Share

Bab 4

Author: Abimana
"Kamulah yang harus memohon!" Arjuna mengambil mangkuk lain.

"Buk!"

"Beranikah aku menghajarmu?"

"Ah!" Raditya yang tidak waspada pun jatuh ke lantai, kemudian menjerit. Setelah itu, dia mencoba untuk bangun, tetapi Arjuna tidak memberinya kesempatan.

"Buk!"

"Berani atau tidak?"

"Buk!"

"Berani atau tidak?"

Setiap kali bertanya, Arjuna akan memukul Raditya sekali.

Pukulan Arjuna menjadi makin keras setiap kalinya.

Kepala Raditya langsung memerah, darah yang mengalir keluar makin banyak. Awalnya dia masih tahan, tetapi setelahnya pukulan Arjuna makin menyakitkan sehingga dia pun memohon.

Kedua pria dari Rumah Bordil Prianka menurunkan tangan mereka yang tadinya bersedekap di depan dada. Mereka saling menatap, tetapi tidak berani membantu Raditya.

Kenapa Arjuna berbeda dari yang mereka ketahui?

Arjuna yang mereka kenal tidak bisa menghajar siapa pun, selain wanitanya sendiri. Reputasinya sebagai preman desa karena ada Raditya yang melindunginya.

Kenapa sekarang ....

"Buk, buk, buk!" Arjuna masih menghajar Raditya.

"Tuan, Tuan!" Daisha berjongkok di samping Arjuna. "Jangan pukul lagi, jangan pukul lagi! Kamu bisa membunuhnya!"

Dalam sebuah keluarga tidak bisa tidak ada kepala keluarga. Jika Arjuna masuk penjara, mereka akan menjadi wanita tanpa pemilik.

Siapa pun bisa menindas wanita yang tidak memiliki pemilik.

"Kalian!" Arjuna berhenti, kemudian memandang dua pria dari Rumah Bordil Prianka itu dengan tatapan dingin.

Wajah Arjuna berlumuran darah Raditya, badannya juga sama.

Kedua pria dari Rumah Bordil Prianka ketakutan hingga melangkah mundur.

Sepanjang hidup mereka, ini adalah pertama kalinya mereka melihat seseorang menghajar orang lain dengan begitu sadis.

"Bawa dia pergi, jangan mengotori rumahku!"

Kedua pria dari Rumah Bordil Prianka segera menyeret Raditya pergi.

Setelah Raditya dibawa pergi, Arjuna menyeka darah dari wajahnya. Dia berbalik, lalu berjalan ke arah Daisha yang masih duduk di lantai.

"Lantai dingin, Daisha. Tubuhmu lemah, cepat bangun!"

Tangan Arjuna yang terulur dihindari oleh Daisha.

"Tuan, duduklah. Saya akan mengambil air untuk mencuci wajah Anda."

Suara Daisha masih lemah lembut, demikian pula raut wajahnya. Namun, Arjuna bisa merasakan kesan jaga jarak dalam nada Daisha.

Daisha masih marah karena Arjuna menjualnya.

Tunggu.

Pemilik tubuh Arjuna sebelumnya yang menjual Daisha, bukan Arjuna yang sekarang.

"Bukan aku ...."

Daisha tidak mendengarkan penjelasan Arjuna. Dia langsung keluar untuk mengambil air.

Melihat punggung Daisha yang berjalan dengan pincang, dia mengedikkan bahu dengan tak berdaya.

Lupakan saja, dia tidak perlu menjelaskannya, toh dia juga tidak bisa menjelaskannya dengan jelas. Sekarang Arjuna menggunakan tubuh pria berengsek itu, dia hanya bisa menjadi kambing hitam untuk sementara.

Setelah Daisha membersihkan darah dari wajah Arjuna, dia kembali sibuk membersihkan rumah.

Arjuna tidak membantu. Pertama, Daisha tidak ingin melihatnya sekarang. Kedua, tubuhnya belum sepenuhnya pulih.

Dia baru saja mengalami transmigrasi zaman, ingatan pemilik tubuh sebelumnya begitu berantakan dan membingungkan hingga kepalanya pusing. Sebelum dia mencernanya, Raditya membawa dua orang kemari.

Tubuh Arjuna kurus dan lemah. Tadi dia menghajar Raditya dengan sepenuh tenaga, sekarang dia agak lelah.

