Share

Bab 311.

Author: BayS
last update Last Updated: 2025-04-28 11:43:15

Malam pertama di kamar pengantin Elang dan Nadya berlangsung dengan lembut, dan penuh kebahagiaan.

"Ahh, Mas Elang...lakukanlah sekarangss..Nadya sudah tak tahan sayank.." desah Nadya, terdengar lirih bergetar penuh hasrat malam itu.

Perlahan Elang mulai 'menyarungkan' kerisnya, pada 'warangka' yang sekian lama ini dicarinya,

"Akhshh..! Pelan-pelan Mas Elang.! Oughss.." rintihan kesakitan terdengar dari bibir Nadya, saat 'keris sakti' Elang mengoyak 'pagar ayunya'.

Dan akhirnya pada suatu waktu, Elang dan Nadya pun mencapai orgasmenya secara bersamaan. Dua raga saling mendekap dan mengejang hebat, serta saling menyemaikan 'benih-benih' asmara mereka.

"Ouhghs.! Mas E..langg.."

"Akshhh.! Nadya..hh..!"

Tanpa terasakan kain penutup 'cincin Naga Asmara' pun terbakar lenyap dengan sendirinya.

Kini cincin Naga Asmara melingkar bebas di jari manis Elang. Memancarkan cahaya biru dan merah nan gemerlap indah menyala.

Elang yang baru saja selesai menikmati sisa-sisa klimaksnya, menjadi
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
surian sh rian sh
Mana lanjut an ny
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 427.

    Sraangkh..! Panglima Es segara menarik 'Pedang Inti Es', yang dililitkan dipinggangnya. Seketika hawa dingin menusuk pun menebar, di sekitar kalangan pertarungan. Pedang yang terbuat dari besi khusus tipis, yang lentur namun memiliki ketajaman luar biasa telah terhunus. Resi Mahapala mendapatkan bahan pedang inti es itu, dari seorang biksu Tibet yang merantau ke Bumi Jawa. Besi bahan pembuat pedang itu dikatakan oleh sang Biksu, adalah besi yang terpendam di dalam es selama ratusan tahun.Sraangk..! Crapph..! Cepat sekali Pandu menarik pedang, yang bersarung kain hitam dipunggungnya. Lalu menancapkan sarung pedang berselimut kain hitam itu di tanah. Aroma magis wangi cendana segera menebar, ke seantero kalangan pertarungan. Aura putih seketika nampak menyelimuti Pedang Cendana yang terhunus itu. Bahan Pedang Cendana itu juga bukan dari kayu cendana sembarangan. Karena bahannya adalah kayu cendana, yang di dapat dari hasil tapa sang Begawan Tantranata. 'Cendana Langit', itulah

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 426.

    "Celaka..! Ini malah akan lebih parah, dibanding Ki Somanata sebagai Ketua Persilatan. Para pendekar akan dipaksa ikut, untuk mendukung segala kebijakkan Raja mentah-mentah..!" seru seorang penonton lagi menimpali. "Hei..! Para pendekar keparat..! Dengar..! Kompetisi pemilihan Ketua Persilatan ini bersifat umum, dan semua pendekar boleh mengikuti..! Asalkan dia adalah penduduk dan rakyat di tlatah Palapa ini..! Bukankah begitu aturannya..?!" teriak lantang Panglima Es, dengan wajah murka. Dia merasa tak terima dan marah sekali, mendapat cacian dan cemoohan, dari sekalian pendekar yang hadir. "Tapi sudah semestinya pihak kerajaan tak ikut campur, dalam pemilihan Ketua Persilatan di Tlatah Palapa ini..! Karena Gurumu Resi Mahapala, adalah Guru Besar kerajaan Palapa. Kau juga secara tak langsung ikut menjadi bagian dari kerajaan..! Kau tak berhak ikut dalam pemilihan ini Panglima Es..!" seru seorang penonton tak terima. "Yang menjabat Guru Besar adalah Guruku! Bukan aku, muridnya

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 425.

