Share

Bab 9: Blade

Penulis: ID Johnson
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-31 15:08:22
Ellie

Berlari melintasi hutan adalah cara yang bagus bagi Ellie untuk menjernihkan pikiran dan mengingatkan betapa indahnya wilayah kediamannya. Dalam wujud serigalanya, dia berlari di antara pepohonan, tanah segar terasa lembut di sela-sela jari kakinya saat cakarnya terbenam masuk ke tanah gembur di bawah tebaran dedaunan yang baru jatuh.

Pepohonan mulai berubah bentuk, dan hutan terasa semarak sembari hewan-hewan bersiap menyambut musim dingin. Daun merah tua, jingga terbakar matahari, dan kuning cerah mengabur di sudut matanya ketika dia melesat melewati pepohonan berganti daun yang menjadi kanopi hutan. Banyak pohon cemara berdiri riang di bawah sinar matahari, tupai dan burung bertengger di atas dahannya, mengingatkan Ellie akan kearifan semua kehidupan mereka dan betapa bergantungnya mereka satu sama lain.

Tapi lari ini tidak cukup menjernihkan pikirannya sebagaimana biasanya. Di dalam benaknya terselip pikiran bahwa hidupnya akan berubah drastis. Sinar matahari pagi terpecah di antara dahan-dahan saat dia mendekati desa, pengingat bahwa inilah hari dia bertemu pria yang akan dinikahinya--dengan anggapan Strand Hanson tidak memenangkan sayembara yang akan datang.

Ellie memperlambat langkahnya saat dia berjalan menuruni jalan setapak yang menuju ke salah satu jalan utama kota. Dia hendak pulang dan mengubah wujud di rumah supaya dia bisa langsung masuk ke kamar mandi. Mungkin air akan membasuh kegelisahannya, bersama dengan aroma hutan yang meresap ke dalam kulitnya. Namun dia ragu akan begitu mudah untuk menjernihkan pikirannya. Kegelisahan telah melekat di dalam dirinya sejak hari dia menyetujui rencana konyol ayahnya ini, dan hanya makin bertambah seiring makin dekatnya dia ke hari ini.

Sambil mengambil napas dalam-dalam beberapa kali, dia mengangguk pada sesama rekan yang suka bangun pagi, meskipun dia tidak bisa berbicara dalam wujud serigala kecuali dengan menggunakan telepati, dan barulah kemudian dia bisa bicara dengan teman-teman kawanan lain yang dalam wujud serigala. Semua orang berjalan di jalanan dalam wujud manusia, dan kebanyakan dari mereka hendak pergi membantu Michael memberikan sentuhan terakhir pada lokasi sayembara.

Ellie membuka celah di pintu yang bisa dilewati untuk masuk dan keluar rumah tanpa mengubah wujudnya dan langsung masuk ke kamar mandi sebelum mengubah wujud dan menyalakan pancuran. Airnya panas namun dia bisa menahannya, dan dia berdiri di bawah kucuran air itu dalam waktu yang lama, untuk mengendurkan otot-ototnya dan menenangkan dirinya. Itu tidak terlalu membantu, tetapi begitu dia mematikan air dan mulai berpakaian, dia merasa sedikit lebih baik.

Ellie memutuskan untuk mengenakan gaun untuk acara itu, meskipun sering kali dia lebih suka memakai celana jin dan kaus oblong. Dengan mengenakan gaun biru anggun yang menutupi hingga di atas lutut, anting bulat emas, dan sandal bagus, dia memakai sedikit riasan, berharap untuk menonjolkan mata biru cerahnya, dan menata rambutnya dengan gaya ikal halus. Dia tahu ibunya suka menata rambutnya seperti ini dan ayahnya kemungkinan akan mengatakan bahwa dia mirip dengan ibunya.

Setelah mengisi perutnya sedikit, Ellie pergi ke luar untuk menghadapi dunia dan tepat pada saat itu, konvoi mobil mewah yang mahal berbelok ke jalan kecil dari arah jalan raya utama yang membentang di dekat daerah kawanan.

Shelby tiba-tiba menongol di bahunya. "Siapa itu?" tanyanya.

"Aku tidak tahu," ujar Ellie. "Tapi aku punya firasat Strand Hanson akan tampak pemalu dan pendiam."

Sambil tertawa kecil, Shelby menyenggol Ellie dengan bahunya. "Itu bisa jadi calon suamimu."