Tiba-tiba terdengar keroncongan di dalam rumah.

Daisha menoleh ke arah Arjuna dengan ekspresi tegang.

Arjuna memegang perutnya, lalu terkekeh. "Uh ... tadi mengerahkan terlalu banyak tenaga, sekarang perutku agak lapar."

"Tuan, saya akan segera memasak."

Daisha segera menghentikan pekerjaan yang sedang dia lakukan, lalu buru-buru berjalan keluar pintu. Kakinya memang tidak bagus, begitu berjalan cepat, Daisha langsung jatuh ke lantai.

"Kenapa kamu begitu ceroboh?" Arjuna segera mendekat.

Sebelum Arjuna tiba di depan Daisha, Daisha sudah bangun dengan panik lalu berkata, "Maaf, Tuan, maaf. Saya begitu ceroboh, membuat Tuan kelaparan tanpa ada makanan yang bisa dimakan. Tolong jangan marah."

"Aku ...." Melihat Daisha yang terus meminta maaf kepadanya, Arjuna tampak tak berdaya.

Apakah ada yang salah dengan ekspresinya sehingga Daisha merasa bahwa dia sedang marah?

Sebuah kenangan muncul di benak Arjuna.

Sebelum Arjuna mengalami transmigrasi, jika pemilik tubuh sebelumnya lapar dan Daisha tidak menyajikan hidangan tepat waktu, dia akan langsung melakukan kekerasan lagi.

Sekarang Daisha ketakutan. Menurutnya, setiap gerakan yang dilakukan Arjuna adalah hendak memukulnya.

"Tuan, mohon tunggu sebentar, makanan akan segera jadi."

Daisha berlari lebih cepat daripada tadi. Dia berjalan dengan pincang, tubuhnya gemetar, tampak makin tidak stabil.

Melihat pemandangan tersebut, tenggorokan Arjuna tercekat.

Sungguh orang yang malang.

Matahari telah terbenam di lereng gunung.

Daisha sedang sibuk di dapur. Arjuna yang merasa sedikit bosan di rumah pun berjalan ke halaman.

Begitu banyak hal terjadi setelah dia mengalami transmigrasi, dia belum sempat melihat seperti apa rumahnya.

Ada lima ruangan, ditambah sebuah dapur. Semuanya terbuat dari bata.

Namun ....

Selain ruangan di mana dia berada tadi, ruangan lainnya tidak memiliki ubin maupun dinding berlubang.

Jika angin bertiup kencang akan terdengar suara berderak.

Jangankan musim dingin, bila ada angin kencang belum tentu bisa menahannya.

Sedangkan interiornya ....

Jangankan furnitur, pakaian saja tidak ada yang layak. Orang lain yang mengalami transmigrasi akan menjadi pangeran atau bangsawan, kenapa dirinya malah ....

Permulaan yang berengsek.

"Tuan."

Terdengar panggilan lembut, Arjuna pun berbalik. Daisha sudah masuk ke ruang tamu, dia berdiri di dekat kusen pintu untuk memanggil Arjuna.

Pijaran matahari terbenam menerpa tubuh Daisha, memantulkan lingkaran cahaya yang lembut.

Wajah cantik, tubuh indah.

Sungguh pemandangan yang enak dilihat.

Wanita secantik ini masih perawan.

Sungguh luar biasa.

Meskipun Arjuna tidak dapat mengingat alasan pemilik tubuh sebelumnya tidak menyentuh Daisha, ingatannya yang ada memberitahunya bahwa pemilik tubuh sebelumnya memang tidak menyentuh istrinya itu.

"Tuan."

Daisha memanggil tiga kali berturut-turut.

"Ya, aku datang."

Arjuna segera pergi.

Daisha sudah menghidangkan makanan.

Begitu masuk ke ruang utama, Arjuna langsung mengerutkan kening.

Ada sepiring daging panas dan sepiring nasi di atas meja kecil.

Jika Arjuna tidak salah, daging itu adalah daging yang jatuh ke lantai ketika dia berkelahi dengan Raditya tadi.

Daisha memungut, mencuci, kemudian memasaknya lagi untuk Arjuna.

Keluarga ini ... mungkin lebih miskin dari yang dia lihat.

Setelah Arjuna duduk, Daisha segera berlutut di depannya.

