Beranda / Urban / Sang PENEMBUS Batas / Bab 029. DUA PENGINTAI TEPAR

Share

Bab 029. DUA PENGINTAI TEPAR

Penulis: BayS
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-08 00:05:11

Brrmm..! Ngoennggg ..!

Motor yang dikendarai Rohim agak meloncat, saat Rohim langsung tancap gas setelah menstarter motornya.

Namun belum ada 10 meter mereka melaju,

Takh..! Glotak.. Glotakk.! ... Glotakk !!!

Motor berjalan tidak stabil, Rohim dan Barto sontak panik dan kaget bukan kepalang.

Karena motor mereka bagai melaju di jalan setapak berbatu. Pantat Barto yang agak tambun itu terlihat turun naik dan meliuk lucu. Bagaikan penari hula-hula.!

Citt..!! Gubrakkhh !!

Rohim sigap menarik dalam-dalam rem motornya. Hal yang berakhir dengan jatuhnya motor dan pantat mereka berdua, di aspal jalan.

"Aarghks..!!" seru keras kesakitan Barto dan Rohim bersamaan. Wajah mereka meringis jelek sekali.

Beruntunglah tak ada kendaraan yang melaju kencang di belakang mereka.

“Hahahaaa..!! Habis mereka kau kerjai Elang,” Pak Rustam tak mampu menahan tawanya, saat melihat kejadian unik itu.

Elang cuma tertawa kecil saja. Tetapi diam-diam dia menerapkan aji 'Wisik Sukma’nya, sambil matanya menat
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 519.

    Utusan dari tlatah Saradwipa itu bernama Panglima Bagus Tuah. Dia merupakan seorang Panglima kepercayaan dari Radja Selangit Rantak, di Tlatah Saradwipa. Sang Radja telah memerintahkan Panglimanya itu. Untuk meluaskan pengaruh dari Tlatah Saradwipa, ke tlatah-tlatah yang berada di seberang lautan. Hingga akhirnya sampailah kapal jelajah, yang dipimpin oleh Panglima Bagus Tuah itu di Tlatah Palapa. Kedatangannya ke kerajaan Palapa menemui Maharaja Kumbadewa, diantarkan langsung oleh Raja Pradipa Dewa, sebagai raja wilayah Pasir Raja. Sementara dari pihak utusan Saradwipa, Panglima Bagus Tuah hanya ditemani 3 orang kepercayaannya. Dan hal yang mencengangkan terjadi, saat sang Maharaja Kumbadewa bertemu dengan Panglima Bagus Tuah. Nampak kedua kaki sang Panglima yang melayang tak menapak tanah..! Tak heran sang Panglima Bagus Tuah berani datang, dengan hanya ditemani 3 orang kepercayaannya. Rupanya dia memiliki kemampuan yang tinggi. Sengaja dia perlihatkan kemampuannya itu. Hal

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 518.

    "Baik Mas Yoga. Prasti akan pulang dulu ke Belupang, dan meminta ijin pada Ayahanda untuk kembali ke Tlatah Kalpataru. Karena walaupun Prasti keturunan darah Belupang. Namun jiwa dan raga Prasti sepenuhnya sudah menyatu dengan Tlatah Kalpataru, sejak aku kecil Mas Yoga," ucap Prasti, mengatakan tekadnya pada Elang. "Ahh, Prasti. Sepertinya hal itu akan membuat Ayahmu kembali bersedih," ucap Elang agak terkejut, dan merasa tak enak dengan niat Prasti. "Tidak Mas Yoga. Prasti mengerti jiwa Ayahanda, dia pasti akan mengijinkan Prasti kembali ke Tlatah Kalpataru. Bahkan Prasti yakin, Ayahanda tak akan mau ikut menyerang ke Tlatah Kalpataru, tanpa alasan dan tujuan yang jelas dari Maharaja Palapa," sahut Prasti yakin. "Baiklah Prasti. Namun kuharap kamu membicarakan hal ini dengan pelan dan hati-hati pada Ayahmu. Senangkan dulu hatinya selama beberapa waktu tinggal di istana Belupang, sebelum kau berangkat ke Tlatah Kalpataru. Masih banyak waktu tersisa untukmu, sebelum perang di Tl

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 517.

