공유

Bab 320

작가: Abimana
Atas isyarat Fauzi, Firhan menginjak punggung Arjuna. Makin Arjuna mencoba berdiri, makin keras Firhan menginjaknya.

"Dia pantas mendapatkannya!"

"Itulah konsekuensi dari mencuri soal ujian!"

"Coba pikirkan, kalau bukan karena kebijaksanaan Yang Mulia Wali Kota, dia masih akan duduk di meja utama dan menikmati tatapan iri semua orang tanpa malu."

"Peringkat teratas apa-apaan, cih!"

"Dasar pencuri, cih!"

"Cih!"

Dimulai oleh para pelajar, orang-orang pun kemudian meludahi Arjuna.

"Bajingan! Bajingan!"

Mata Disa memerah, giginya gemeretak.

Kalau saja dia tidak sedang diikat, dia pasti sudah memanah orang-orang itu dengan anak panahnya.

"Tidak! Tuanku benar-benar tidak mencuri soal ujian! Dia difitnah!"

Daisha menangis tersedu-sedu.

"Kalian para pejabat berengsek! Ini adalah fitnah, jebakan! Sebelum menyelidiki dengan jelas, kalian menangkap orang sembarangan! Pejabat berengsek!"

Dinda memiliki tubuh kecil, tetapi suaranya sangat keras. Hal itu menarik perhatian Fauzi.

Fauzi tidak marah, t
이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요
잠긴 챕터

관련 챕터

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 321

    "Lindungi Tuan!"Fauzi buru-buru menarik kudanya kembali untuk membuat pertahanan.Kelompok prajurit yang mengelilingi Arjuna mundur dari depannya, mereka membentuk tiga lapis perlindungan di sekitar kereta.Arjuna menatap sekelompok prajurit itu, kemudian menggelengkan kepalanya lagi.Kalau prajurit seperti ini turun ke medan perang, sebaiknya langsung menyerah saja.Baik keterampilan maupun kesadarannya kurang baik.Atasan mereka berada di kereta itu, tetapi mereka malah mengepung Arjuna.Bila benda itu bukan batu, melainkan anak panah. Bagaimana mungkin orang di dalam kereta itu masih hidup?Melindungi atasan saja tidak becus, apalagi bertarung.Arjuna hanya bisa menghibur diri sendiri dalam hati. Prajurit yang benar-benar bertempur di medan perang tidak akan seperti ini."Siapa?"Fauzi memandang sekeliling, mencari sumber suara keras itu berasal."Bagaimana ...."Pria di dalam kereta itu terkejut, lalu dia buru-buru mengangkat tirai kereta.Seorang lelaki tua berpakaian hitam dan b

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 322

    "Dilihat dari sikap Pak Bima terhadap Pak Cakra, kurasa Pak Cakra adalah Cendekiawan Cakra.""Jadi ... apakah ini membuktikan bahwa Arjuna tidak mencuri soal ujian? Gurunya adalah seorang Cendekiawan Cakra.""Hmm ... belum tentu. Meskipun Cendekiawan Cakra sangat hebat, beliau tidak mungkin membuat seseorang yang baru selesai belajar Kitab Tiga Aksara ujian dengan nilai sempurna, 'kan?""Siapa tahu inilah hebatnya Cendekiawan Cakra?""Astaga, kalau begitu aku akan segera pindah ke sekolah Desa Embun.""Jangan bermimpi. Kudengar Cendekiawan Cakra tidak mudah menerima murid. Kalau tidak, lihat saja pelajar lain dari Desa Embun. Kenapa setelah bertahun-tahun hanya Marvin seorang yang lulus menjadi siswa unggul.""Apa istimewanya Arjuna? Dia dulu hanya seorang bajingan, dia benar-benar beruntung!"Sama seperti saat pengumuman peringkat dirilis sebelumnya, para pelajar sekali lagi menunjukkan ekspresi iri dan cemburu mereka terhadap Arjuna.Mengapa mereka bekerja keras dan belajar dengan su

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 323

    "Apa?"Perkataan Arjuna bagaikan bom lainnya. Semua orang menatap Arjuna dengan mulut ternganga.Seorang siswa unggul mau bertanding dengan seorang cendekiawan hebat?"Apakah aku tidak salah dengar? Arjuna bilang dia ingin bertanding dengan Cendekiawan Bima?""Kau tidak salah dengar.""Setelah mencuri beberapa soal ujian dan menghafal beberapa jawaban, dia pikir dirinya benar-benar orang terpelajar?""Ternyata memiliki pikiran yang liar dan gila juga merupakan penyakit. Kelihatannya seperti penyakit serius. Aku rasa sebagian besar tabib akan menggelengkan kepala saat melihatnya.""Hahaha, tidak tertolong!"Orang-orang berubah dari terkejut menjadi tertawa terbahak-bahak dan mengejek.Arjuna tersenyum tipis. Dia mengabaikan tawa mereka, kemudian melambaikan lengan bajunya tanpa peduli."Berikan aku anggur!""Ini anggurmu."Orang yang memberikan toples anggur kepada Arjuna adalah seorang prajurit yang mengelilinginya dan ingin menangkapnya."Hm!"Setelah Firhan mengingatkan prajurit yang