Arjuna baru saja hendak bertanya kepada Daisha mengapa dia berlutut lagi. Sebelum Arjuna bertanya, Daisha sudah mengambil sendok dari atas meja. Dia mengambil lauk bersama nasi, lalu mengangkatnya ke depan mulut Arjuna.

"Tuan, silakan makan."

"..."

"Tuan."

Setelah Arjuna mengambil makanan dari tangan Daisha, Daisha berkata lagi. "Setelah Anda selesai makan, panggil saja saya. Saya akan datang berberes."

Usai berbicara, Daisha berdiri, kemudian berjalan menuju luar.

"Daisha, kamu juga duduk, kita makan bersama," kata Arjuna.

Tangan Daisha yang memegang tirai pintu pun berhenti sebentar. "Tuan, saya adalah wanita, tidak boleh duduk satu meja dengan Anda."

Setelah itu, Daisha pergi tanpa menunggu jawaban Arjuna.

"Aish ...."

Arjuna akhirnya menurunkan tangannya yang terangkat.

Dia menyerah. Daisha tidak tahu bahwa Arjuna bukanlah Arjuna yang dulu. Daisha sangat takut pada suaminya hingga tidak berani duduk satu meja dengannya.

Lupakan, pelan-pelan saja, jangan terburu-buru.

Bau apek tercium di mana-mana dalam rumah, Arjuna bangun untuk mengikat tirai pintu.

Saat ini, Daisha sedang makan di depan pintu dapur makan. Dia agak terkejut saat melihat Arjuna.

"Apakah ada masalah, Tuan?" tanya Daisha, lalu dia meletakkan piringnya dan mendekat.

"Tidak apa-apa." Arjuna buru-buru menghentikannya. "Kamu makan saja, abaikan aku."

Arjuna makan di ruang utama, sedangkan Daisha makan di depan pintu dapur. Mereka saling melihat dari kejauhan.

Dari awal hingga akhir, Daisha tidak berani mengangkat kepalanya untuk menatap Arjuna.

Entah makanan apa yang ada di dalam piring Daisha. Akan tetapi, dari ekspresi menderita Daisha dapat diketahui bahwa makanan yang ada di dalam piringnya bukanlah makanan enak.

Apa yang para istrinya makan biasanya? Arjuna makan sambil mengingat-ingat.

Makin mengingat, dada Arjuna makin sesak.

Jika tebakannya benar, makanan yang sedang Daisha makan adalah dedak padi atau sayuran liar.

Arjuna yang dulu adalah seorang penjudi, makanan di rumah disita karena dia kalah berjudi.

Beras di rumah tidak cukup, sedangkan Arjuna yang dulu harus makan nasi. Jadi kalau tidak ada nasi, dia akan memukul Daisha dan yang lainnya.

Agar Arjuna yang dulu bisa makan nasi, Daisha dan yang lainnya tidak berani makan. Mereka biasanya hanya makan dedak dan sayur-sayuran liar. Sebenarnya dedak pun jarang, mereka lebih sering makan sayuran liar.

Melihat tubuh lemah Daisha, Arjuna yang kesulitan menelan pun meletakkan alat makannya.

"Tuan, apakah Anda sudah selesai makan?"

Daisha juga segera meletakkan alat makannya, kemudian mendekat. Ketika dia melihat masih ada makanan di dalam piring Arjuna, dia pun tertegun.

"Tuan ...."

"Duduk, habiskan makanan ini!" ucap Arjuna dengan nada memerintah.

Dia tahu jika dia tidak galak, Daisha yang sangat takut padanya tidak akan patuh.

"Hah?" Daisha memandang Arjuna dengan tidak percaya.

Hari ini Arjuna benar-benar berbeda. Pria itu tidak memukul atau memarahinya, menghajar Raditya karena dirinya, sekarang bahkan menyuruhnya makan nasi.

Apakah Arjuna benar-benar sudah menjadi baik?

Tidak, tidak!

Daisha menggelengkan kepalanya dengan keras. 'Daisha, Daisha, jangan memiliki angan-angan seperti itu. Kalian sudah menikah selama setengah tahun, apakah kamu belum cukup dipukul dan dimarahi?'

Hari ini dia bahkan hampir menjualmu.'

Jual!

Daisha memandang Arjuna dengan waspada.

Arjuna tiba-tiba bersikap baik terhadapnya, jangan-jangan ada niat terselubung?

"Untuk apa kamu melihatku? Cepat makan!" Kali ini suara Arjuna naik satu oktaf. Jika Daisha tidak segera makan, makanannya akan dingin.

