MasukSewosss~ Sebuah wortel menancap di perut Lekir dan mengirimnya sampai ke lubang yang dulu pernah digali Sekar.
Apa!? Kau mau melawan, hah? Jawabannya tidak akan bisa! Sekar tidak punya dendam, dia hanya tidak mau magang ini, hahaha. Sekar berkepribadian picik ini agak lain.... ... Lekir berlutut lemah di depan rumah pagar, saat Sekar menatap ke arahnya dengan pandangan tidak suka, napasnya tercekat, Sekar berkata padanya, "Kau pergilah! Aku tidak perlu magang." Lekir berpikir saat terbang sambil mencabut wortel diperutnya, dia memakannya dengan wajah yang begitu dalam menatap langit. Tsk, aku gagal lagi! Jika seperti ini terus dia akan selalu ditendang terus-terusan oleh calon master. Luka yang dimiliki Lekir sudah sembuh sekitar delapan puluh persen, sisanya tidak bisa lagi disembuhkan hanya dengan mengunakan wortel biasa. Dia mulai berjalan penuh semangat lagi ke arah rumah pagar milik Sekar. Hati Lekir kusut. Seorang Mozan saja telah memaksanya untuk sekuat tenaga mengeluarkan semua kekuatannya, namun seluruh kelompok monster ini... Sementara Lekir melihat kelinci, dia mempertimbangkan apakah akan menghancurkan batu akik-nya dan bertarung sampai nafas terakhir, sayangnya pikirannya tiba-tiba terhenti oleh monster kelinci. Monster kelinci itu menggelengkan telinganya yang panjang. Tiba-tiba kelinci itu membuka mulutnya tanpa tergesa-gesa dan berbicara dengan nada yang sangat menyanjung... "Halo, bolehkah aku bertanya apakah Nona Sekar ada di sini?" "Kau ..." Lekir telah memaksakan siasat besar tetapi menahannya, dia tidak yakin apakah dia harus melepaskannya. "Oh, aku punya urusan untuk menemui Nona Sekar saat ini." Monster kelinci menjelaskan sambil tertawa, terdengar lebih ke arah menjilat daripada menyanjung dan hampir patuh bertingkah laku aneh. ''Apa Nona Sekar sibuk? Tidak apa-apa, kita benar-benar bisa menunggu." lanjutnya sambil berdiri tegak di depan pintu. Ketika berbicara, itu berbalik ke arah ras kelinci di belakangnya. Dengan gelombang sapuan cakarnya, sekitar sepuluh dari monster kelinci yang sangat kuat berbaris seperti tentara, berbaris lurus dalam sekejap. Mereka berdiri rapi berurutan dan tidak mengibas-ngibaskan ekor kecil atau pun telinga mereka, belum lagi saling melancarkan serangan. Lekir kebingungan. Ini adalah... Monster? Bagaimana dengan kebenaran fakta yang diketahui semua orang bahwa sifat monster itu jahat, sombong, sewenang-wenang, dan mereka akan memakan setiap manusia yang mereka temui? "Pria tampan, jangan takut. Kita semua kelinci herbivora yang baik." Monster kelinci tampaknya memahami pikirannya. Monster Kelinci sedikit cemas dan takut jika pria tampan di sebelahnya akan salah paham, dia terus menjelaskan, sejelas-jelasnya, "Memang benar, kita berbeda dari monster lain. Kami tidak pernah makan manusia." Pada akhir kalimatnya, monster kelinci mencabut cakarnya, bantalan tangannya jadi mirip kucing tanpa cakar dan tingkah monster kelinci menjadi lebih sopan. "..." Kau bisa mengerti apa yang dipikirkan Lekir sekarang. "Hei Kelinci, kau akhirnya di sini juga." Lekir belum memiliki satu petunjuk pun tentang apa yang terjadi, sampai Sekar berjalan setelah mencuci tangannya, mengeringkannya dengan pakaian merah miliknya, kemudian dia berkata, "Kamu cukup awal kelinci." "Nona Sekar." Tubuh monster Kelinci bergetar seolah-olah telah menerima sengatan listrik. Tubuhnya yang semula tegak lurus jatuh dalam sedetik dan tergeletak lemah di tanah. Jika bukan karena fakta bahwa dia bentuknya kelinci, pasti sudah sangat dipandang aneh oleh