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 324

    "Aku lihat kamu masih sama seperti dulu. Otakmu tidak benar-benar berfungsi. Kamu takut kalah sehingga sengaja menggunakan trik lama, menggunakan trik kotor seperti ini lagi."Aku beri tahu, kamu itu seorang pecundang."Bima tidak mengatakan apa-apa, jadi Cakra terus memakinya tanpa menyisakan harga diri bagi Bima."Kakak Seperguruan, sebagai lawanku yang kalah, kamu hanya bisa tahan walau tidak terima."Raut wajah Bima tampak muram. "Kalau bukan karena mengingat masa lalu, aku pasti sudah ....""Sudah apa? Kamu itu lemah. Bertandinglah dengan muridku sekarang juga, kalau tidak, artinya kamu pecundang!""Plok, plok, plok!"Beberapa orang begitu senang mendengar sahutan Cakra sehingga mereka tidak dapat menahan diri untuk tidak bertepuk tangan.Setelah bertepuk tangan, mereka menyadari ada yang salah, kemudian baru berhenti.Ada hampir seribu orang yang ada di tempat jamuan makan di gerbang masuk Desa Embun, termasuk pasukan yang dibawa oleh Fauzi dan Firhan. Namun saat ini, suasana ben

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 325

    Sudah dimulai, sudah dimulai.Hampir seribu orang yang berdiri di gerbang masuk Desa Embun menajamkan telinga mereka bersama-sama.Ini adalah pertama kalinya sejak berdirinya Dinasti Bratajaya seorang siswa biasa bertanding dengan seorang cendekiawan hebat.Orang-orang sangat penasaran apakah Arjuna benar-benar memiliki kemampuan atau hanya berkoar-koar karena pengaruh alkohol.Pada saat ini, matahari sudah terbenam. Di bawah pembiasan matahari terbenam, debu beterbangan, langit menjadi suram dan gelap, membuat orang terpikir akan medan perang di mana perang besar akan terjadi.Bima yang mengenakan pakaian hitam berdiri tegak, tampak seperti seorang jenderal yang anggun.Sedangkan di seberangnya, Arjuna bersandar santai pada toples anggur, wajahnya merah, pandangannya kabur karena mabuk. Dia tampak sangat mengenaskan.Sebelum bertanding, orang-orang sebenarnya sudah mengetahui jawabannya."Guruku yang membuat soal ujian, apa yang perlu ditandingkan dari hal ini? Aku peringatkan, jangan

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 326

    Kenapa bisa begini? Para siswa di sekolah desa setempat makin tidak percaya.Mereka telah mengenal Arjuna sejak kecil. Sebelum bersekolah, Arjuna hanya mengenal beberapa huruf.Kenapa bisa begini?Jangan-jangan Cakra mengajarinya secara diam-diam?Arjuna mengabaikan keterkejutan itu. Dia lanjut melafalkan, "Bab 35 dari 'Doktrin Jalan Tengah,' seorang pemimpin yang bijaksana tidak hanya memperhatikan dirinya sendiri, tetapi juga berupaya untuk meninggalkan warisan yang baik bagi generasi berikutnya. Raja A memulai, Raja B melanjutkan. Keberlanjutan dari warisan ini membawa kejayaan dan kehormatan yang abadi, serta membawa kemakmuran bagi negara dan keluarganya.""Bab 221 dari 'Kitab Tata Krama' mengungkapkan perbedaan cara orang atau kelompok dalam merespons pertemuan dengan seorang orang bijaksana, berdasarkan status mereka atau situasi yang mereka alami. Setiap kelompok atau individu (musuh, orang yang jarang terlihat, orang yang sering terlihat, orang buta, orang yang sedang berkabun