"Arjuna sialan, bisa-bisanya kamu menjual adikku yang keempat ketika aku tidak ada di rumah!"

Begitu Arjuna selesai berbicara, suara melengking terdengar dari luar pintu.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Kaugnay na kabanata

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 5

    "Siu!""Set!" Sebuah anak panah tertancap di panel pintu.Arjuna menatap anak panah yang berjarak nol koma sekian sentimeter darinya dengan mata terbelalak. Dia merasa seperti baru selamat dari bencana. Jika anak panah itu meleset sedikit saja ....Siapa?Siapa yang begitu berani?!Seorang wanita yang tinggi dan cantik tiba-tiba muncul di depan Arjuna."Kak Disa!"Sebelum Arjuna bereaksi, Daisha sudah menghampiri wanita itu.Kak Disa.Disa Alsava?Dalam ingatan Arjuna, Disa adalah kakak kandung Daisha, istri Arjuna yang lain.Arjuna mengamati Disa dengan cermat.Tingginya diperkirakan sekitar 170 sentimeter. Tinggi ini dianggap super tinggi pada zaman kuno.Parasnya mirip dengan Daisha, tetapi juga berbeda.Wajah Disa lebih tegas daripada Daisha, tubuhnya lebih berisi, warna kulitnya mendekati warna gandum, ditambah dengan tinggi badannya, dia memberi kesan lancang dan seksi.Mungkin karena lari cepat, wajah Disa memerah, butiran keringat menetes dari dahinya, dadanya naik turun, pakai

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 6

    Disa tidak bisa melanjutkan kalimatnya. Dia menurunkan anak panah dari busur panah, menggenggamnya dengan erat sambil memelototi Arjuna dengan tajam.Arjuna juga merasa marah saat mendengarnya. Jangankan Disa, dia saja ingin rasanya mencekik Arjuna yang sebelumnya.Daisha perlahan menurunkan tangannya yang terentang. Cahaya dalam matanya meredup sedikit demi sedikit. Disa benar, mereka belum pernah merasakan kehidupan yang nyaman sejak menginjakkan kaki di rumah ini.Dia sering bertanya-tanya, apakah mati lebih baik daripada hidup?"Dik Daisha, menyingkirlah." Disa mendorong Daisha ke samping, kemudian mengarahkan busur dan anak panahnya ke arah Arjuna lagi."Ah!" Daisha menutup matanya, dia tidak berani melihat.Sekitar tiga detik berlalu."Kamu ...."Disa tertegun melihat Arjuna yang mencekal tangannya di hadapannya."Bagaimana, bagaimana kamu ...." Disa berbicara dengan tidak jelas.Bagaimana Arjuna tiba di depannya dan mencengkeram tangannya? Bagaimana dia memiliki kecepatan sepert

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 7

    Setelah Disa keluar, Daisha membawa makanan Arjuna yang baru dimakan setengah ke luar."Tuan, saya sudah memanaskan kembali makanannya, makanlah."Setelah itu, Daisha meletakkan makanannya, berbalik lalu keluar.Setelah meninggalkan ruang utama, Daisha memanggil Disa untuk makan malam.Dua bersaudari itu tidak makan di ruang utama. Mereka berjalan ke dapur, kemudian masing-masing memegang sebuah piring.Arjuna duduk, lalu melihat nasi di depannya sambil tersenyum tak berdaya. Mau makan saja penuh liku-liku.Sambil tersenyum pahit, Arjuna mengangkat pandangannya. Ekspresi menderita Daisha dan Disa yang menelan makanan di dapur pun tertangkap oleh Arjuna.Begitu berpikir bahwa mereka hanya makan dedak atau sayuran liar, Arjuna tidak punya selera untuk makan.Dia awalnya ingin mengajak mereka untuk makan bersama, tetapi mengingat nasi yang ada di atas meja sisa sedikit, serta Daisha yang takut pada dirinya ...."Plak!"Arjuna membanting sendok ke atas meja.Seperti dugaannya, Daisha yang

