Share

Bab 14

Author: Rana Semitha
last update Last Updated: 2025-01-07 16:07:33

Bab 14

Di Batalyon kota Xian, kondisi masih seperti biasa, banyak tentara yang berlatih dan juga berpatroli secara bergantian. Tidak ada yang berubah dari tempat itu, hanya saja paviliun khusus yang biasanya begitu sunyi kini sedikit lebih ramai dari biasanya. Beberapa penjaga terbaik dipilih untuk menjaga paviliun tersebut karena sosok luar biasa yang sedang mendiami tempat itu.

Di salah satu ruangan paviliun utama, Anglo di sudut ruangan menyebarkan hawa hangat ke seluruh ruangan. Qin Guan duduk menyandar di atas tempat tidurnya. Tampak perban tebal yang melilit dada pemuda itu. bercak darah merembes keluar dari perban tersebut. Wajahnya masih pucat, tetapi ekspresinya sudah jauh lebih baik.

Tabib Li memasuki ruangan dengan membawa mangkuk obat yang masih mengepul.

Mei Ling yang sedang duduk di samping Qin Guan segera menghampiri Tabib Li.

“Tabib Li.” Gadis itu melirik ke arah wadah di tangan sang tabib. Aroma herbal yang kuat tercium dari cairan tersebut. “Apa itu obatnya?” tanya M
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Sang Naga Bumi   Bab 45

    Bab 45 Li Jinpeng mengangguk. “Sementara ini, ya. Putra Mahkota ingin pasukan kecil, gesit, dan mudah diatur. Selain itu, terlalu banyak pasukan justru bisa memancing curiga atau dianggap sebagai intimidasi militer oleh para pejabat lokal.”Qin Guan mengetuk-ngetuk permukaan meja dengan dua jarinya, perlahan. “Dan bagaimana dengan sisa kekuatan penjagaan di ibu kota?”“Kami tetap menempatkan pasukan cadangan. Tapi yang paling penting adalah memastikan keberhasilan misi ini.” Li Jinpeng menatap Qin Guan serius. “Itu sebabnya kami menempatkanmu di sisi Putra Mahkota.”Qin Guan diam sejenak, lalu mengangguk pelan. “Baik. Kalau begitu, aku akan mulai menghubungi mereka besok pagi.”Li Jinpeng menggulung kembali kertas itu, lalu tersenyum tipis. “Aku tahu aku mempercayakan tugas ini pada orang yang tepat.”Wang Lingling yang sejak tadi duduk diam, hanya mendesah kecil dan berkata dingin, “Orang yang tepat? Orang ini bahkan belum sembuh total. Dan besok pagi sudah mau berangkat berkuda.”

  • Sang Naga Bumi   Bab 44

    Bab 44 Li Jinpeng baru saja duduk ketika suara kursi berderit terdengar dari sisi lain. Qin Guan menurunkan tubuhnya perlahan ke atas kursi berlapis beludru, namun tak bisa menahan desahan tertahan dari mulutnya, sebuah erangan kecil yang lolos saat punggungnya menyentuh sandaran.Li Jinpeng langsung melirik tajam. “Lukamu belum sembuh betul rupanya.”Qin Guan menarik napas panjang, mencoba menahan rasa berdenyut yang menusuk dari bawah tulang rusuknya. “Hanya sedikit terbuka karena terlalu lama berdiri di istana. Namun, ini bukan masalah besar."Li Jinpeng menghela napas, ekspresinya mencampur antara prihatin dan kagum. “Kau memang keras kepala sejak dulu. Kalau orang lain, mereka pasti sudah minta izin beristirahat dan menyerahkan tugasnya pada orang lain. Tapi kau justru mendampingi Putra Mahkota, minum bersamanya, lalu pulang dengan luka yang kembali terbuka.”Qin Guan tersenyum samar. “Terkadang, musuh bukan hanya yang membawa pedang. Diam di sisi Putra Mahkota pun bisa terasa

