Share

Bab 095.

Penulis: BayS
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-24 18:45:01

Padahal dahulunya, Bimo adalah putra dari orang berkecukupan di kota Jogja.

Hingga akhirnya kedua orangtuanya sering cekcok dan bercerai, lantaran ayah si Bimo yang mulai senang berjudi.

Ayah Bimo yang tadinya adalah seorang pegawai swasta, di sebuah perusahaan bonafide. Tiba-tiba saja dia dipecat dari perusahaannya.

Karena ayah Bimo terlibat dalam menggelapkan uang perusahaan, demi memuaskan kegemarannya berjudi.

Bimo baru berusia 9 tahun dan masih duduk di kelas 3 SD saat itu. Sedangkan kakaknya Nina, berusia 11 tahun dan duduk di kelas 5 SD.

Akibat perceraian kedua orangtua mereka, maka Bimo dan Nina pun terpisah.

Bimo ikut sang ayah, sedangkan Nina ikut ibunya kembali ke rumah neneknya di Madiun.

Kegemaran berjudi sang ayah tidak berhenti sampai di situ. Sejak perceraiannya dengan sang Ibu.

Maka kegemaran berjudi sang Ayah malah semakin menggila.!

Ayahnya menjual semua harta berharga yang ada di rumah, untuk melanjutkan hobinya berjudi.

Bimolah yang akhirnya harus mengal
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 596.

    Seruan sang Maharaja Mahendra lantang menggema. Mengingatkan rakyat dan seluruh pasukkannya, agar tak terlalu larut dalam kegembiraan. Ya, adalah ironis jika bergembira berlebihan, sementara banyak pula prajurit Tlatah Kalpataru yang gugur, dalam mempertahankan kejayaan Kalpataru. Termasuk ayahanda sang Maharaja sendiri, Begawan Ekapaksi..! Perang..! Satu kata yang tak menimbulkan manfaat sedikitpun, bagi yang menang ataupun kalah..! Akhirnya semua pihak langsung kerja bhakti, bergotong royong membersihkan, dan mengurus mayat-mayat yang berserakkan. Tentu saja mereka memilah, mana koban pasukkan musuh, dan mana korban dari pasukkan Tlatah Kalpataru. Bahkan tawanan perang musuh pun disuruh ikut serta, mengumpulkan korban-korban dari pihak mereka sendiri. Tak ada kesewenang-wenangan dari pihak Tlatah Kalpataru. terhadap para tawanan perang yang hanya berpangkat prajurit itu. Ya, karena hakekatnya para prajurit hanyalah korban. Mereka sama sekali tak memiliki pilihan lain, selai

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 595.

    Khraa - Blaatzzshk..!! Byaartzsshk..!! Ledakkan dahsyat pun terjadi, gelombang energi petir menjalar cepat ke segala arah. Sedangkan ratusan sayap-sayap api hitam buyar seketika, dan pecah memercikkan api hitam berkobar ke segala arah. Bagaikan gumpalan awan hitam raksasa super panas, yang pecah berkeping..!"Edann..!!" "Awass..!! Tekanan hawa panas dari langit..!!" "Tiarap semuanya..!!" Brugh..! Brukhg..! ... Brukhh..!!! Sontak seluruh prajurit dan pasukkan di bawah sana jatuhkan diri bertiarap. Ya, mereka semua bagaikan melihat sebuah cincin api raksasa yang berwarna hitam keemasan. Indah dilihat memang, namun sesungguhnya sangat mengerikkan akibatnya. Apalagi jika kita berada dekat, dengan pertarungan dua tokoh sakti itu. Karena dengan hanya terkena sambaran hawa serangannya saja, niscaya orang akan lenyap menjadi serbuk debu..! "Haarrghks..!!" Wuussh..!! Surapati berteriak keras, seraya muntahkan darah kehitaman dari mulutnya. Lalu sosoknya pun terhempas deras ke bumi

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 594.