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 8

    Arjuna tentu mendeteksi keraguan Daisha. Dia tersenyum sembari berkata, "Jangan khawatir, tuanmu ini bisa masak."Di zaman modern, Arjuna terlahir dalam keluarga miskin. Dia pernah melakukan semua pekerjaan rumah.Daisha masih bergeming.Arjuna ... tersenyum padanya.Apakah dia sedang bermimpi?"Daisha, Daisha, Daisha."Setelah Arjuna memanggilnya sebanyak ketiga kalinya, Daisha baru sadar."Se ... segera!" Daisha yang terburu-buru sedikit merona.Setengah dari daging yang dibawa Raditya hari ini adalah lemak.Pada zaman itu, daging berlemak lebih mahal dibandingkan daging tanpa lemak.Arjuna memotong daging berlemak sedikit demi sedikit, kemudian menggorengnya dengan minyak di dalam panci.Begitu aroma minyak keluar dari panci, Daisha yang sedang menyalakan api diam-diam menelan air liur.Disa, yang berdiri di dekat kusen pintu, juga tidak bisa menahan diri.Harum sekali.Karena sudah setahun tidak makan daging, perut kedua kakak beradik itu merasa menderita.Dagingnya tidak banyak, l

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 9

    "Tuan, apakah Anda menjatuhkan sesuatu?" tanya Daisha dengan lembut sembari mengekori Arjuna."Aku sedang mencari .... Ketemu, ketemu!"Arjuna berbalik dengan gembira, ada dua benda hitam di tangannya.Benda itu adalah ....Kotoran?Kotoran!Dua bongkahan kotoran besar, kotoran sapi yang berwarna hitam dan kering."Arjuna." Disa memanggil Arjuna dengan nama lagi. Dia melindungi Daisha. "Apa yang ingin kamu lakukan lagi?"Tangan Daisha menggenggam ujung pakaian Disa, matanya yang seperti bintang penuh ketakutan, napasnya bahkan memburu.Bulan lalu, Arjuna kalah berjudi. Dia terbangun karena kedinginan di tengah malam, lalu dia melampiaskan kemarahannya pada Daisha. Dia memarahi Daisha yang tidak bisa membuat perapian, kemudian menyeret wanita itu ke dapur, memaksanya memakan jerami.Jangan-jangan sekarang Arjuna akan dan memasukkan kotoran sapi ke dalam mulutnya?"Arjuna, kalau kamu menindas adikku lagi, aku akan membunuhmu!"Disa berteriak dengan marah, dia tampak tidak takut mati.Dia

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 10

    Apa-apaan ini?Arjuna mengerutkan kening, lalu bertanya, "Disa, apa yang kamu bicarakan? Memangnya kalau aku yang mengangkat, pemerintah akan mengutus orang untuk menangkap Daisha?""Huh!" Disa mendengus. "Berpura-pura bodoh? Apakah otakmu benar-benar bermasalah?"Astaga!Arjuna kaget. Jadi, itu benar?Ingatan Arjuna yang sebelumnya sangat terbatas, dia benar-benar tidak mengingat hal ini.Aneh sekali negara ini, laki-laki tidak boleh bekerja?Tidak heran jumlah laki-lakinya sangat sedikit.Sebenarnya, pria di Kerajaan Bratajaya boleh bekerja keras. Selain itu, pria yang kuat juga dianggap keren.Namun, tidak normal jika Arjuna menenteng kotoran sapi, sedangkan Daisha kembali dengan tangan kosong.Laki-laki di Kerajaan Bratajaya bagaikan bangsawan, mereka merasa bahwa perempuan dilahirkan untuk melayani laki-laki. Jika Arjuna membawa sesuatu, sedangkan tangan Daisha kosong, perempuan itu pasti akan dihujat oleh penduduk desa, bahkan diadukan ke pemerintah oleh lelaki di desa. Pada saat

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 11

    Tidak mungkin, bukan?Ketika Arjuna tertegun, Disa sudah bergeser ke sisinya. Dia membuka setengah selimut untuk menyelimuti Arjuna.Hangat dan harum.Aroma tubuh Disa mirip dengan kepribadiannya yang panas.Kuat dan hangat!Arjuna tidak bisa menahan diri untuk tidak menghela napas.Para pria di negara ini sungguh bahagia.Ketika Arjuna menghela napas, sebelahnya tiba-tiba menjadi kosong.Ketika dia sadar, Disa sudah turun dari atas perapian.Arjuna membutuhkan beberapa detik untuk menyadari bahwa Disa hanya membantunya menghangatkan selimut.Dia kira .... Sejujurnya, dia merasa sedikit kecewa."Uhuk, uhuk!""Apakah kurang hangat?" tanya Disa, menoleh."Cukup, cukup," jawab Arjuna dengan buru-buru.Usai menjawab, sebenarnya dia merasa sedikit menyesal.Arjuna, kenapa kamu takut? Seharusnya kamu jawab kurang.'Bagian atas perapian cukup besar, Disa dan Daisha seharusnya tidur di sisi lain. Namun, beberapa saat kemudian, Arjuna tidak juga melihat mereka berdua.Ada suara gemerisik di lan