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 327

    Arjuna tersenyum bodoh sambil mengucapkan terima kasih lagi. "Terima kasih, bung."Arjuna yang tengah menuangkan anggur ke mangkuk kembali menggelengkan kepalanya dengan kesal.Bukan hanya toples anggur saja yang kecil, mangkuk anggur pun kecil.Pantas saja Arjuna tidak merasa kembung setelah minum begitu lama.Setelah meneguk semangkuk anggur lagi, Arjuna merasa pikirannya menjadi lebih jernih.Isi dari buku-buku kuno itu seperti gambar yang diperbesar, terus melintas dalam pikirannya."Bab 118 dari 'Kitab Pencarian Kebijaksanaan' ...."Arjuna terus melafalkan. Seiring berjalannya waktu, dia melafalkan lebih cepat dan lebih lancar."Bab 600 dari buku 'Sejarah dalam Kehidupan Politik' ...."Setelah melafalkan halaman terakhir dari lima buku kuno, Arjuna membuka kelopak matanya yang berat, kemudian menatap Bima dengan dingin."Mencuri soal ujian? Apakah aku perlu melakukan hal itu? Aku sudah dipaksa ibuku menghafal buku kuno sejak usia tiga tahun. Buku yang aku hafal jauh lebih banyak d

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 328

    "Antologi Puisi Balai Musik.""Plak!" Ketika Fauzi mendengar Arjuna membaca judul buku itu, tangannya tanpa sadar bergetar, kemudian buku 'Antologi Puisi Balai Musik' pun jatuh dari tangannya ke lantai."Benar." Arjuna bangkit dari meja, lalu menunjuk buku di lantai itu dengan tubuh terhuyung. "Buku itu. Judulnya 'Antologi Puisi Balai Musik,' 'kan. Buku itu tidak digunakan untuk membuat soal ujian daerah dan nasional tahun ini. Bab 77: ...."Sama seperti sebelumnya, Arjuna melafalkan literatur kuno yang panjang, kemudian berhenti sejenak.Begitu Arjuna terdiam, Fauzi mendapati banyak sekali mata yang tertuju padanya.Tubuh Fauzi bergetar tak terkendali. Mengapa orang-orang ini menatapnya seperti itu?"Yang Mulia." Eshan akhirnya mengingatkan Fauzi. "Kenapa Anda tidak membuka bukunya? Ayo buka, lihat apakah Arjuna menghafal dengan benar.""Oh!" Fauzi secara refleks menundukkan kepalanya, kemudian membuka halaman bab tujuh puluh tujuh dari buku 'Antologi Puisi Balai Musik.'"Semuanya ben

최신 챕터

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 508

    Disa mendorong beberapa saudarinya turun dari kereta."Ayumi, kendarai kereta dengan baik, jangan mengintip. Aish, sebenarnya tidak apa-apa kalau kamu mengintip. Kamu juga punya tanggung jawab untuk memberi Tuan keturunan.""Kak Disa, apa yang kamu bicarakan?"Wajah serius Ayumi sedikit memerah.Dia membawa pisau setiap hari dan memimpin pasukan untuk melindungi keluarga Arjuna. Dia hampir lupa bahwa dia juga seorang gadis.Disa mengabaikan Ayumi. Dia mengambil dua toples anggur yang tergantung di lehernya, membuka tutupnya, mengangkat kepalanya, kemudian meneguk anggurnya."Plak!" Disa meletakkan kendi anggur dengan berat di papan kayu kereta. "Tuan, mari kita mulai."Sambil berbicara, Disa mulai melepaskan pakaian Arjuna.Arjuna merasa tak bisa berkata-kata. Ternyata gadis ini serius.Disa sudah hampir menanggalkan semua pakaian Arjuna, tetapi Arjuna masih tidak bergerak. Disa menjadi cemas.Ketika Arjuna menghadapi Daisha dan Putri Delapan, dia tidak seperti ini. Dia akan memeluk me

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 507

    "Dosa besar, dosa besar."Begawan Sena, kepala biara Kuil Dewi, keluar dengan tangan terangkat dan ekspresi saleh."Dewi Kelahiran selalu berbelas kasih kepada semua makhluk hidup. Beliau telah memberi banyak bayi laki-laki ke Bratajaya setiap tahun. Dermawan ini tidak sopan pasti akan menyinggung Dewi.""Mulai hari ini, aku akan membakar dupa dan berdoa memohon pengampunan untukmu setiap hari.""Satu tahun kemudian, kalau sang dermawan masih tidak dapat melahirkan anak, maka harus datang ke Kuil Dewi, berlutut selama 49 hari, mengakui bahwa dirimu mandul, memohon pengampunan dari Dewi agar bisa menjadi seorang pria sejati di kehidupan berikutnya."Itu bukan doa, melainkan deklarasi perang kepada Arjuna.Jika Arjuna tidak berani menerima, itu sama saja mengakui bahwa dia bukan pria. Jika dia berani menerima, maka Sena akan menunggu.Sebelum keluar, Sena sudah sepenuhnya memahami Arjuna. Seperti Irwan, dia yakin bahwa Arjuna tidak dapat memiliki anak.Tadi Arjuna berbicara dengan kasar

