Share

Bab 950

Penulis: Abimana
Setiap gudang senjata setidaknya setengah ruangan terisi gandum.

Melihat gudang beras dan mi yang meluap, semua pejabat meneteskan air mata, kecuali Yudha dan komplotannya.

Ada makanan.

Bratajaya memiliki makanan.

Ada makanan, maka hati tidak panik.

Kali ini, semua orang benar-benar memahami pepatah tersebut.

Hati yang terombang-ambing akhirnya tenang.

Dewi berteriak penuh semangat. "Buka gudang! Kita harus membukanya, buka sekarang juga!"

Mereka sudah kelaparan selama berbulan-bulan.

Dia harus memastikan semua orang Bratajaya mendapatkan makanan yang cukup.

Warga biasa yang berkumpul di luar gudang senjata bahkan lebih banyak daripada yang berada di luar istana.

Begitu meninggalkan istana, Yudha menyebarkan kabar bahwa Arjuna ada di gudang senjata.

"Bunuh Arjuna!"

"Sulit meredakan kemarahan publik tanpa membunuh Arjuna!"

"Bunuh Arjuna!"

"Sulit meredakan kemarahan publik tanpa membunuh Arjuna!"

Di luar gudang senjata, seruan untuk membunuh Arjuna bagaikan guntur dari langit, satu demi
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Niniq Aja
jangan jangan besok tinggal 1 bab ini.
goodnovel comment avatar
Rifqi
kurangi aja terus bab nya...
goodnovel comment avatar
Siki Munigar
makin lama kok makin dikit bannya, padahal lagi seru bgt, apa mau tamat ya Thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 972

    Terus-terusan ada beras untuk dipungut, Pasukan Surgajelita melangkah maju dengan penuh kegembiraan dan segera mencapai Gunung Kayu Permai.Gunung Kayu Permai adalah benteng militer klasik.Gunung-gunung tinggi berdiri di kedua sisi, dengan lorong sempit selebar belasan meter membentang di tengah.Makin jauh Hendri mengejar, makin dia merasa ada yang salah.Jika orang-orang di depan hanyalah warga sipil yang mengangkut makanan. Setelah sekian lama mengejar, mereka seharusnya sudah berhasil mengejar.Bukan hanya tidak berhasil menyusul, mereka bahkan tidak melihat satu orang pun.Menatap puncak-puncak yang menjulang tinggi di depan dan lorong selebar belasan meter, Hendri tiba-tiba menarik tali kekang."Berhenti, berhenti!""Hendri, ada apa denganmu? Kenapa kamu menghentikan pasukan?" Ekspresi Amira dipenuhi kebingungan."Putri, kita mungkin sudah dijebak. Cepat, mundur!""Serang!""Tong, tong, tong!"Sebelum kata-kata Hendri sepenuhnya terucap, teriakan pembunuhan yang menggelegar dan

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 971

    "Jangan rebutan. Di depan masih ada."Begitu mendengar "di depan masih ada", para Prajurit Negara Surgajelita makin bersemangat."Bung, kejar, ikuti beras-beras yang ada di lantai ini. Mereka pasti belum lari jauh."Sambil mengejar, para Prajurit Negara Surgajelita memunguti beras yang jatuh dan memasukkannya ke dalam mulut. Para prajurit yang telah memakan beras itu berlari makin cepat.Orang yang tidak kebagian beras merasa iri, lalu berlari gila-gilaan.Para Prajurit Negara Surgajelita saling mengejar dan segera melewati titik penyergapan pertama yang dijaga oleh Ayumi dan Mossen.Mossen berdiri di puncak bukit, memerhatikan para Prajurit Negara Surgajelita yang mundur, kemudian menghela napas. "Para Prajurit Negara Surgajelita ini sudah lapar berapa hari? Kenapa seperti hantu kelaparan saja?"Mossen masih gugup ketika para Prajurit Negara Surgajelita masuk ke penyergapan mereka. Saat mereka lewat, dia mengeluarkan beberapa perintah, menyuruh anak buahnya untuk tetap bersembunyi dan