Ellie melontarkan tatapan yang seolah menyuruhnya untuk menjaga ucapan dan kemudian pergi menemui Alpha yang baru saja tiba bersama rombongannya. Mereka berhenti di dekat kantornya, beberapa pria bertubuh besar keluar dari mobil SUV dan mobil sport.

Jelas sekali siapa Alpha-nya dari cara yang lain bersikap. Seorang pria tinggi berotot yang berambut pirang keputihan keluar dari mobil Lamborghini, dan pria lain mengambil kacamata hitamnya dan menyerahkan kacamata hitam lain. 'Orang ini punya kacamata hitam berbeda untuk mengemudi dan untuk keseharian?' pikir Ellie. Meskipun dia tampan, dia berpikir tidak akan bisa menangani sikap berlebihan seperti itu.

"Pastikan tas malam hariku sudah di tempat tidur," kata pria itu kepada pria lain yang berdiri di sebelahnya--bukan pria yang memberikan kacamata hitam, tetapi pria yang berbeda. "Dan perlengkapanku harus diatur di kamar mandi persis seperti di rumah. Kalau meja di dekat wastafel kurang luas, kita harus minta pindah ke akomodasi lain."

"Baik, Alpha Blade," jawab pelayan itu.

Saat itulah orang yang baru datang ini, Alpha Blade Strawn dari Kawanan Serigala Menangis, mendongak dan melihat Ellie yang berdiri cukup jauh darinya dan berhenti, memutuskan bahwa itu cukup dekat. Ada sesuatu dari pria ini yang membuatnya enggan dan rasa pahit merayap ke tenggorokannya.

"Wah, wah, wah," katanya sambil melangkah mendekati Ellie, matanya melirik dari kepala hingga kakinya dan kembali lagi, berhenti dengan kentara di payudaranya, "kau pasti Luna Ellie Knight."

"Dan kau pasti Alpha Blade Strawn," katanya sambil melipat tangan di depan dada.

Dia mengulurkan tangannya, dan Ellie dengan enggan menjabatnya. Setidaknya dia tidak mencium buku-buku jarinya seperti yang dilakukan Strand. "Senang bertemu denganmu."

Ellie tidak bisa membalas sama, tetapi dia berhasil memaksakan tersenyum. "Selamat datang di Serigala Tangkas."

"Terima kasih." Dia mengamati area di sekitar mereka dan menampakkan wajah yang mengatakan seolah dia tidak terkesan. "Jika kau bisa memberi tahu asistenku di gedung mana kami menginap, aku akan meminta mereka menurunkan barang bawaanku."

Ellie tidak tahu di mana tempat untuk mereka menginap. Untungnya, seorang wanita muda yang telah membantu ayahnya menyusun rencana itu datang. "Selamat pagi, Alpha Blade," kata Marcey sambil menganggukkan kepala. "Jika mereka bisa mengikutiku, aku bisa menunjukkan di mana tempatmu menginap."

"Baiklah," kata Blade, tapi kemudian dia menyentuh lengan Marcey, agak terlalu ramah menurut Ellie. "Tapi pastikan itu gedung terbaik yang kau miliki, Nona. Aku punya banyak barang mahal, dan aku tidak ingin barang-barang itu diletakkan... di sembarang tempat."

"Ya, Tuan. Tentu saja, Tuan," kata Marcey, jelas tidak nyaman karena sentuhannya.

Blade menarik tangannya dan mengembalikan perhatiannya ke Ellie, seolah-olah dia tidak baru saja merendahkan kediamannya. "Ellie, harus kukatakan, aku tak sabar untuk mengenalmu." Dia mengulurkan tangan dan meletakkannya di bahu Ellie, meremasnya hingga menyebabkan Ellie merinding, dan bukan dalam artian bagus.

"Ya, aku yakin akan banyak kesempatan untuk kita berbicara selama kau di sini," kata Ellie, ingin menarik diri tetapi berusaha keras untuk menahannya karena tidak ingin terlihat tidak sopan, meskipun sikap Blade sendiri tidak sopan terhadapnya.

"Luna Ellie!" suara familer Hans terdengar di telinganya, lalu Ellie menoleh dan melihat beberapa anggota kawanan telah berkumpul untuk melihat siapa yang datang, tetapi justru ketiga "adik lelakinya" yang datang membantunya. Mereka bertiga berlari menghampiri. "Kau dipanggil ke Pusat Penyembuhan."

Ellie tahu betul bahwa tidak ada keadaan darurat di Pusat Penyembuhan karena saat ini tidak ada pasien yang dirawat di sana. "Panggilan tugas," katanya kepada Blade yang tampak kecewa.