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 506

    Daisha juga buru-buru menutup mulut Arjuna. "Tuan, tolong jangan menyinggung Dewi Kelahiran."Dalam beberapa tahun terakhir, warga Bratajaya berani menyinggung dewa mana pun, tetapi mereka tidak berani menyinggung Dewi Kelahiran.Meskipun Arjuna memberi tahu Daisha dan yang lainnya banyak pengetahuan ilmiah modern, bagaimanapun juga mereka hidup di zaman kuno yang feodal dan penuh takhayul.Mereka tak akan bisa keluar dari pola pikir seperti itu."Siapa kalian? Kenapa kamu berlama-lama di sini? Kalau kalian tidak mau masuk, minggir saja, jangan menghalangi jalan kami."Suara yang sangat tidak sabar terdengar dari belakang.Arjuna menoleh. Melihat Arjuna, suara orang itu makin keras. "Oh, bukankah itu Arjuna?"Melihat siapa orang itu, Arjuna langsung merasa geli. "Tuan Irwan, penampilanmu hari ini cukup unik. Mirip sekali dengan kepala babi di talenan daging."Perkataan Arjuna mengundang tawa dari mana-mana.Sekarang Irwan mengenakan penutup mata di sisi kanan wajah, sedangkan sisi kiri

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 505

    "Siapa di antara kalian yang mengenal prinsip tuas?" Disa yang berwatak lugas langsung bertanya kepada orang lain.Arjuna menarik Disa dengan ekspresi tak berdaya. "Disa, jangan berteriak. Prinsip tuas bukan manusia.""Bukan manusia?" Disa tampak kebingungan. "Kalau bukan manusia, bagaimana membantu kita?""Aku tahu!" Wajah Dinda penuh dengan keyakinan. "Ketika Tuan jatuh ke jurang, bukankah dia pergi ke dunia surga itu? Prinsip tuas ini pastilah teman Tuan di sana.""Uh ...." Arjuna menggaruk kepalanya. "Anggap saja begitu.""Hei, bukankah kita sedang terburu-buru pergi berdoa agar punya anak? Kalau kita terlambat, kita tidak akan bisa punya tempat." Khawatir Alsava bersaudari masih mempermasalahkan hal ini, Arjuna buru-buru mengalihkan topik."Benar, benar, kita harus segera pergi."Berangkat pagi-pagi, Arjuna dan istri-istrinya hampir tertabrak kereta lain tiga kali di jalan sebelum mereka tiba di Kuil Dewi di Gunung Kelana.Orang yang mendapat tempat pasti telah berjuang keras sepa

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 504

    "Kehidupan selanjutnya? Aku mau melahirkan anak dan menikmati kebahagiaan bersama kalian di kehidupan ini.""Dinda, kamu ingin seumuran denganku? Jangan bermimpi. Tumbuhlah dengan baik, kemudian lahirkan seorang anak perempuan yang sama imutnya denganmu untukku."Arjuna menarik Daisha dan Dinda dari tubuhnya.Dia mengangkat tirai pintu kereta, kemudian melangkah ke arah Disa."Apa yang kamu lakukan? Mau mengendarai kereta sendiri? Arjuna, aku katakan padamu, jangan membuat perlawanan yang tidak perlu. Hahaha!" Tawa Irwan terdengar menyeramkan dan mengerikan.Kereta Arjuna telah didesak hingga ke tepi. Jika roda berputar ke samping lebih jauh lagi, maka keretanya akan jatuh ke lembah."Siu!"Arjuna mencabut dua anak panah dari tabung yang ada di punggung Disa."Panah! Hahaha!" Irwan berkata dengan nada meremehkan. "Apakah kamu ingin mati lebih cepat?"Jarak antara kedua gerbong itu kurang dari setengah meter. Jika Arjuna menggunakan panah untuk melukai kuda, kuda pasti akan ketakutan da

