Home / Urban / Sang PENEMBUS Batas / Bab 028. TERKEJUT - MARAH - FRUSTASI

Share

Bab 028. TERKEJUT - MARAH - FRUSTASI

Author: BayS
last update Last Updated: 2025-02-07 22:11:35
Slaph..!

Sosok Elang pun kembali lenyap dari hadapan Wahyu. Membawa serta rasa kagum dan terimakasih di hati pak Wahyu.

***

Dessy membelokkan mobilnya masuk ke pelataran parkir di Hotel Aston.

Dia berniat kembali bertemu dengan Aldy, yang memang sejak dua malam ini menyewa sebuah kamar suite di hotel itu.

Dessy hanya bisa menemani Aldy di kamar itu hingga jam 9 malam. Karena tentunya dia tak mau immagenya rusak, dan dicurigai oleh papanya telah berhubungan terlalu jauh dengan Aldi.

Usai memarkir mobilnya, Dessy bergegas memasuki hotel dan menuju koridor lift berada.

Dan benar saja, Aldi telah menunggunya di depan lift. Mereka segera naik ke dalam lift, dan memencet tombol lantai 3.

Seolah tak sabar, Aldi meremas gemas bokong padat Dessy di dalam lift, yang kebetulan hanya terisi oleh mereka berdua.

“Sabar dong Mas Aldi sayang,” desah Dessy manja.

“Kamu cantik sekali pagi ini Dessy sayang,” ucap Aldi, dengan jakun turun naik.

Klingg..!

Mereka sudah sampai di lanta
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 029. DUA PENGINTAI TEPAR

    Brrmm..! Ngoennggg ..!Motor yang dikendarai Rohim agak meloncat, saat Rohim langsung tancap gas setelah menstarter motornya. Namun belum ada 10 meter mereka melaju, Takh..! Glotak.. Glotakk.! ... Glotakk !!! Motor berjalan tidak stabil, Rohim dan Barto sontak panik dan kaget bukan kepalang. Karena motor mereka bagai melaju di jalan setapak berbatu. Pantat Barto yang agak tambun itu terlihat turun naik dan meliuk lucu. Bagaikan penari hula-hula.!Citt..!! Gubrakkhh !! Rohim sigap menarik dalam-dalam rem motornya. Hal yang berakhir dengan jatuhnya motor dan pantat mereka berdua, di aspal jalan. "Aarghks..!!" seru keras kesakitan Barto dan Rohim bersamaan. Wajah mereka meringis jelek sekali. Beruntunglah tak ada kendaraan yang melaju kencang di belakang mereka.“Hahahaaa..!! Habis mereka kau kerjai Elang,” Pak Rustam tak mampu menahan tawanya, saat melihat kejadian unik itu. Elang cuma tertawa kecil saja. Tetapi diam-diam dia menerapkan aji 'Wisik Sukma’nya, sambil matanya menat

    Last Updated : 2025-02-08
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 030. RICUH DI LIFT

    "Nggak papa kok Mas. Aku sudah melupakannya,” ucap Frisca berbohong. Ya, tentu saja tidak semudah itu melupakan pengkhianatan seorang kekasih, yang sudah hampir 2 tahun bersamanya. “Mas Elang. Bisakah Frisca minta tolong mas Elang, untuk menemani Frisca jalan-jalan ke supermarket dekat sini sebentar..? Frisca bete di kamar terus mas,” ujar Frisca.“Baiklah Mbak, tapi sebentar saja ya. Soalnya kita masih harus menunggu kabar dari Ayahmu,” sahut Elang. “Wah, ada Elang rupanya. Kenapa nggak masuk saja Elang?" ucap bu Ratna, yang baru menyadari kedatangan Elang. Karena saking asiknya dia menonton TV. “Terimakasih Bu, saya hanya berjaga-jaga saja disini, sambil menunggu pak Wahyu kembali,” sahut Elang. “Ayo Mas, kita berangkat,” ajak Frisca yang sudah rapih, usai berganti pakaian di kamar mandi. “O iya Bu, Frisca mau jalan-jalan sebentar ke supermarket sebelah. Ditemani Mas Elang Bu” pamit Frisca pada ibunya. “Ok, jangan lama-lama ya. Sebentar lagi mungkin ayahmu pulang Frisca,” uca