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 12

    Arjuna dengan jelas merasakan tangan Disa sedikit gemetar.Menoleh, dia melihat butiran keringat di dahi Disa.Melihat Arjuna menoleh, Disa segera menyesuaikan ekspresinya, berpura-pura berani.Reaksi Disa membuat Arjuna merasa geli."Itu harimau, tidak memalukan kalau kamu takut. Aku juga takut."Arjuna memegang erat tangan Disa. "Tetap dekat denganku, jangan sok hebat, jangan masuk terlalu dalam. Kita lihat saja sekeliling apakah ada kelinci liar, burung pegar, dan sejenisnya. Setelah berhasil menangkap satu atau dua ekor, kita langsung pulang. Jangan serakah."Karena ada harimau di Gunung Harimau, orang yang datang hanya sedikit. Arjuna dan Disa dengan cepat memburu tiga burung pegar dan seekor kelinci."Siu!"Keterampilan memanah Disa sangat bagus, dia mendapatkan seekor kelinci lagi."Dapat lagi, dapat lagi!" Disa dengan gembira berlari untuk memungut kelinci itu."Disa, kembali ....""Aum ...."Suara Arjuna ditutupi oleh auman harimau.Seekor harimau tiba-tiba melompat keluar di

Pinakabagong kabanata

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 522

    "Arjuna sudah keluar."Entah karena mereka masih takut dengan kata-kata Arjuna sebelumnya atau bukan ....Setelah Arjuna keluar dari kereta, orang-orang itu otomatis berhenti."Tidak perlu takut padanya. Dia hanya menakut-nakuti orang. Kita begitu banyak orang, bagaimana mungkin kalah dari ....""Siu!"Arjuna tiba-tiba mencabut tusuk mutiara yang ada di kepala Disa.Irwan tidak berani menyelesaikan kata-katanya. Dia bersembunyi di belakang pelayannya seperti pengecut. Arjuna telah membutakan salah satu matanya, dia takut Arjuna akan membutakan mata keduanya.Arjuna turun dari kereta, memegang tusuk mutiara sambil berjalan menuju Irwan selangkah demi selangkah."Arjuna." Irwan berpura-pura tenang. Dia berteriak dengan arogan di belakang pelayan. "Kamu ingin menggunakan trik yang sama untuk menyakiti mataku lagi? Aku beri tahu, jangan bermimpi. Ada begitu banyak orang yang menonton sekarang. Kalau kamu berani melakukannya, aku akan menuntutmu dan membuatmu menderita di penjara.""Arjuna,

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 521

    Bayi laki-laki atau perempuan?Disa berbalik, kemudian menatap Arjuna dengan penuh tanya.Uh ....Arjuna tertegun.Dia hanya memikirkan keselamatan Daisha dan anak sehingga tidak memerhatikan apakah anak itu laki-laki atau perempuan."Bukankah kamu akan tahu setelah lihat sendiri?"Arjuna sekali lagi memusatkan perhatiannya pada Daisha yang masih memiliki bayi dalam perutnya."Daisha, bayinya belum keluar. Ayo, dorong lebih keras, dorong lebih keras."Arjuna memberi semangat sambil menekan lembut perut Daisha dan mendorong ke bawah.Inilah yang diajarkan ibunya, seorang bidan, saat membantu anjingnya melahirkan.Bila kepala janin belum keluar, tekan perut bagian bawah agar janin meluncur ke bawah. Setelah kepala janin keluar ....Sementara Arjuna dan Daisha sibuk dalam proses persalinan, Disa juga dengan hati-hati membuka selimut."Anak laki-laki, itu anak laki-laki!"Suara Disa yang bersemangat terdengar melengking tinggi."Benarkah?" Tulip, Anggrek dan pembantu lainnya berkumpul di s

