"Baiklah, daging sapi dan iga asam manis. Kita akan memakannya besok," jawab Arjuna lantang."Daging sapi dan iga asam manis!"Para prajurit mengerti tujuan Arjuna mengadakan pesta di gunung. Mereka semua mengulangi nama-nama hidangan secara serempak dan lantang."Yang Mulia!"Saat Arjuna hendak kembali beristirahat, Galang tiba-tiba menghampirinya bersama seorang wanita.Wanita itu turun dari lembah, dia adalah pelayan pribadi Amira."Aku ingin bertemu dengan Perdana Menteri Kiri kalian, Yang Mulia Arjuna." Pelayan itu terus mengulangi kalimat tersebut."Akulah orangnya," kata Arjuna.Pelayan itu menyipitkan mata ke arah Arjuna sambil bergumam, "Wajah putih bersih, tubuh kekar, suara berat dan merdu.""Jadi, apakah aku sesuai?" Arjuna tersenyum."Terlihat agak bodoh saat tersenyum," gumam pelayan itu pada dirinya sendiri, menatap Arjuna."Oh!" Arjuna tersenyum sembari mengangguk. "Jadi seperti itu citraku di hati putrimu.""Putriku bilang, kami boleh menyerah," kata pelayan itu.“Itu
Sudah lama berlalu sejak Arjuna selesai berbicara, tetapi Galang masih tidak bergerak."Kak Galang, bukankah kita mau segera mengakhiri ini? Kenapa kamu masih berdiri di sana? Cepat bertindak," desak Arjuna kepada Galang."Aku tahu kalian banyak bertanya, tapi aku tidak bisa menjelaskannya secara detail sekarang. Lakukan saja. Aku akan segera kembali."Setelah Galang pergi, Arjuna dan Disa segera masuk ke Kota Sudarana.Tak lama kemudian, dia membawa beberapa orang keluar dari Kota Sudarana, menuju Bukit Ayam Jantan.Ketika Arjuna tiba, rekan staf dapur setiap legiun baru saja memindahkan peralatan masak. Prefek Kota Sudarana juga kebetulan tiba mengantar seribu ekor ayam.Arjuna memerintahkan staf dapur dari setiap resimen untuk menyiapkan puluhan panci dalam posisi melawan arah angin, merebus air, kemudian memotong ayam yang telah disembelih sebelum memasukkannya ke dalam rebusan.Tak lama kemudian, sup ayam di panci besi besar mulai mendidih, bergelembung dan berbuih, memenuhi selur
Melihat rekan-rekan yang menggeliat kesakitan di dalam terowongan karena tubuh terbakar, serta minyak pinus masih mengalir ke dalam terowongan, para Prajurit Surgajelita yang belum masuk ke terowongan pun tidak berani melompat masuk lagi.Para Prajurit Surgajelita yang hendak keluar terjebak dalam api."Sialan!" teriak Amira.Selanjutnya, Arjuna hanya melakukan satu hal.Terus menggali lubang di sekitar Pasukan Surgajelita dan menuangkan minyak pinus ke dalam terowongan.Ketika Pasukan Surgajelita kembali melalui rute yang sama dan mencapai Gunung Kayu Permai, Tirta menggunakan metode yang sama, tetapi lebih mudah.Gunung Kayu Permai hanya memiliki satu terowongan. Dia memerintahkan anak buahnya untuk menggali lubang panjang dan menuangkan banyak minyak pinus ke dalamnya. Saat Pasukan Surgajelita tiba, api di terowongan makin berkobar.Pasukan Surgajelita ingin keluar dari gunung, tetapi Pasukan Patroli mempertahankan posisi di dataran tinggi sehingga memudahkan pertempuran.Terlebih l
"Saudara-saudara, serang! Jangan biarkan Pasukan Surgajelita mencapai terowongan ketiganya prajurit wanita."Pada saat ini, Legiun Keempat dari Gunung Batu Permai tiba.Begitu Legiun Keempat tiba, Luhut segera mengeluarkan perintah untuk serang."Para prajurit, Pasukan Patroli Bratajaya makin mendekat. Kita hanya punya satu garis pertahanan sebelum kita menerobos!"Di sisi lain, Amira juga menyemangati Pasukan Surgajelita."Kita tidak boleh mati kelaparan! Serang!"Pasukan Surgajelita bagaikan mesin tanpa emosi. Tidak peduli berapa banyak yang jatuh di sekitar mereka, mereka mengabaikan semuanya. Tujuan mereka adalah mencapai terowongan ketiga prajurit wanita, menerobos masuk.Saat ini, Galang dari Gunung Kayu Permai pun tiba.Legiun Kelima Tirta tetap di Gunung Kayu Permai untuk mencegah Pasukan Surgajelita mundur.Galang kembali bersama pasukan dari Legiun Kedua."Yang Mulia, kalau begini terus, Pasukan Surgajelita pada akhirnya akan keluar dari kantong kita. Aku akan segera masuk ke
"Serang! Jangan mau menjadi hantu kelaparan!"Amira menyeret kakinya yang terluka menuju ke depan.Setelah terkena panah, para pengawal istana mengepung Amira, melindunginya dengan erat. Panah Disa bisa mengenai siapa pun, tetapi tidak dengan Amira."Serang! Jangan menjadi hantu kelaparan!"Persis seperti di luar gerbang Kota Sudarana, Pasukan Surgajelita tiba-tiba menyerbu maju dengan sekuat tenaga.Kali ini, mereka bahkan tidak berlari mendaki gunung, tetapi langsung menyerang para prajurit wanita."Serang mereka! Serang mereka dengan sepenuh tenaga!" perintah Mossen mendesak.Legiun Pertama, bersama Legiun Ketiga yang telah tiba, melancarkan serangan dahsyat ke gunung, mengurangi tekanan pada para prajurit wanita.Di bawah, Pasukan Surgajelita berjatuhan berbondong-bondong, tubuh-tubuh menumpuk seperti gunung.Namun mereka mengabaikan orang-orang di sekitar, menembakkan panah ke arah para wanita yang menyerbu dengan liar.Hujan panah dari depan menghantam para prajurit wanita, membu
"Oke!" Disa segera menghunus panahnya. "Aku jamin akan membunuhnya dengan satu anak panah.""Jangan bunuh dia, tembak saja agar dia tidak memimpin lagi," kata Arjuna buru-buru."Tuan, apakah kamu tertarik padanya?"Ini adalah pertama kalinya Disa membicarakan wanita lain dengan rasa cemburu.Dia sama sekali tidak menyukai Amira. Dia tidak membenci siapa pun yang ingin menjadi wanita Arjuna, tetapi Amira tidak hanya ingin menikahi Arjuna, melainkan juga ingin merebutnya. Sungguh keterlaluan.Arjuna tersenyum. "Amira memiliki tubuh yang menggiurkan dan kaya. Pria mana yang tidak menyukainya?"Merasa gadis di sampingnya akan meledak, Arjuna segera menahan senyum lalu berkata dengan serius. "Aku bercanda. Amira tidak boleh mati dulu."Dia harus tetap hidup untuk negosiasi.Wajah cantik Disa dipenuhi kekesalan. "Aku ingin dia mati!"Meskipun dia berbicara dengan marah, dia melesatkan tembakannya saat melepaskan anak panah."Ugh!"Terdengar erangan, kemudian Amira yang bertengger di atas bat