manusia. Pemandangan ini sebenarnya akan tampak imut saat berbentuk kelinci, tapi saat diterapkan pada manusia pasti jadi bahan ejekan. "Sesuai pesananmu Nona Sekar, aku sudah menemukan semua makanan yang anda butuhkan." Sekar berbalik untuk memindai semua bahan makan dan bertanya, "Mengapa mereka semua makanan kelinci? Apakah kau yakin itu tepat sasaran? Apa ini sungguh makanan paling lezat yang kau punya." Apa dia salah ucap dan menyebabkan kelinci salah paham jika makanan yang disebut oleh Sekar enak itu bukan tipe makanan yang enak untuk kelinci. "Nona Sekar, tidak perlu khawatir." Kelinci itu dengan kuat menganggukkan kepalanya. "Kelinci dan cucu kelinciku selalu lihai dengan pekerjaan memilih makan paling lezat. Itu tidak akan menjadi masalah untuk membiarkan mereka menanganinya. Anda pasti puas Nona Sekar?" Tanya kelinci sambil menatap Sekar berbinar-binar penuh harapan untuk mendapatkan pujian. "OH.... ini tidak jauh berbeda dengan wortel kemarin. Kalian bisa pergi sekarang." Perintah Sekar mengusir mereka tanpa perduli telinga kelinci yang sebelumnya tegak kini menjadi terkulai lemas karena sedih. "Kau bisa memasak?" Sebenarnya Sekar ingin memangil namanya tapi dia tidak tahu dan menggilnya asal-asalan. "Ya, Master." Lekir mendekat penuh harap ke Sekar. "Bagus, kamu bisa pergi ke dapur sekarang juga dan memasak." Sekar menyeret tubuh Lekir sampai ke tempat memasak. "Master! Apa aku diterima menjadi muridmu sekarang." Lekir sangat bersemangat sampai dia buta jika Sekar itu tidak ada sangkut pautnya untuk menerima Lekir sebagai murid, dia hanya ingin memanfaatkan Lekir sebagai koki geratis. "Ayo kita coba dulu seberapa enak masakanmu, aku akan mencoba untuk mempertimbangkan." Sekar menguap dan tertidur pulas di tengah-tengah kalimatnya. "Baik Master!" Lekir mulai mengunakan pedang praktis miliknya untuk mencincang bahan makan. Hatinya semakin kokoh penuh keyakinan, wanita ini pasti seorang master tersembunyi, seumur hidup dia belum pernah melihat seseorang pun yang bisa membuat monster patuh dan tunduk tanpa guna-guna Dukun. Lekir bertekad dia pasti akan menjadi murid Nona Sekar. Lekir semakin bersemangat untuk lulus tes pertamanya. Satu jam pun berlau, semua hidangan mengepul kini tersanding di meja. Akhirnya meja di depan Sekar penuh bermacam-macam olahan. Hidangan yang berbetuk indan dan memanjakan mata. Mulai dari Tumis Kangkung, Salad Wortel, Sup Daun Kelor, Sup Ringan bayam air, dan Nasi yang tidak pernah ketingalan. Hidung Sekar berkedut sedikit mencium baru masakan lezat, matanya langsung terbuka lebar. Dia duduk tegak dan mulai menyorot seluruh hidangan. Matanya seperti bara api, menatap panas seluruh hidangan di meja. Lekir tetap patuh di samping Sekar, dia bertindak seolah-olah hanya seorang pelayan sebuah restoran bintang lima. Aslinya Sekar bukan orang yang pilih-pilih makanan, tapi siapa yang bisa tahan berhari-hari hanya menekan camilan wortel terus tanpa diolah, dia bertindak rakus dan memakan semua masakan itu sampai bersih, dia bertindak seolah-olah perutnya itu sebuah lubang tanpa dasar yang tidak pernah ada ujungnya. "Master~ Apa aku sudah bisa menjadi murid anda sekarang?" Tubuhnya gemetar karena gugup. "Hah, sejak kapan aku bilang akan menerimamu sebagai murid, aku hanya menyuruhmu memasak untukku," Lanjut Sekar menyeringai. "Kau bisa pergi sekarang, karena suasana hatiku baik, aku tidak akan melemparmu keluar, kau bisa berjalan sendiri." Sekar merenggangkan tubuhnya nyaman. Wajah Lekir retak karena kecewa, dia bersikeras tetap