    Last Updated : 2025-02-08
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 031. SEPUH DI BELAKANG BERNARD

    "A-apa..?! Dipelet maksud Mas Elang..?!” seru tertahan Frisca, karena menyadari mereka berada di tempat publik. “Benar Frisca. Dan orang yang memelet Aldi, adalah dukun yang sama dengan yang mengirimkan santet Jala Neraka ke rumahmu,” ucap Elang. “Lalu apa hubungannya dengan wanita mrahan itu Mas Elang..?” tanya Frisca agak bingung. “Kemungkinan besar, wanita itu ada hubungannya dengan orang yang menyuruh dukun itu Frisca,” tebak Elang. “Dan jika benar Pak Hendi di belakang semua ini. Maka wanita itu pasti ada hubungannya dengan Pak Hendi. Benarkah begitu Mas..?” ucap Frisca. “Benar sekali Frisca,” sahut Elang. “Tapi aku tetap tak mau kembali pada Aldi..! Walau pun dia dalam keadaan tak sadar, saat bersama wanita murahan itu Mas Elang,” ucap Frisca keukeuh, terlihat wajahnya menjadi geram dan marah saat menyebut kedua orang itu. “Saat ini. Dukun itu pasti sudah menyadari, jika peletnya telah kumusnahkan dari tubuh Aldi. Dia pasti akan segera mendeteksi keberadaanku,” ucap Elan

    Last Updated : 2025-02-08
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 032. SIASAT JITU BERNARD

    “Saya menduga kejadian ini semua, ada hubungannya dengan Pak Hendi, Pak Bernard. Adapun soal wanita lain yang dekat dengan Aldi, saya masih belum melihat hubungannya dengan masalah saya Pak Bernard. Sepertinya hal itu disengaja dilakukan, untuk merenggangkan hubungan kita Pak Bernard,” ucap Wahyu, mengemukakan dugaannya. Pak Bernard terdiam, logikanya berusaha menganalisa rangkaian kejadian yang akhir-akhir ini juga membingungkannya. Putranya Aldi memang jadi sering keluar malam pulang pagi, atau sebaliknya keluar pagi pulang malam belakangan ini. Dan dia juga sempat berkenalan dengan wanita itu. Saat wanita itu menjemput Aldi suatu pagi, dan dia berada di teras rumah. Namanya ‘Desi’ kalau dia tak salah ingat. Dan Bernard sendiri, yang memanggilkan Aldi saat itu. “Ahh. ! Video itu Pak Bernard..! Siapakah orang yang mengirimkan video saat kejadian Aldi itu Pak Bernard..?” tanya Wahyu, yang selalu penasaran dan bertanya-tanya tentang pengirim video itu. “Ahh, benar Pak Wahyu. Co

    Last Updated : 2025-02-08
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 033. INTEROGASI DAN INTIMIDASI

    “Mas Elang. Masuk saja ke dalam yuk. Ayah menunggu Mas Elang, untuk makan bersama,” ajak Frisca. Sejujurnya mereka berdua memang belum terlalu lapar. Karena mereka telah makan beberapa kue donat tadi di cafe. Namun Elang merasa tak enak, jika menolak ajakan dari pak Wahyu. Maka ia pun beranjak masuk ke dalam kamar. Tampak Ratna juga baru terbangun dari tidur siangnya, “Ehh, Ayah sudah pulang tho,” ucap istrinya. “Iya bu, kita makan bersama dulu yuk Bu,” ajak suaminya. “Hayuk Yah, kebetulan ibu sudah lapar,” sahut istrinya. “Ayo Elang, sini kita makan bareng,” ajak pak Wahyu, sambil menepuk karpet lantai di sebelahnya. “Iya Elang sini, jangan sungkan,” ucap bu Ratna. “Iya Pak, Bu, makasih,” ucap Elang sambil duduk di sebelah pak Wahyu. Siang itu mereka makan paket ayam crispy bersama. Suasana terasa hangat di sela obrolan santai mereka. Seolah masalah berat yang menghimpit mereka tak dirasakan saat itu. Usai makan Wahyu mengajak Elang berbicara di balkon kamar, “Elang, ber

