereka? Mereka berdua adalah pembunuh bayaran paling top di dalam negeri. Mereka tidak pernah gagal saat bekerja sama!Namun, kali ini, dia dikalahkan Kelvin dalam sekejap, sedangkan pria ini tampaknya sudah tidak bisa diselamatkan.Mereka jelas menghadapi lawan tangguh dan dikalahkan seketika.Kelvin juga sedikit terperanjat. Dia menoleh pada wanita bergaun putih.Dengan sekilas pandang ini, Kelvin sendiri sedikit terpana.Wanita itu termasuk wanita cantik, tetapi jelas masih kalah dibanding Niveria, bahkan kalah dengan Shintia.Ekspresinya juga agak dingin.Akan tetapi ... ada daya tarik yang aneh pada wanita itu."Selesaikan urusanmu sendiri, jangan menyusahkan orang lain!" tegur wanita itu dengan nada datar. Dia memalingkan muka, berdiri di balkon dan terus melihat ke luar.Seolah-olah urusan Kelvin di sana tidak ada hubungan

  • Sang Dewa Pengobatan Sakti   Bab 47

    Di balkon lantai dua wisma, Kelvin berdiri di depan sebuah kamar dan menatap tajam pada dua orang itu. Ekspresinya dingin.Sebenarnya, Kelvin bisa menebak dari pembicaraan telepon wanita tadi.Kedua orang ini sepertinya adalah pembunuh bayaran yang dikirim oleh Arvin.Kelvin sudah punya antisipasi bahwa Arvin mengincarnya. Hanya saja, dia tidak menyangka Arvin akan bertindak secepat ini.Bagaimanapun juga, Keluarga Jahan adalah yang terkuat dari enam keluarga besar Kota Yanir. Dengan sumber daya yang mereka kuasai, tidak sulit menyelidiki dirinya.Niveria telah bertemu dengannya beberapa kali dalam dua hari ini. Arvin pasti akan mengincarnya.Namun, Kelvin tidak menyangka tindakan mereka akan begitu cepat. Malam ini sudah ada dua orang yang datang ke wisma, dan mengutak-atik tas ranselnya.Kakek pernah memberitahunya, sebagai kultivator, dia tidak boleh bertarung melawan orang biasa. Akan tetapi ... apakah pembunuh bayaran termasuk orang biasa?Jawabannya adalah tidak.Kedua pembunuh

  • Sang Dewa Pengobatan Sakti   Bab 46

    Lalu, Charles menatap mereka dan berujar, "Kelvin ada di wisma, kalian pergi mohon dia saja. Dia sudah bilang, 'kan? Asal ... kalian berlutut dan mohon dia, biar Tia mohon dia, mungkin masih ada harapan!""Mohon kampungan itu?" Sherline menggertakkan gigi dengan kuat."Memangnya kalian mau lihat Tia mati?" tukas Charles sambil memelotot.Tepat saat itu, terdengar suara langkah kaki dari pintu. Seorang pelayan masuk ke ruangan untuk melaporkan, "Tuan, di luar ada Karlo Zulkarnain, minta ketemu!""Karlo?" Sorot mata Charles berubah dingin. Dia memaki, "Dia yang beri ide rekam video, dia yang bikin Tia jadi begini. Masih berani datang? Kalau akhirnya Tia mati, sekalipun ada Keluarga Lorenz di belakangnya, aku akan bunuh dia."Daniel ikut membentak, "Suruh dia pergi!""Dia ...." Saat itu, pelayan tadi menambahkan, "Dia bilang dia bawa solusi untuk menyelamatkan Nona. Dia datang bersama seseorang bernama Adrian Lorenz!" "Hah?" Charles terkejut dan bertanya, "Serius?""Ya, orang itu bilang

  • Sang Dewa Pengobatan Sakti   Bab 45

    Hasan adalah seorang pengusaha, dia tidak bodoh!Meski tadi mereka bertiga tidak saling menyebut identitas masing-masing, Kelvin tahu bahwa pria berkacamata hitam itu adalah seorang kultivator, dan kekuatannya mungkin sekitar Tahap Pemurnian Energi.Menurut perkataan Kelvin, pria berkacamata hitam dan Hasan juga menduga Kelvin adalah seorang kultivator, hanya saja tingkat kultivasinya tidak diketahui.Kultivator yang memasuki Tahap Pemurnian Energi adalah orang paling top di dunia biasa. Jika Hasan berteman baik dengan Kelvin, itu dapat membuat bisnisnya lebih stabil.Yang paling penting, Kelvin adalah seorang dokter hebat. Sekarang tampaknya dia juga seorang ahli alkimia!Ahli alkimia sangat langka, bahkan di dunia kultivasi sekali pun.Jika bisa membuat Kelvin menikahi Irene, itu jelas hal yang sangat baik.Kelvin berdeham canggung dan menjelaskan, "Pak Hasan, aku benaran buta sebelum ini, dan mataku baru sembuh. Tanya Niveria saja kalau nggak percaya!""Selain itu ...." Kelvin berde

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status