berdiri, kemudian dia berlutut di hadapan Sekar sekali lagi, dia tak bergerak, secerah harapan hinggap dihatinya, karena Nona Sekar tidak mengusirnya dari dalam rumah, berati dia memiliki kesempatan untuk menjadi murid. Sekar memandangnya dan tidak berkata apa-apa. Sekar berpikir... Dimana lagi dia bisa mendapatkan Koki tanpa membayar. Matanya menyipit licik. .... Drama batin Author... Mungkin bukan Sekar yang picik, tapi penulisnya yang picik(Keluh Sekar frustasi, kenapa dia mendapat job jadi orang gak jelas). Lekir dan kelinci yang dibuat frustasi....(〒﹏〒)Sewosss~ Sebuah wortel menancap di perut Lekir dan mengirimnya sampai ke lubang yang dulu pernah digali Sekar. Apa!? Kau mau melawan, hah? Jawabannya tidak akan bisa! Sekar tidak punya dendam, dia hanya tidak mau magang ini, hahaha. Sekar berkepribadian picik ini agak lain.... ... Lekir berlutut lemah di depan rumah pagar, saat Sekar menatap ke arahnya dengan pandangan tidak suka, napasnya tercekat, Sekar berkata padanya, "Kau pergilah! Aku tidak perlu magang." Lekir berpikir saat terbang sambil mencabut wortel diperutnya, dia memakannya dengan wajah yang begitu dalam menatap langit. Tsk, aku gagal lagi! Jika seperti ini terus dia akan selalu ditendang terus-terusan oleh calon master. Luka yang dimiliki Lekir sudah sembuh sekitar delapan puluh persen, sisanya tidak bisa lagi disembuhkan hanya dengan mengunakan wortel biasa. Dia mulai berjalan penuh semangat lagi ke arah rumah pagar milik Sekar. Hati Lekir kusut. Seorang Mozan saja telah memaksanya untuk sekuat tenaga m
Berapa lama monster bisa hidup? Dan berapa lama manusia seperti dirinya bisa bertahan? Sekalipun tubuhnya sehat, umur manusia hanya sebentar, paling lama 1000 tahun, itu pun sudah sangat tua renta dan keriput kulitnya. Kalau dia tetap bersama makhluk itu, apa yang akan terjadi? Dia akan menua, rambutnya memutih, kulitnya keriput. Apa yang disukai monster itu darinya? Hanya wajah ini, ini tidak menyakinkan sama sekali. Bahkan monster juga tak kebal terhadap keindahan. Di dunia manusia, ada banyak orang yang jauh lebih cantik dan menarik. Dia hanya membawa telur itu, dan karena itulah monster itu menjaganya seperti harta nasional. Saat dirinya menua dan mati, makhluk itu pasti akan mengambil anak itu untuk dirinya sendiri, kemudian melupakanya. Pikiran itu membuat Ananti kesal, tapi dia tak bisa bangkit dari makamnya untuk menghentikan apa pun. Pada akhirnya, dia hanya menuruti egonya sendiri. Tapi bukankah semua manusia memang egois saat hidup? Dia ingin kembali. Semua yang pe
"Tok... Tok... Tok... Nona Sekar, anda masih didalam?!" Tanya pengunjung cemas. Sekar yang menutupi telinganya dengan bantal akhirnya terbangan, kepalanya pusing. Siapa? Siapa yang berani menganggu waktu mimpi indahku?! Keluh Sekar sambil membentak orang di depan pintu. "Kerek! Bang..." Sekar membuka pintu sambil membantingnya. "Siapa kamu, hah?!" "Ampun....NONA!! Aku kelinci yang kemarin." Seru kelinci terburu-buru menjelaskan. "Nona... Aku datang untuk memberikan ini. Ini makan terlezat yang gudang ras kelinci kami punya, aku mengangkat semuanya ke sini. Aku mohon agar nona Sekar tidak membunuh ras kelinci lagi, kami para kelinci bersedia membagi makan terlezat kami dengan Nona. Aku mohon..." Sambung kelinci sambil menunjuk-nunjuk gunungan kecil wortel oren cerah, bersih dan besar. Mulut Sekar berkedut sedikit, dia terlihat canggung. Pikiran marahnya mereda saat melihat ketulusan kelinci. "Baiklah, kamu boleh pergi sekarang." Jawab Sekar tanpa ampun sambil melambaikan tangan.