    Scraatzsh..!! Wuunnnggztt...!! Seketika itu juga, muncul kilatan cahaya putih yang menyilaukan mata. Melesat tebarkan asap puti, dan mendengung tebarkan hawa panas luar biasa, dari ketinggian langit. Ya, sebilah pedang menyilaukan berwarna putih berpijar dengan terangnya. Pedang itu langsung melesat ke arah Kebo Sena, yang telah kembangkan telapak tangan kanannya. Taph..!! Pedang Matahari yang berpijar putih menyilaukan mata itu pun, kini berada dalam genggaman Kebo Sena. "Bagus..! Kita langsung saja mulai pertarungan kita..!!" seru Elang tenang. Kini hatinya sudah tak begitu cemas lagi. Ya, setelah dia melihat datangnya ribuan pasukan Naga dari dimensi Selaksa Naga. Maka Elang merasa yakin, jika keadaan medan perang akan berbalik 180 derajat. Dan Maharaja serta para pendekar Kalpataru akan baik-baik saja. "Hiaahh..!!" Ctaarzzsh..!! Craankhhs...!! Dan pertarungan saling serang di antara ketiga tokoh itu pun berjalan dahsyat dan sengit.Sementara itu, pasukkan Tlatah Kalpataru

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 593.

    "TUJUH PETIR..!!" seru Elang menggelegar lantang. Ya, Elang memang ingin menggunakan 'Cambuk Tujuh Petir'nya. Untuk melakukan pertarungan cepat, dengan dua musuh yang agak sulit dikalahkannya itu. Karena kerjasama Surapati dan Kebo Sena, yang memang sangat kompak dan saling mengisi itu. Blaatzzsk..!! Splaarrztsh..!! Sementara dua buah pukulan jarak jauh, yang tadi dilepaskan Surapati dan Kebo Sena meleset. Dua pukulan dahsyat itu malah meledak, dan menghantam kumpulan pasukkannya sendiri di bawah. Seketika bumi berdentam keras, dilanda dua pukulan nyasar dan meleset dari keduanya, yang berniat menghantam Elang. "AArrghksskkss ... sskkhh..!!" Kembali terdengar jerit kematian bersahutan, dari pasukkan Palapa. Akibat hantaman nyasar dari dua Panglima mereka sendiri itu. Sementara di langit. Awan hitam gelap diselimuti cahaya keemasan seketika muncul, dari langit yang terbelah di atas kotaraja Dhaka. Badai angin dan tujuh lidah halilintar berkeredepan, menggemuruh dahsyat tak t

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 592.

    "Aarrghks..!" Brughk..! Dengan teriakkan ngeri kesakitan, nyawa sang Resi pun akhirnya keluar dengan terpaksa dari tubuhnya. Sosok sang Resi Mahapala pun jatuh deras ke bumi, dengan nyawa sudah melayang dari raganya. Ya, Resi Mahapala telah menghembuskan nafas terakhirnya, di medan perang wilayah Dhaka..! Dan di lokasi pertarungan lainnya. Nampak Begawan Ekapaksi telah gugur, ditangan Ki Prabadewa. Sosok sang Begawan berhasil ditarik masuk ke dalam bumi, lalu dihujani 'Pukulan Inti Bumi' oleh Ki Prabadewa.Kini lawan Ki Prabadewa adalah Eyang Sepikul, yang juga telah berhasil menghabisi Panglima Datuk Nan Tabanam. Sementara perang terus berkecamuk dahsyat. Namun kalah jumlah dalam selisih yang teramat jauh, sungguh sangat berpengaruh bagi stamina para prajurit, serta para pendekar Tlatah Kalpataru. Walau nampak korban di pihak musuh, bahkan sudah sebanyak jumlah total pasukkan Kalpataru lebih. Ya, jumlah pasukkan musuh yang tewas, dalam perang hingga siang menjelang sore itu s

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 591

    Blaammppshkk..!!! Blaarrghkss...!!! Terdengar dua kali dentuman dahsyat di bawah sana. Bagaikan bunyi mengelegar dua buah bom yang meledak. Grrghk... grghh.. grrgghk..!!! Ledakkan yang seketika menggetarkan, menembus, dan mengguncang bumi di kedalaman sana. "AArrggkksshhh ... rrghhsskkk...!!!" Tampak sebagian pasukkan Tlatah gabungan di bawah sana ambyar dan porak poranda. Akibat terhantam dua pukulan jarak jauh dari angkasa, yang dilepaskan Elang. "Awass..! Pukulan dari langit..!!" seru para Senopati pasukkan Tlatah Palapa memperingatkan. Nampak bumi amblas melesak, di tengah lokasi pasukkan Tlatah Palapa. Dua buah lubang besar cekung dengan diameter 10 meteran, terpampang jelas di depan mata mereka. Ratusan rekan prajurit pasukkan mereka juga terkapar berserakkan, dengan nyawa sudah meninggalkan jasadnya. Bahkan tak sedikit, bagian tubuh dari para prajurit yang tewas itu terpisah dari badannya. Sungguh dahsyat dan mengerikkan..! Poro Sepuh dan para pendekar Kalpataru, yang

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status