"Aku mengerti," katanya. "Aku berharap segera bertemu denganmu lagi."

"Tentu saja," kata Ellie, tersenyum padanya sembari dia menjatuhkan tangannya, lalu Ellie pergi bersama teman-temannya, sambil berbisik, "sayangnya."

"Siapa bajingan itu?" tanya Seth ketika mereka berjalan menuju Pusat Penyembuhan.

"Blade Strawn, Serigala Menangis," kata Ellie.

"Dia aneh," kata Cane. "Jangan sampai dia menang."

Ellie juga berpikiran sama sejak tadi.

"Jika dia menang, kita harus mengajarinya sopan santun," kata Hans dari belakang Ellie.

"Jika dia menang, aku mungkin akan menghilang ke dalam hutan dan tidak akan pernah terlihat lagi," kata Ellie sambil cekikikan, seolah-olah dia sedang bercanda, tapi dia tidak yakin begitu adanya. Sekali lagi, dia tetap berpikir rencana ayahnya ini terlalu berlebihan. Dia seharusnya tidak pernah menyetujui ini sejak awal, dan sekarang, dia sudah telanjur setuju. Setelah membisikkan doa dalam hati kepada Dewi Bulan bahwa semuanya akan berhasil pada akhirnya, dia pergi ke Pusat Penyembuhan untuk bersembunyi.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Sang Luna Terakhir   Bab 20: Obrolan di Hutan

    River'Bajingan itu mengalahkanku.' River duduk di luar di teras belakang kabin tempat dia tinggal, memandang ke arah hutan, menyesap bir, mencoba mencari tahu bagaimana Blade berhasil mengalahkannya. Pasti ada sesuatu yang dia simpan atau ada di sakunya, tetapi River tidak dapat membuktikan apa pun, dan Beta Andrew mengklaim bahwa dia telah memeriksa semuanya dengan cermat sebelum, selama, dan setelah acara, dan tidak menemukan apa pun. Jadi... yang bisa dia lakukan hanyalah berusaha lebih baik lagi di acara berikutnya, yang akan diadakan lusa. Itu adalah perlombaan, dan River tahu dia tangkas. Selama Blade tidak menemukan cara untuk curang, River bisa menang. Jika itu masalahnya, dia setidaknya akan imbang dengan Blade untuk tempat pertama dalam pertarungan.Butuh banyak waktu bagi seseorang untuk mengalahkan River dalam pertarungan satu lawan satu. Blade benar-benar harus melakukan kecurangan untuk melakukannya.Setelah menghabiskan birnya, dia memutuskan untuk berjalan-jalan

  • Sang Luna Terakhir   Bab 19: Melambungkan Kayu

    Ellie"Ada yang tidak beres," kata Ellie, mencondongkan tubuh ke ayahnya."Apa yang kamu bicarakan?" Michael bertanya, masih bersorak bersama dengan banyak orang pada lemparan luar biasa yang baru saja dilakukan Blade. "Itu adalah lemparan terjauh yang pernah aku lihat.""Ya, itu benar," Ellie setuju. "Sebuah lemparan yang lazim seperti lemparannya yang lain. Dan... dia bertingkah aneh."Michael menatap Ellie penuh tanya dan kemudian menggelengkan kepalanya. "Sayang, aku tahu dia bukan favoritmu, tetapi jika dia menang, dialah pemenangnya. Kamu setuju untuk mengadakan turnamen ini, ingat? Kamulah yang tidak ingin Moon Goddess memilihkan atau memilih sendiri. Jangan protes sekarang jika segala sesuatunya tidak berjalan seperti yang kamu inginkan.""Protes?" Ellie mengulangi, matanya melebar. Dia tahu arah pembicaraan ayahnya. Ayahnya sama saja berkata, "Aku ingin kamu tahu bahwa aku mungkin tidak terlalu bersungguh-sungguh, tapi aku benar-benar marah kepadamu," nada yang serin