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 520

    Arjuna melepas mantelnya, kemudian dengan cepat mengikatnya ke dua sisi kereta, sambil memberi instruksi kepada Disa yang berdiri diam."Jangan kaget atau bingung. Masuklah ke rumah sekarang, keluarkan pakaian kecil dan selimut yang telah disiapkan Daisha. Minta Dafodil untuk merebus beberapa panci air. Minta Tulip untuk memotong kelambu yang baru dicuci menjadi beberapa bagian agar aku bisa menggunakannya sebagai kain kasa. Kemudian minta Anggrek untuk menaruh gunting di atas api untuk memanaskannya hingga merah, lalu bawakan semuanya kepadaku.""Aku pergi sekarang juga."Pada saat ini, tidak ada gunanya bertanya apakah Arjuna bisa membantu melahirkan bayi.Tak lama kemudian.Disa membawa setumpuk pakaian kecil dan selimut.Tulip membawa setumpuk kain kasa yang terbuat dari kelambu.Anggrek membawa beberapa pasang gunting yang membara.Dafodil memimpin beberapa pembantu lainnya, membawa baskom berisi air mendidih dari rumah."Daisha."Arjuna membantu Daisha yang pingsan untuk bangun.

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 519

    Seketika, orang yang menyerbu sambil membawa pisau dapur itu diam tak bergerak, seakan-akan dia dipaku di tempat.Niat membunuh yang tak tersamar di mata Arjuna membuat mereka bergidik.Pada saat ini, dia bukan manusia, dia adalah dewa kematian.Setiap kata yang diucapkannya penuh dengan aura mematikan.Arjuna menggendong Daisha sambil melangkah maju selangkah demi selangkah, sementara orang-orang yang mengelilinginya juga mundur selangkah demi selangkah.Tidak ada seorang pun yang berani menghentikannya."Jangan takut, dia hanya menakut-nakuti kita.""Hentikan dia, jangan biarkan dia keluar!"Irwan berteriak sampai tenggorokannya serak, tetapi orang-orang itu seakan tidak mendengarnya. Mereka mundur terus mundur.Roh jahat itu menakutkan saat keluar, tetapi Arjuna lebih menakutkan sekarang."Disa, cepat kendarai kereta ke gerbang utama."Tamael mengingatkan Disa.Pada saat ini, Arjuna telah berhasil keluar."Oh, aku akan segera pergi!"Disa melompat beberapa kali, kemudian menghilang.

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 518

    Daisha yang ada di atas kasur makin melemah.Disa dan yang lainnya telah tertunda di luar begitu lama hingga ketuban Daisha pecah, sudah terlambat untuk menunggu bidan datang."Daisha, ayo."Arjuna menggendong Daisha, kemudian berjalan keluar.Terjadi kekacauan di luar gerbang kediaman Arjuna.Orang-orang mengepung rumah Arjuna dalam tiga lapisan. Disa dan Tamael yang ingin bergegas keluar, terhimpit oleh orang-orang yang menghalangi pintu. Disa bahkan tidak bisa mencabut anak panahnya.Karena orang-orang itu mendesak begitu erat hingga tidak ada ruang sama sekali.Mois mengirim banyak petugas pemerintah ke tempat, tetapi tidak peduli berapa jumlah mereka, mereka kalah banyak dari rakyat. Mereka terkepung dan tidak bisa bergerak sama sekali.Terdengar suara-suara pertengkaran, teriakan dan makian. Semuanya bercampur jadi satu."Ah!"Daisha sudah merasa sangat tidak nyaman, suara-suara itu membuatnya frustrasi.Dia berteriak sambil menutup telinganya.Akan tetapi, berteriak membuatnya l

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 517

    "Astaga!""Dik Daisha!""Kak Daisha!"Disa dan Dinda bergegas masuk.Ayumi berusaha untuk membuka matanya yang tertutup.Pandangannya kabur."Tuan, maaf. Ayumi salah, Ayumi gagal melindungi Nyonya."Ayumi tidak hanya mengalami luka pada kedua matanya, tetapi punggungnya juga penuh luka.Darah mengalir di punggungnya, bercampur dengan Daisha."Siapa yang melakukannya? Siapa yang menyakiti Daisha dan anakku? Siapa yang melakukannya?!"Pada saat ini, Arjuna seperti singa yang mengamuk, api di matanya saja sudah cukup untuk membakar orang."Tuan, Nyonya Daisha tidak terluka, dia hanya terkejut. Dia akan segera melahirkan. Cepat ... kalau terlambat ...."Ayumi memuntahkan seteguk darah, jatuh ke lantai, kemudian kehilangan kesadaran sepenuhnya."Ayumi, Ayumi! Cepat, Disa, pergi cari tabib dan bidan!""Aku akan mencari tabib. Disa, kamu cari bidan saja," ucap Tamael."Oke!"Disa dan Tamael bergegas pergi.Arjuna menggendong Daisha. Pada saat yang sama, dia memberi instruksi dan mengajari Daf