    Last Updated : 2025-02-09
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 034. MURKA KI PRAGOLA

    “Amm..punn Pak Wahyu..! Saya akan bicara..! S-saya bicara..!!” ucap Rohim cepat, gugup, dan ketakutan. Keringat dingin sudah membasahi wajahnya. “Saya disuruh Pak Hendi untuk menghadang dan menghabisi Pak Wahyu..! Saya hanya orang suruhan Pak..! Ampuni kami Pak Wahyu..! Ampuunn..!” ucap Rohim memelas, seraya mengakui niat perbuatannya. Sementara tampak genangan air di lantai posko. Rupanya Barto terkencing di celana, saat melihat adegan menegangkan di depan matanya. 'To..Barto..! Orang yang mau di gunting, malah dia yang ngompol..! Hihihi..! Badan doang gede, nyali capung..!' bathin Rustam geli. “Sejak kapan kalian mengintai rumahku..?!” tanya pak wahyu. “Sudah beberapa hari ini Pak Wahyu,” sahut Rohim cepat. Setelah mendapat info hingga terang benderang. Sandi ponsel mereka berdua pun, tak lewat dari pertanyaan pak Wahyu. Bahkan Rohim mengaku tahu, kalau tuannya Hendi menggunakan jasa paranormal dari Sukabumi, bernama Ki Pragola. Kesemua pengakuan Rohim dan Barto terekam jela

    Last Updated : 2025-02-09
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 035. JATI DIRI DAN PERSAHABATAN

    Sraath..! Sosok Elang melesat cepat mengelilingi rumah pak Wahyu, dengan kecepatan yang sukar di ikuti oleh mata telanjang. Pak Wahyu dan lainnya yang berada dekat Elang, mereka hanya melihat tubuh Elang tiba-tiba lenyap. Taph..! Lalu dalam sekejapan saja, Elang sudah terlihat kembali di tempatnya. “Selesai. Kini rumah Pak Wahyu sudah aman, dari serangan mistis sekuat apapun,” ucap Elang. “Terimakasih Elang. Tanpa bantuanmu, kami pasti tak berdaya apa pun melawan kiriman orang jahat itu,” ucap pak Wahyu. “Sudahlah Pak Wahyu, saya hanya perantau yang kebetulan lewat, dan punya sedikit kemampuan untuk membantu,” ucap Elang sopan. Tinn..! Tinn..! Brrmm..! Blazer milik pak Bernard tiba di depan pintu gerbang rumah pak Wahyu, dan memberi tanda dengqn klaksonnya.“Pak Rustam, tolong bukakan pintu gerbangnya,” perintah pak Wahyu pada securitynya itu. Bergegas pak Rustam membukakan pintu gerbang, Blazer pak Bernard pun melaju masuk ke halaman rumah Wahyu. Klek.!Bernard turun dari

    Last Updated : 2025-02-09
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 036. LEBURNYA TRISULA NERAKA

    "Elang. Mulai saat ini, anggaplah aku adalah ayahmu Elang,” bisik pak Bernard serak, ‘Sukanta sobatku, putramu sudah kutemukan. Dia adalah putra yang gagah Sukanta. Tenanglah kau di sisi-Nya bersama Wulandari di sana’, bathin pak Bernard dengan tulus. “Ehem. Maaf, ada apa ya Pak Bernard, Elang..?” terdengar suara Wahyu, yang baru saja kembali dan merasa heran. Karena melihat Bernard dan Elang saling berangkulan. “Ohh, tak ada apa-apa Pak Wahyu. Saya hanya berterimakasih atas bantuan Elang, untuk putra saya,” sahut pak Bernard. Ya, Bernard merasa tak berhak membuka rahasia hidup Elang. 'Biarlah Elang yang bercerita sendiri, jika memang dirasa itu perlu', pikirnya. “Ohh. Kalau begitu mari kita makan malam dulu Pak Bernard, Elang. Saya membeli beberapa porsi sop iga sapi dan bakwan jagung, di warung makan depan hotel,” ucap pak Wahyu, sambil beranjak ke dapur rumah. Wahyu berinisiatif menyiapkan peralatan makan mereka malam ini. Akhirnya mereka pun makan malam bersama dengan nikm