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 970

    "Baik, Yang Mulia!"Arjuna menatap Binsar yang sedang sibuk memberi perintah di menara.Semoga, Binsar dan anak buahnya dapat bertahan selama tiga jam lagi...."Bam!" Sebuah suara keras terdengar."Putri, Putri! Perdana Menteri Negara Surgajelita, Naufal, dengan air mata menggenang di matanya, berlari ke arah Amira dengan penuh semangat. "Sudah rusak! Kita telah mendobrak gerbang Kota Sudarana, Bratajaya!""Benarkah?"Wajah Amira dipenuhi kegembiraan.Dia sudah tahu bahwa gerbang Kota Sudarana telah didobrak ketika mendengar suara itu. Sekarang, setelah mendengarnya sendiri, dia merasa makin tenang.Amira melompat ke atas kudanya dan sekali lagi mengarahkan pedangnya ke arah Kota Sudarana."Masuk kota!""Makan nasi!"Kata-kata Amira, bagaikan minyak yang menetes ke api, kembali menyulut semangat para prajurit Negara Surgajelita."Masuk kota!""Makan nasi!" "Para prajurit Negara Surgajelita meneriakkan slogan-slogan saat mereka menyerbu Kota Sudarana.Para prajurit Negara Surgajelita

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 969

    Biasanya, kematian begitu banyak orang, bahkan kematian yang mengerikan seperti itu, akan memberikan efek jera, mencegah orang yang berada di belakang untuk maju dengan gegabah.Namun ...."Serang!"Raungan dari bawah menara tidak hanya tidak mereda, tetapi malah makin intensif.Binsar berlari ke tepi menara untuk melihat.Pasukan Negara Surgajelita bagaikan semut, menyerbu dengan padat, membentuk massa hitam, menuju Kota Sudarana."Jenderal, apakah para prajurit Negara Surgajelita sudah gila?" tanya wakil jenderal di samping Binsar.Binsar tidak tahu harus menjawab apa. Kulit kepalanya merinding saat dia memandangi lautan prajurit Negara Surgajelita di luar menara kota.Binsar adalah orang tertua kedua setelah Ardian. Dia telah bertempur dalam ratusan pertempuran, besar maupun kecil, bersama Ardian.Ini pertama kalinya dia menyaksikan kegilaan seperti orang-orang Negara Surgajelita.Binsar kembali menatap kota.Rakyat masih berlarian, mereka bergerak lambat karena harus membawa makana

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 968

    "Yang Mulia, jangan khawatir, aku pasti akan membawanya keluar." Galang meyakinkan."Kamu juga. Jangan sok, jangan gegabah."Meskipun Galang berulang kali meyakinkannya bahwa dia akan berhati-hati, Arjuna tetap khawatir dan mengirim pengawal yang ditinggalkan Dewi untuk melindungi Galang.Kali ini Ardian tidak ikut. Arjuna tidak ingin tak berani menghadapi Ardian setelah kembali....Di luar Kota Sudarana.Delapan ratus ribu pasukan Negara Surgajelita bagaikan semut yang meninggalkan sarang, berdesakan, tanpa ujung yang terlihat.Binsar melihat pasukan Negara Surgajelita di bawah tembok kota, kemudian berbalik untuk bertanya."Saudara-saudara, apakah kalian takut?""Tidak!"Junaid adalah yang pertama menjawab, panahnya terangkat.Ketika di Kota Perai, dia masih seorang pemuda bau kencur, tetapi sekarang tingginya sudah 180 sentimeter.Tubuhnya tegap, kulitnya kecokelatan, aura maskulinnya terpancar darinya.Dia yang baru saja menikah dan akan segera menjadi ayah, sudah menjadi pria dew

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 967

    "Ya, itu sepenuhnya demi kebaikan kalian sendiri. Tidakkah kalian lihat para pemuda di Resimen Pertama? Mereka semua begitu lembut dan halus. Jika mereka benar-benar bertemu Pasukan Surgajelita, mereka mungkin akan mengompol.""Benar sekali. Nanti seluruh tempat pasti akan dipenuhi bau pesing."Para komandan resimen lain tertawa terbahak-bahak."Apa maksudmu mengompol? Tidak ada satu pun pengecut di Resimen Pertama!" Mossen mengepalkan tinjunya."Memang bukan pengecut, hanya ....""Cukup!" teriak Arjuna. "Perang sudah di depan mata masih bercanda.""..." Suasana tiba-tiba hening.Arjuna melihat sekeliling. "Semua resimen telah dikerahkan ....""Yang Mulia ...."Suara samar terdengar dari pojok.Semua orang menoleh ke arah suara itu.Itu adalah Dimas, Komandan Kota Sudarana."Yang Mulia, Anda belum mengerahkan garnisun Kota Sudarana.""Oh!" Arjuna buru-buru mengangkat tangannya, meminta maaf. "Maaf, aku hampir melewatkan kalian.""Komandan Kota Sudarana!" teriak Arjuna dengan nada mende

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status