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 516

    Orang-orang di luar yang menggedor-gedor pintu berhamburan masuk, berkerumun. Suara jeritan kesakitan terus terdengar.Arjuna melangkah mundur begitu pintu terbuka. Dengan tangan di belakang punggungnya, dia melihat segalanya dengan tenang.Lebih dari sepuluh menit kemudian, kerumunan yang padat akhirnya terpisah. Beberapa orang yang terjatuh terluka parah. Keluarga mereka menggendongnya keluar sambil menangis."Arjuna, sialan kamu!""Kamu pasti sengaja!"Orang-orang itu mengalihkan kemarahan mereka kepada Arjuna.Arjuna merentangkan tangannya sambil berkata dengan polos. "Kalian yang mendobrak pintuku, menyuruhku keluar. Aku membuka pintu dan keluar sesuai perintah kalian. Kenapa dibilang aku sengaja?""..."Semua orang terdiam setelah mendengar apa yang dikatakan Arjuna.Hal ini memang benar adanya.Mereka tidak pernah menyangka bahwa Arjuna akan membuka pintu sendiri. Kebanyakan orang akan berpikir untuk melarikan diri ketika mendengar kejadian seperti ini.Mereka tadi mendengar Tam

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 515

    "Dasar bodoh."Arjuna mencolek hidung Daisha pelan. "Orang-orang itu tidak senang melihat kita punya anak, jadi mereka berkata begitu. Kamu malah memercayainya.""Tapi ...." Daisha masih tampak khawatir."Aku pernah melihat banyak orang hamil, tidak ada yang sebesar perutku. Selain itu ...."Melihat mata Daisha yang memerah, Arjuna merasakan sedih. Tanpa berpikir panjang, dia memegang wajah Daisha, kemudian mencium bibirnya.Emosi sensitif Daisha yang sedang hamil ditenangkan oleh Arjuna, ditelan di antara bibir dan giginya.Setelah beberapa saat.Arjuna dengan lembut membelai perut Daisha. "Tenanglah, jangan berpikir terlalu banyak. Ada lebih dari satu bayi di dalam perutmu, jadi tentu saja perutmu lebih besar daripada yang lain.""Benarkah?"Mata Daisha yang besar dan bagaikan bintang berbinar, bulu matanya berkedip-kedip.Hati Arjuna hampir meleleh saat melihatnya, dia mencium perut Daisha."Sungguh.""Kalau begitu ...." Daisha menatap perutnya dengan tatapan penuh kasih sayang khas

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 514

    Malam itu, Bayu dan Irwan keluar dengan gembira menggunakan kereta.Begitu Bayu dan Irwan pergi, Ayumi masuk ke ruang kerja Arjuna."Tuan, seperti dugaanmu, Bayu mereka sudah keluar, ada tiga kereta."Arjuna berhenti menulis sejenak. "Oke, ikuti mereka.""Baik!" Ayumi menerima perintah itu, lalu pergi."Tunggu." Arjuna memanggil Ayumi. "Setelah meninggalkan kota, kurasa tiga kereta mereka akan berpisah. Jangan ikuti kereta mana pun, langsung pergi ke Gunung Kelana saja.""Tuan, apakah kamu curiga bahwa perjalanan mereka adalah ke Kuil Dewi?""Kemungkinan besar seperti itu."Hari itu di Kuil Dewi, Arjuna curiga bahwa keluarga Irwan memiliki hubungan dengan Kuil Dewi....Di kuil dewi."Konyol, benar-benar konyol!"Mendengarkan pernyataan Bayu, Sena terus menggelengkan kepalanya, dengan ekspresi jijik di wajahnya yang kelihatannya tenang.Ingin berdebat denganku? Kamu masih terlalu kecil.'"Pertapa, masalah ini sudah jelas sekarang. Kamu sudah boleh mengambil tindakan. Jangan berbelas ka

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status