    Last Updated : 2025-02-10

Latest chapter

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 345.

    "Ahh..!" terdengar seruan Nalika, yang sejak tadi memejamkan kedua matanya. Dia memang sangat terkejut dan jerih, melihat betapa cepatnya lesatan Elang membawa tubuhnya. Suatu kecepatan yang baginya tak mungkin, dimiliki oleh seorang manusia. Dan Elang memang sengaja membawa Nalika, ke tempat sunyi ini lebih dulu. Untuk memberikan sedikit peringatan pada Nalika. Agar tiada lagi 'keinginan' berkhianat di hatinya, terhadap kerajaan. "Nalika..! Inilah yang akan terjadi pada tubuhmu, jika kau berani berkhianat. Kau lihatlah bukit batu di kejauhan itu," seru Elang, seraya menunjuk sebuah bukit batu. Bukit batu itu terletak sekitar ratusan langkah, dari posisi mereka berada. Seth! Daambh..! Elang acungkan genggaman tangan kanannya ke atas, lalu hantamkan kaki kanannya deras ke bumi. Grghks..! Grrghkkh..!! Bumi di sekitar area itu pun berguncang dahsyat bak dilanda gempa. Gemuruhnya bagai puluhan ekor gajah, yang berlarian menabrak pepohonan. "Jagad Dewa Bhatara..!" Seth..! Nalika

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 344.

    "Nalika..! Kau sudah dengar apa yang dikatakan Elang. Apakah kau masih hendak berkhianat atau tidak, itu terserah kau..! Namun jangan salahkan pihak kerajaan. Jika sampai seluruh keluargamu kami babat habis..! Kau mengerti..?!" seru sang Prabu, memberikan peringatan keras pada Nalika. "Ba-baik Paduka Prabu! Hamba mengerti," sahut Nalika, terbata penuh rasa gentar. "Pengawal..! Lepaskan ikatannya.!" perintah sang Raja, pada kedua pengawal yang berdiri di belakang Nalika. "Baiklah Paduka Raja. Hamba mohon diri dulu bersama Nalika. Agar kami tak terlalu malam sampai di hutan Kandangmayit," Elang pun pamit undur diri, dari hadapan Raja Samaradewa. "Baiklah Elang. Pergilah dengan restu dariku," ucap sang Prabu. Taph..! Slaphh. ! Elang langsung menyambar tubuh Nalika, lalu mereka pun langsung lenyap seketika, dari ruang dalem istana. Bagai tak pernah ada di ruangan itu. 'Luar biasa..! Siapa sebenarnya pemuda bernama Elang itu..? Baru kali ini aku mendengar dan melihatnya. Ternyata

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 343.

    "A-ampun Gusti Prabu. Hanya hamba yang berkhianat dalam hal ini. Istri dan putra hamba bahkan telah mengingatkan hamba. Namun hambalah yang berkeras kepala. Panglima Api juga mengancam dan menekan hamba Gusti Prabu. Hingga akhirnya hamba tak bisa menolak, untuk berkhianat terhadap kerajaan," sahut Nalika tergagap, dengan tubuh gemetar gentar bukan main. Namun rupanya dia masih ingat, untuk meminta ampunan bagi anak dan istrinya. "Nalika..! Aku bertanya apa rencana Panglima Api pada kerajaan ini..?! Bukan soal alasanmu berkhianat! Cepat katakan, Nalika..!!" seruan sang Raja Samaradewa memgguntur, di dalam ruangan dalem istana tersebut. Hal itu membuat siapapun yang berada di dalam ruangan tergetar ngeri. Karena sang Prabu, tak sengaja telah mengeluarkan aji 'Sabdo Guntur'nya. Sebuah ajian yang memang rata-rata dimiliki oleh seorang Raja, atau pun pemimpin tertinggi. Ajian yang diperoleh dengan laku bathin yang cukup sulit. "Ba-baik Gusti Prabu. Panglima Api beserta pasukkannya a

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 342.