Mozan geram, "Kau tidak mau menurut padaku! Baiklah, aku akan membunuhmu, kemudian mengambil kembali apa yang aku miliki." Wusss Duar... Jeder.... Suara angin bergemuruh datang, Sekar masih cuek, dia tidak perduli pada pembunuhan di depan, dia juga tidak punya pikiran berlebihan untuk menolong atau ikut mencelakai siapapun. Dia menunggu dengan damai diatas pohon. Mata Lekir memerah karena kelelahan dan menahan sakit di lengannya, dia sudah mati-matian mencegah Mozan merebut kembali batu di dadanya. Batu akik berbentuk cangkrang kura-kura memang tidak ada gunanya untuk dia, tapi barang yang terlalu berbahaya di tangan Mozan harus diamankan, Lekir juga tidak atau berapa banyak orang yang sudah menjadi korban dari batu akik kura-kura. Dia hanya ingin mencegah bencana terulang kembali, walaupun beberapa hari yang lalu batu ini sudah mendapatkan nutrisi. Lekir hanya tau sedikit tentang sejarah batu akik, tapi pengetahuan dangkalnya tidak membuatnya terpikat dan mengunakan batu setan.
"Tidak." Nona, bagimana bisa seorang kelinci baik pemakan wortel bisa memasak! Seru kelinci menangis sedih dalam diam. Wanita yang sejak tadi tidak disebutkan namanya ini adalah Arum Sekar, seorang dukun seruling sakti, pekerjaan sehari-harinya adalah menumpas monster dan menguliti dagingnya untuk dipanggang, yang menyedihkan dia tidak punya bakat untuk memasak. Semua masakannya hambar dan tidak berselera. Sekar sering meratapi nasibnya, sebagai pecinta kuliner sejati, dia tidak bisa memasak untuk memuaskan dirinya sendiri. Dia tidak kecewa mendengar jawaban kelinci, Sekar tidak patah semangat untuk menemukan seorang koki. "Ouhh... Sudah sampai belum kelinci?" Sekar tidak bisa menipu dirinya sendiri jika dia sangat tertekan makan daging panggang hambar setiap hari. "Satu belokan lagi Nona Sekar, sungai itu ada dibalik pohon beringin itu." Tunjuk kelinci tergesa-gesa, dia takut salah sedikit saja nyawanya bisa melayang. Keduanya berjalan damai, kelinci memimpin di depan, sedang
Beberapa hari terakhir banyak rumor beredar jika dibalik Gunung Kumulus terdapat monster super kuat yang dapat mengalahkan semua monster level 9 seorang diri. Dia mengalahkan mereka hanya dengan tangan kosong. Sampai sekarang masih belum diketahui pasti, siapa yang membantai monster-monster itu sampai hanya tersisa tulang tanpa daging. Sesosok harimau bertarung tajam setinggi bukit menggeliat diantara kawanan hewan iblis super besar dan seram. "Kalian dengar! Wilayah selatan sudah dibantai habis?" "Sess.... Aku tau, itulah kenapa kita semua mengadakan rapat sembunyi-sembunyi di sini, kita datang untuk membalas dendam rekan kita yang mati, kan. Cepat... Apa kalian semua punya info terkini, siapa yang membantai saudara saudara-saudara kita?!" Desis ular bertaring tajam, matanya bersinar emas di kegelapan malam. Kawanan monster itu saling memandang kemudian menggeleng, tak ada satupun dari mereka yang pernah melihat siapa pembantai ini, karena siapapun yang bertemu si pembantai s