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 503

    Kereta itu ditarik oleh empat ekor kuda, keempat kuda tersebut gemuk dan kuat.Suara gemuruh makin lama makin keras, debu yang beterbangan akibat hentakan kaki kuda di jalan pun mulai beterbangan.Di dalam kereta yang ditarik oleh empat kuda.Tirai terangkat, memperlihatkan wajah Irwan. Mata kanannya ditutup dengan penutup mata hitam. Seperti yang dikatakan Arjuna, matanya sudah rusak.Irwan dengan bangga meremehkan Arjuna. "Arjuna, bukankah kamu sangat hebat dan kaya? Kenapa keretamu hanya punya dua ekor kuda, kudanya juga kuda biasa? Ckckck, bagaimana mungkin kudamu bisa mengalahkan kudaku?""Tapi, tidak mendapat tempat di Kuil Dewi juga tidak berpengaruh terhadapmu. Lagi pula, tiba pertama di tempat pun tidak dapat mengubah fakta bahwa kamu mandul. Hahaha!" Terdengar suara tawa yang keras. Tertawa membuat wajah Irwan menjadi menyeramkan."Aish." Tadinya baik-baik saja, sekarang jadi jelek sekali." Arjuna menggelengkan kepalanya sembari menghela napas.Melihat Arjuna tidak marah, tet

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 502

    Daisha merasakan kesedihan yang mendalam saat dia mengingat kepahitan dan kesedihan yang dia rasakan ketika dia pergi ke Kuil Dewi tahun lalu.Tahun lalu pada hari yang sama waktu pagi, Ranjani membangunkan, kemudian membawa mereka ke Kuil Dewi untuk merebut tempat.Itu terjadi sekitar pukul lima hingga enam pagi.Para pejabat tinggi agak malas. Mereka ingin punya anak, tetapi tidak ingin bangun terlalu pagi. Pada saat yang sama mereka juga harus memastikan bahwa mereka kebagian tempat, jadi mereka memberikan tekanan kepada kepala biara Kuil Dewi. Karena tidak mampu menahan tekanan dari pejabat tinggi, kepala biara membuat sebuah deklarasi.Dewi Kelahiran mempunyai peraturan bahwa orang yang mengantre terlebih dahulu dianggap tidak cukup saleh. Hanya orang beriman yang berangkat pada jam lima di hari yang sama yang memenuhi syarat untuk masuk ke kuil untuk berdoa memohon kelahiran anak.Kesehatan Daisha kurang baik, jadi Disa menggendongnya sambil berlari di jalan pegunungan.Ketika Di

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 501

    Arjuna mengulurkan tangan untuk membuka tirai kereta. Begitu tangannya menyentuh tirai, Daisha memegang tangannya, lalu menariknya kembali."Tuan tidak perlu bertanya pada Kak Disa, aku tahu ke mana kita akan pergi."Arjuna menoleh lalu bertanya, "Ke mana?""Ke Kuil Dewi di Gunung Kelana.""Kuil Dewi di Gunung Kelana?" Arjuna bahkan lebih bingung. "Hanya pergi ke kuil, kenapa begitu terburu-buru?""Tuan, kamu lupa lagi." Suara Dinda terdengar jelas. Dia memiringkan kepalanya. "Dewi di Kuil Dewi adalah dewa kelahiran. Setiap tanggal 1 Mei penanggalan lunar adalah hari ketika Sang Dewi turun ke bumi untuk memberi anak. Kalau kita memujanya pada hari ini, kita akan diberi seorang putra tahun depan."Arjuna tak bisa berkata-kata.Awalnya dia ingin membantah Dinda, dengan mengatakan bahwa bisa melahirkan anak laki-laki atau tidak adalah urusan pria, tidak ada hubungannya dengan dewa. Namun, melihat wajah saleh Dinda, Arjuna pun tidak mengatakan apa-apa.Orang zaman itu belum punya konsep il

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 500

    "Apakah kalian mendengarnya? Aku mau istirahat sekarang. Pergilah kalian," usir Arjuna. Istrinya tidak sabar untuk membuat bayi dengannya.Entah karena masa ovulasinya atau bukan, gadis itu tampak tak kenal lelah. Dia terus mengganggu Arjuna sepanjang malam.Waktu berlalu dengan cepat. Satu bulan lagi telah berlalu. Selama masa ovulasi bulan ini, Daisha makin melekat pada Arjuna.Arjuna pun tidak melarang. Dia membuat Daisha kelelahan hingga memohon ampun, barulah melepaskan Daisha.Memikirkan bahwa gadis itu lelah setelah lembur semalaman dan pasti tidak bisa bangun pagi, Arjuna memerintahkan Dafodil dan yang lainnya nanti baru datang ke kamar.Tak disangka, keesokan harinya, sebelum fajar dan Arjuna belum bangun, Daisha yang ada di samping sudah bangun. Dia tidak hanya bangkit sendiri, tetapi juga menarik Arjuna."Sekarang bahkan belum fajar, kenapa kamu bangun begitu pagi? Tanpa membuka matanya, Arjuna melingkarkan lengannya di pinggang Daisha, menariknya kembali ke kasur.Tampaknya

좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status