  • Sang Naga Bumi   Bab 43

    Qin Guan mengatur napas, lalu membuka mata perlahan. Rasa perih di pinggang kini tak tertahankan, seolah luka itu kembali terbuka lebar. Pandangannya menyapu sekeliling ruangan, lalu jatuh pada Wang Tian Xin yang sedang berdiskusi singkat dengan tabib di dekat meja obat.Suara Qin Guan terdengar pelan, namun cukup jelas.“Kenapa... lukanya kembali berdarah?”Wang Tian Xin menghampirinya, lalu duduk di sisi ranjang menggantikan Wang Lingling yang masih berdiri memunggungi mereka. Ia memandang perban yang kini dibuka sebagian, lalu melirik noda merah yang merembes keluar dari lapisan dalam."Seharusnya aku yang bertanya padamu." Wang Tian Xin mengembuskan napas pelan. “Lukamu belum sepenuhnya pulih, tapi kau paksakan diri untuk menghadiri rapat istana, lalu minum arak, semua itu hanya memperparah kondisi tubuhmu. Dan kalau aku tidak salah lihat...” Wang Tian Xin menyentuh bagian luka dengan sangat hati-hati, “...beberapa jahitanmu terlepas. Mungkin karena terlalu banyak bergerak atau..

  • Sang Naga Bumi   Bab 42

    Bab 42 Angin berhembus pelan namun menusuk, membawa hawa dingin yang menyelinap di balik jubah.Qin Guan melangkah keluar dari aula kediaman Putra Mahkota dengan langkah tenang. Namun begitu mencapai pelataran tempat kereta kuda menunggu, tubuhnya seketika oleng.Penglihatannya bergetar, dan dunia terasa berputar sesaat. Rasa nyeri yang samar di pinggangnya, perlahan tapi pasti rasa sakit tersebut semakin intens. Kakinya terhuyung.“Tuan Muda!” seru Lu Tao, yang sudah berdiri menunggu di samping kereta. Ia segera melompat maju dan menangkap tubuh tuannya sebelum jatuh sepenuhnya.Qin Guan menahan napas, berusaha mengatur ulang keseimbangannya. Tangan kirinya mencengkeram lengan Lu Tao erat.“Tak apa,” katanya pelan, namun keringat dingin mulai membasahi pelipis. “Pinggangku sedikit sakit … terlalu lama duduk.”Lu Tao memandangi wajah pucat tuannya dengan khawatir. “Tuan harus beristirahat. Ini tidak bisa diabaikan.”Qin Guan mengangguk lemah, lalu dengan bantuan Lu Tao, ia naik ke d

  • Sang Naga Bumi   Bab 41

    Bab 41Setelah upacara penghargaan dan pembahasan urusan kenegaraan selesai, Kaisar Yin meninggalkan Aula Perunggu diiringi para kasim dan pengawal istana. Suara lonceng kecil dari pintu utama menandakan bahwa pertemuan resmi hari itu telah berakhir.Para pejabat mulai bergerak meninggalkan barisan masing-masing, beberapa di antaranya segera menghampiri Qin Guan yang masih berdiri dengan tenang di dekat pilar utama. Satu per satu mereka memberi salam hormat, sebagian dengan tulus, sebagian lainnya dengan senyum penuh perhitungan.“Jenderal Qin, selamat atas anugerah dari Yang Mulia. Pangkat baru dan tanah di Lembah Hua, sungguh pantas untuk keberanian Anda.”“Kami semua mendengar keteguhanmu di medan perang. Kini nama keluarga Qin bersinar kembali.”“Jika Anda ada waktu, malam ini kami akan berkumpul di kediaman Menteri Liu. Sedikit jamuan ringan, bukan acara resmi. Apa Jendral Qin berkenan minum teh bersama kami?" Qin Guan membalas setiap sapaan dengan anggukan sopan dan senyum yang

  • Sang Naga Bumi   Bab 40

    Bab 40“Dengan ini Kaisar menganugerahi ....”Kasim utama membuka gulungan di tangannya dengan gerakan perlahan namun anggun, suaranya lantang dan jelas:“Gelar kehormatan Jenderal Pemberani kepada Qin Guan, sebagai pengakuan atas keberanian dan pengorbanannya dalam pertempuran di perbatasan utara.”Terdengar bisik-bisik kecil dari para menteri. Gelar itu bukan sembarangan. Jenderal Pemberani hanya diberikan kepada panglima perang yang berjasa besar dan menunjukkan keberanian luar biasa di medan tempur.Kasim itu melanjutkan. “Selain itu, Yang Mulia Kaisar juga menganugerahkan sebidang tanah di Lembah Hua, seratus peti emas, tiga puluh gulung kain sutra dari istana, serta satu pedang warisan dari gudang senjata kerajaan.”Mata beberapa pejabat melebar. Sebidang tanah kerajaan dan pedang warisan adalah hadiah yang sangat prestisius. Itu bukan hanya simbol kekayaan, tapi juga kepercayaan penuh dari Kaisar.Kaisar Yin akhirnya bersuara sendiri, nada suaranya dalam dan tegas.“Qin Guan,