    "Mohon maaf, Paduka Raja. Menurut hamba adalah hal yang aneh, jika seorang Adipati tidak mengetahui persis kejadian ini. Bukankah letak istana kadipaten dan istana kademangan tidaklah terlalu jauh. Wedana Suralaga telah mengatakan pada hamba. Bahwa dia dan keluarganya kini, berada dalam tekanan pasukkan pemberontak Panglima Api itu. Namun dia tetap bersetia pada kerajaan Dhaka. Yang jadi pertanyaan hamba adalah, bagaimana seorang Adipati tidak tahu soal kejadian ini..?!" ujar Elang, seraya menyerukan keheranannya. Dan pancingan Elang pun mengenai sasarannya. "Ampun Paduka Raja. Hei..! Pengawal Gusti Putri..! Apakah kau mencurigai aku berkhianat pada kerajaan..?! Apakah kau bisa mempertanggungjawabkan tuduhanmu itu, jika tak ada bukti..?!" Nalika menghormat terlebih dulu pada sang Raja. Lalu dia berdiri berseru seolah menantang pada Elang, seraya menuding Elang dengan telunjuknya. Emosi Nalika langsung naik ke ubun-ubun, mendengar tuduhan Elang. Yang sesungguhnya memang benar ad

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 341.

    "Ahh! Silahkan Gusti Putri Ratih, Tuan Muda silahkan masuk ke dalam. Baginda ada di astana istana dalem. Mari ikuti hamba," sahut sang kepala pengawal hormat. Ya, dia segera mengenali Gusti Putrinya itu. Karena dia memang pernah berkunjung bersama rombongan Rajanya, ke istana kerajaan Kalpataru. Sampailah mereka di depan sebuah ruang megah dalam istana. Pintu masuk ruang itu tidak memiliki daun pintu. Namun dua orang prajurit istana berjaga di depan pintu itu. Kedua prajurit jaga itu memegang tombak serta perisai di tangannya, mereka mengangguk hormat saat kepala pengawal istana datang. Kepala pengawal langsung mengajak Elang dan Ratih ikut masuk bersamanya, ke dalam ruang istana dalem keraton tersebut. Sebelumnya sang Kepala Pengawal sempat menanyakan lebih dulu nama Elang. "Salam Paduka Yang Mulia. Dua utusan dari kerajaan Kalpataru, Gusti Putri Ratih Kencana datang bersama pengawalnya Elang Prayoga," ucap sang kepala pengawal, setelah dia berlutut seraya memberi hormat pada Ra

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 340.

    Elang pun menerapkan aji 'Perisai Sukma' pada tangannya. Cahaya hijau terang seketika menyelimuti telapak tangannya. Dia hendak menyediakan tangannya itu, untuk menjadi 'sasaran' hantaman. Dari dua hantaman jarak jauh Tantri, dan si pemuda baju putih itu. Sekaligus melerai pertarungan adu energi tersebut. "Maaf, tulangnya berbahaya jika melayang begini, bisa melukai orang lewat," ucap Elang tenang, seraya menggenggam potongan tulang kambing yang agak runcing tersebut. Taph! Brashk..! Blasth..! Dua energi pukulan jarak jauh menghantam tangan Elang. Gelombang dua energi itu pun pecah disekitar tangan Elang itu. Namun tentu saja hal itu tak berpengaruh terhadap tangan Elang, yang sudah terlambari aji 'Perisai Sukma'nya. Sraghk..!! Sosok Tantri dan si pemuda baju putih sama tersentak ke belakang. Namun mereka berdua seolah lepas, dari tindihan energi yang sejak tadi saling mendorong itu. "Ahh..!" sentak kaget Tantri dan si pemuda bersamaan. Mata mereka berdua terbelalak, menatap

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 339.