    "... Akhir kata..! Saya atas nama para pendekar di tlatah Palapa. Menyatakan..! Acara pemilihan Ketua dunia persilatan di Tlatah Palapa ini telah 'DIBUKA'..!" seru sang pembicara itu. "Ayo 'Harimau Putih' kau bisa..!!" "Maju 'Tengkorak Besi'..! Kau pasti menang..!!" "Hajar lawan-lawanmu 'Ular Emas'..! Kau harus jadi ketua kali ini..!" Sorak sorai gemuruh para penonton, yang sebagian besar juga adalah pendekar itu bergema bak badai. Merobek ketenangan di lereng Wanalaga, yang biasanya sepi dan hening itu. Semua kelompok, perguruan, maupun kumpulan, menyoraki jagoannya masing-masing. Dan seperti tradisi yang sudah lazim terjadi. Kini masuklah ke tengah kalangan, Ketua Persilatan tlatah Palapa sebelumnya Ki Somanata alias si 'Kera Hitam'. Dia harus melayani tantangan dari siapapun, yang berniat menggantikannya menjadi Ketua Persilatan di Tlatah Palapa. "Huuuu ... uuu..!" banyak di antara penonton yang menyoraki dengan nada sebal dan mengejek, pada ketua bertahan itu. Ya, para pe

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 424.

    Ya, hari itu dataran Wanalaga terlihat ramai dan penuh semarak, dengan berbagai panji-panji dan umbul-umbul yang ditancapkan. Panji dan umbul itu nampak mengelilingi sebuah kalangan melingkar luas. Kalangan yang sedianya akan dijadikan arena pertarungan, bagi para calon pemimpin dunia persilatan tlatah Palapa. Tak sedikit para pedagang, yang menggelar dagangannya di sekitar dataran Wanalaga tersebut. Mulai dari pedagang pakaian, pernik, perlengkapan pendekar, hingga warung makan sementara. Semua dagangan itu banyak dijual mendadak di lokasi itu. Sungguh suasana yang meriah dan penuh gairah, bagi para pendekar saat itu. "Pemimpin dunia persilatan yang sekarang si 'Kera Hitam'. Dia lebih condong pada pemerintah kerajaan, daripada menyuarakan suara para pendekar. Mata duitan..!" seru seorang pendekar, di sebuah warung makan darurat. "Benar..! Jangan sampai dia terpilih lagi, jadi ketua dunia persilatan kali ini. Aku lebih setuju jika pendekar 'Lembah Pancawarna', yang naik jadi ketu

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 423.

    "Sama sekali tidak, Eyang..! Surapati hanya inginkan energi yang dari Eyang saja..!" sahut Surapati cepat. Dia sudah berpikir, bahwa energi yang akan diberikan oleh Eyang Salsapala pastilah lebih tinggi 'kelas'nya, dibanding energi yang sudah dimilikinya. "Baik..! Olah pernafasanmu dan pusatkan perhatianmu, pada titik simpul energimu. Buka dan biarkan energi yang akan eyang alirkan masuk tanpa penolakkan! Eyang akan mengalirkannya secara bertahap! Bersiaplah!" "Baik Eyang Sepuh," sahut Surapati, dengan hati berdebar gembira. Dia pun mulai mengolah nafasnya. Setelah dirasanya cukup, lalu Surapati memusatkan pikirannya pada titik simpul pusat energinya. Braasshk. ! Tiba-tiba Surapati merasakan sesuatu menembus, dari arah belakang tubuhnya. Sebuah gelombang aliran energi deras bagai air bah, langsung mengalir ke titik pusat energinya. Bahkan Surapati merasakan, jika aliran energi itu berhasil menjebol titik-titik simpul energi, yang belum berhasil dibuka olehnya sebelumnya. Tubuh

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 422.

    "Bedebah..! Berarti sudah 200 tahun lebih, aku terbelenggu di guaku sendiri ini..! Indra Prayoga keparat! Sekarang keturunanmu yang harus membayar, dan menanggung akibatnya..!" sang Sepuh berseru keras menggetarkan gua. Hatinya serasa berkobar dipenuhi dendam kesumat, terhadap Indra Prayoga dan keturunannya. Surapati sampai mengkeret gentar, saat kembali melihat sepasang mata sang Sepuh yang berkobar-kobar. Bagaikan bola api jelaga di tengah matanya itu. "Eyang Sepuh, sesungguhnya siapakah Eyang Sepuh ini..? Dengan kesaktian Eyang Sepuh, apakah Eyang tak bisa melepaskan diri, dari belenggu itu..?" tanya Surapati hati-hati. Karena Surapati merasa, jika besi yang membelenggu sang sepuh itu hanyalah besi biasa. Mustahil sang sepuh tak bisa melepaskan diri. 'Pasti ada hal yang luar biasa dalam hal ini', bathin Surapati menyimpulkan. "Hahahaa..! Murid cerdas..! Ketahuilah..! Namaku adalah Salsapala, sang 'Rajawali Neraka'..! Besi hitam yang dipakai membelengguku ini bernama 'Beleng

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status