    "Aihh..! Mas Yoga..! Tsk, tsk..!" Prasti tersentak haru, seraya makin erat memeluk Elang. Tanpa bisa ditahannya airmata mengalir, dan isaknya pun terdengar lagi. "Dan untuk menguasai aji Sabdo Jagad itu. Eyang Paminggir mengatakan hal itu tergantung takdir, Prasti. Bisa dibutuhkan waktu sepuluh, seratus, seribu, atau bahkan aku tak akan bisa menguasainya. Hingga akhir hidupku," ujar Elang lagi pelan."Ahh.." hanya desah lirih prihatin, yang bisa keluar dari mulut Prasti. Ya, kini Prasti merasa sangat memahami, apa sebenarnya yang menjadi beban berat di hati dan pikiran, dari lelaki yang dikasihinya itu. Hati Prasti tunduk setunduk-tunduknya, mengetahui dasar pemikiran yang sangat jauh dan bijak dari Elang. 'Kau memang satu di antara pemuda sejagad ini Mas Yoga. Sungguh beruntung istrimu di sana memiliki hatimu', bathin Prasti, mengagumi Elang. *** Sementara itu di kerajaan Kalpataru. Setelah memerintahkan pencabutan semua gambar Elang dan Prasti, dan membebaskannya sebagai bur

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 516.

    "I-itu Mas Yoga. Rambut Mas Yoga mulai memutih kini," ucap Prasti lirih seraya menunduk. Dia masih merasa jengah pada Elang. Atas kejadian yang baru saja berlangsung tadi. "Benarkah Prasti?" tanya Elang heran sendiri. Ya, dirinya memang tak pernah memperhatikan rambutnya, atau berkaca di telaga saat mandi. Namun mendengar ucapan Prasti dia percaya, gadis itu tak mungkin berbohong padanya. "Ahh, biarlah Prasti. Pada waktunya rambutku juga nantinya akan memutih. Tak ada bedanya, jika kini dia memutih lebih awal," sahut Elang, seperti bicara dengan dirinya sendiri. Sama sekali tak ada rasa terkejut atau keberatan dalam suaranya. Setelah mengetahui rambutnya yang kini telah memutih. "Ahh, Mas Yoga," tak tahan, Prasti akhirnya berkata seraya memeluk tubuh Elang dari belakang. Dia merasakan nada berat dalam suara Elang kali ini, sama sekali bukan seperti suara Elang yang biasa dia dengar. Prasti merasakan Elang seperti tengah menghadapi masalah yang besar. Suatu beban berat yang te

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 515.

    Blasshp..! Seketika asap putih menggumpal menyelubungi sosok Surapati. Dan tak lama kemudian, asap putih itu pun mengabur lenyap. Maka tampaklah wajah asli Surapati, yang kini terpampang jelas di depan Prabadewa. Sepasang mata Surapati terus menatap tajam ke arah Prabadewa. "Hahh..?! Kau-kau ... Hahahaa..! Ternyata selama ini kau menyamar di depanku..! Hahaahaa..!" Prabadewa terkejut bukan main, namun kemudian dia terbahak lepas. Ya, karena dalam hatinya dia lebih menyukai orang seperti Surapati. Yang diketahuinya memiliki kekuasaan di Tlatah Palapa, sebagai Penasehat dan Panglima Tertinggi Kerajaan. Dari pada Elang yang hanya sebagai pendekar besar, namun tanpa kekayaan dan kekuasaan itu. Begitulah pola pikir orang-orang, yang sudah dibuat mabuk oleh harta dan takhta..! Prabadewa sama sekali tak memikirkan perasaan hati putrinya. Baginya, jika putrinya memiliki suami orang berpangkat dan berkuasa. Maka hidup putrinya dan keluarganya, sudah pasti terjamin akan bahagia. Dan kin

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 514.

    Slaph..! Elang segera melesat kembali, ke arah lorong tempatnya keluar dari dari dalam ruangan gua tadi. Taph..! Elang tiba di dalam ruang gua tempat Prasti dibelenggu. Dilihatnya Prasti sedang menggeliat-geliat aneh seraya merintih, bagaikan orang yang tengah tersiksa. Bergegas disentaknya besi yang membelenggu kaki dan tangan Prasti. Takhh..! ... Klang..!! "Kau tak apa-apa Prasti..?!" seru Elang cemas, melihat sikap aneh Prasti. Segera dia meraih pakaian Prasti yang berserakkan di lantai, akibat 'kebrutalan' Ki Jalasuta tadi. "Owhhs..! Mas Yoga, toloonnghhs peluk Prastii..! Panas sekalii, ohhssk..!" Brugh..! Prasti mengerang seraya memeluk tubuh Elang, yang saat itu masih bertelanjang dada. Karena Elang menggunakannya, untuk menutupi tubuh Prasti tadi. "Ahh..! Prasti..!" sentak Elang, seraya menatap wajah Prasti. Dan Elang pun melihat sesuatu yang ganjil, di wajah jelita Prasti yang nampak pucat itu. Mata gadis itu nampak sayu meredup, tubuhnya juga terasa dingin padahal

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status