  • Sang Naga Bumi   Bab 39

    Bab 39Pagi harinya, sinar matahari yang pucat menembus tirai tipis kamar Qin Guan. Udara masih dingin, sisa-sisa salju semalam belum sepenuhnya mencair. Namun, suasana di kediaman Qin sudah mulai bergerak.Di dalam kamar utama, para pelayan bekerja dalam diam dan cekatan. Qin Guan berdiri di depan cermin tembaga tinggi, tubuhnya tegap meski luka di pinggangnya masih membekas nyeri.Hari ini, dia mengenakan jubah kebesarannya, sehelai jubah panjang berwarna putih gading dengan corak hitam dan merah di bagian dada serta lengan, simbol keluarga Qin yang anggun sekaligus kuat. Kainnya tebal namun ringan, berayun lembut setiap kali dia bergerak.Rambut panjangnya digelung ke atas dan diikat dengan tusuk konde perak, ditata rapi tanpa cela. Tak ada satu helai pun yang tampak keluar dari tempatnya. Wajahnya tenang, matanya jernih namun tajam, seolah tak ada yang bisa mengusik keteguhannya.Lu Tao berdiri di belakang, memeriksa pedang upacara yang akan dibawa serta. Ia menatap punggung tuann

  • Sang Naga Bumi   Bab 38

    Bab 38"Tuan Muda, Anda baik-baik saja?" tanya Lu Tao dari luar kereta, suaranya mengandung kekhawatiran.Qin Guan membuka matanya perlahan, belum sempat menjawab.Sret!Suara tajam mengoyak udara.Dukk!Sebuah anak panah menembus dinding kayu kereta dan menancap hanya sejengkal dari kepala Qin Guan. Ujungnya masih bergetar, meninggalkan suara dengung rendah yang mengerikan.Refleks, Qin Guan miringkan tubuhnya, menahan desakan rasa sakit di pinggang. Sorot matanya langsung berubah tajam.“Berhenti!” serunya.Kereta melambat dan berhenti mendadak di tengah jalan bersalju. Lu Tao segera melompat turun dan membuka pintu kereta dengan ekspresi panik.“Serangan panah! Dari mana datangnya?!” teriaknya, tangan sudah menggenggam gagang pedangnya.Qin Guan meraih anak panah yang masih menancap, menariknya perlahan. Ujung panah itu tajam, ringan, dan tak biasa. Bulu ekornya berwarna hitam kebiruan. Ini adalah ciri khas kelompok pembunuh dari selatan, kelompok bayangan yang sering disewa untuk

  • Sang Naga Bumi   Bab 37

    Bab 37Qin Guan membuka ikatan jubah hitamnya perlahan, menarik kain itu dari tubuhnya hingga terbuka sebagian, memperlihatkan bagian pinggangnya yang dibalut perban. Darah masih tampak membasahi perban tersebut, meninggalkan noda merah gelap yang menyebar perlahan.Pangeran Agung Yin Rui menatap luka itu tanpa berkata-kata. Ekspresinya berubah suram. Sorot matanya yang tadinya penuh kehangatan kini dipenuhi penyesalan dan kekhawatiran. Dia menggeleng pelan."Aku tidak seharusnya memanggilmu datang dalam keadaan seperti ini." Qin Guan menegakkan tubuhnya kembali, meski jelas terlihat bahwa duduk pun terasa menyakitkan baginya. Dia menatap Pangeran Agung dengan hormat, suaranya tenang namun tulus.“Tidak apa-apa, Paman. Luka ini tetap ada, apakah aku diam di rumah atau datang ke tempat Paman. Dan justru aku lebih tenang karena bisa bertemu langsung dengan Anda.”Pangeran Agung terdiam sejenak, napasnya terdengar berat. “Kau masih muda, tapi kau selalu bisa membuat orang tua ini merasa

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status