  • Sang Luna Terakhir   Bab 18: Lomba Melempar

    RiverKesombongan Blade memuakkan. Saat River menyaksikan Alpha lainnya menguji berat balok kayu yang akan dia lempar ke tangannya, dia harus berusaha untuk tidak mengejek pria itu. Dia bertindak seolah-olah ada semacam ilmu untuk melakukan hal ini, beberapa teknik yang dia pelajari bertahun-tahun sebagai pelempar kayu ketika semua orang tahu tidak ada satu pun dari peserta turnamen yang memiliki banyak pengalaman dalam urusan melempar kayu melintasi padang rumput terbuka.Blade maju ke garis, dan Beta Andrew berteriak, "Lempar sesuka hati!" sambil berjalan mundur. River menahan tawa. Mereka berusaha sangat keras untuk membuat turnamen ini tampak resmi, seperti Olimpiade untuk siluman serigala, tapi itu semua agak konyol. Ulysses, yang berdiri di sebelah kanan River, kesulitan menahan tawa dan berpura-pura batuk, yang membuatnya tersedak.River memukul punggung Ulysses saat Blade berbalik dan memelototi mereka berdua. "Jangan coba-coba menggangguku!""Maaf," kata River untuk k

  • Sang Luna Terakhir   Bab 17: Turnamen Dimulai

    Ellie"Bagaimana kabarmu, sayang?" Ayahnya memanggil saat Ellie bertemu dengannya di lapangan tempat kontes pertama akan diadakan. Ellie dipenuhi dengan kegembiraan saat ayahnya merangkul lehernya. "Turnamen sebentar lagi dimulai dan akhirnya kamu ada di sini.""Baik, Ayah," katanya, sambil balas memeluk ayahnya. Jelas ayah Ellie bangga dengan turnamen yang dia adakan, dan dia telah melakukan segala sesuatunya dengan baik. Stan-stan dipadati oleh orang-orang yang siap untuk menyaksikan acara pertama, lempar kayu, seperti yang ayah Ellie sebutkan tadi. Sebagian besar dari penonton berasal dari kawanannya sendiri, tetapi Ellie juga melihat wajah-wajah yang tidak asing baginya di antara para tamu. Wajah ibu River menarik perhatiannya. Ellie melambai pada Patricia, yang selalu begitu baik, dan Patricia tersenyum dan balas melambai."Sekarang, aku mempersilakan Beta Andrew menjalankan kontes ini sehingga aku bisa menikmatinya bersama putriku yang cantik," jelas Michael.Di belakang

  • Sang Luna Terakhir   Bab 16: Kecemburuan

    RiverMengetahui bahwa Ellie ke luar untuk berlari bersama Ulysses pagi itu membuatnya merasa sedikit cemburu saat melihat Ellie pulang dari hutan bersama seorang Alpha yang tampan. River berada di lapangan turnamen, bersemangat dan datang awal, mempersiapkan acara pertama kompetisi. Dia mencoba mengalihkan pikirannya dari wanita yang menjadi tuan rumah kontes itu dan dia merasa persiapannya ternyata terasa lebih sulit daripada yang pernah dia pikirkan saat dia pertama kali menyetujui bujukan ibunya untuk mengikuti turnamen ini. Sekarang, melihat wanita jangkung berambut pirang itu dengan anggun berjalan bersama pria lain melintasi lapangan membuat otot-ototnya menegang dan matanya menyipit. Dia harus mengalihkan pandangannya.Padahal itu bisa jadi motivasi yang kuat. Kemenangan selalu menjadi kekuatan penyemangat bagi River, tidak peduli apa pun permainannya. Saat dia bermain kartu dengan teman satu kawanannya, bermain video game dalam tim, atau bermain basket dengan Beta-nya, dia

  • Sang Luna Terakhir   Bab 15: Berjalan-jalan dengan Teman

    Ellie"Apakah lari ini adalah ide darimu?" Ellie bercanda saat dia berjalan bersama Ulysses melewati hutan di pagi hari. Matahari baru saja terbit, dan indah sekali melihat warna-warna langit terpantul dari kilau embun di atas dedaunan musim gugur."Tidak, tidak," kata Ulysses. Mereka berjalan dengan kecepatan yang cukup cepat, tetapi mereka jelas tidak berlari. "Jika aku berlari, lututku akan bengkok, Ellie."Pernyataannya membuat Ellie tertawa. Senang rasanya mendengar Ulysses menyebut namanya seperti itu, seolah-olah mereka adalah teman lama. Sementara Ellie menghargai teman-teman yang dia miliki, "adik laki-lakinya" kadang-kadang agak tidak dewasa, selain itu, Shelby selalu ingin membicarakan Carl. Mengobrol dengan Ulysses terasa menyejukkan, bahkan jika napasnya tidak tersengal-sengal akibat latihan khusus ini, dia bahkan tidak merasa perlu melakukan peregangan setelah selesai."Jadi... apa yang membuatmu memutuskan untuk ikut turnamen gila ini?" Ellie bertanya saat mereka

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status