    "Ahhh! Awas!!" seketika para pengunjung rumah makan itu panik ketakutan. Mereka lalu bubar tunggang langgang, meningalkan meja makan mereka begitu saja. Tentu saja pemilik warung dan para pelayannya, tak bisa mencegah dan menyalahkan mereka. Kendati hampir semua pengunjungnya belum membayar, makanan yang mereka pesan. Mereka hanya bisa menatap bingung, panik, dan ketakutan. Lalu akhirnya mereka pun ikut bergegas keluar, dari rumah makan mereka. Kini yang tinggal di rumah makan itu adalah Bopak dan tiga kawannya, Tantri dan Baraga, Elang dan Ratih, serta dua orang pemuda gagah berpakaian putih itu. "Majulah jika kalian berempat ingin mati cepat..!" sentak Tantri, seraya mengalirkan 'power' tenaga dalamnya pada kedua tangannya. Jurus pukulan 'Mentari Membakar Awan' segera disiapkannya. "Paman Baraga..! Kau mundurlah..!" seru Tantri, menyuruh Baraga yang telah bersiaga untuk mundur. Maka tak ada pilihan lagi, Baraga segera mundur ke belakang, menuruti suruhan tuan putrinya itu. "

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 338.

    "Keparat memang pemuda yang bersama gadis cantik itu..! Andai dia tak datang dan ikut campur..!Pasti kita bisa bersenang-senang dengan gadis denok itu sekarang. Mumpung Tuan kita belum kembali dari Galuga..!" seru salah seorang dari mereka. "Hei, Bopak..! Kaupikir jika gadis itu berhasil kita tawan, kau akan dapat kesempatan mencicipi gadis itu..?! Mimpi kau..! Yang pasti, 'Tiga Kalajengking Merah' yang akan mendapatkan kesempatan itu. Paling-paling kau cuma kebagian mendengar desah nafas mereka saja, dan disuruh berjaga di depan kamar..! Hahahaa..!!" sentak seorang kawannya, seraya terbahak mengejek. "Hahahaa..!! Jangan mimpi Bopak..!" ejekkan itu diikuti pula oleh gelak mengejek, dari dua rekannya yang lain. Elang melihat kedua tangan Ratih yang mengencang. Sepasang mata Ratih juga memicing marah, menatap ke arah 4 orang berbaju hitam tersebut. Elang sangat memaklumi jika Ratih menjadi naik darah, mendengar pembicaraan empat orang itu. Karena gadis yang sedang jadi pembicaraa

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 337.

    "Tidak Ratih, malam ini aku akan mentransfer sebagian hawa murniku padamu. Dan sepertinya, esok hari kau sudah pulih total dari penyakit dalammu," sahut Elang tersenyum. 'Benarkah Mas Elang..? Maafkan Ratih telah merepotkan Mas Elang selama ini ya," ujar Ratih, dengan hati penuh rasa terimakasih. Telah dua kali Ratih berhutang nyawa pada Elang, hanya dalam kurun waktu dua hari saja. 'Tanpamu aku pasti sudah menjadi mayat saat ini Mas Elang', bathin Ratih. Keesokkan harinya seperti yang sudah diperkirakan oleh Elang, kondisi Ratih sepertinya sudan pulih seperti sediakala. Karena pada malam harinya, Elang memang telah mengalirkan hawa murni ke dalam diri Ratih. Untuk mempercepat pemulihannya. "Terimakasih Mas Elang, Ratih merasa sudah benar-benar pulih hari ini," ucap Ratih riang. Dia benar-benar takjub, merasakan kondisi tubuhnya yang telah kembali bugar itu. "Syukurlah Ratih. Untuk selanjutnya, sebaiknya kau menyamar dan berpakaian sebagai seorang pria saja. Agar perjalanan ki

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status