Share

Bab 597.

Penulis: BayS
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-22 08:19:20

"Hidup Maharaja Palapa yang baru..!!"

Teriak seorang dari rombongan itu. Dan tentu saja hal ini menjalar dengan cepat.

"Hidup Maharaja Danuthama Syailendra..!!"

"Jayalah Tlatah Palapa..!!"

"Bangkitlah Palapa..!!"

Seruan-seruan kegembiraan terdengar riuh rendah, di pendopo istana Belupang pagi itu.

Suatu pagi yang akan mengawali babak baru, bagi perubahan besar Tlatah Palapa, menuju puncak kejayaannya..!

***

Sementara itu di dalam istana kerajaan Kalpataru.

Saat itu tengah digelar pertemuan besar, membahas hukuman bagi Surapati. Seorang penjahat 'besar' bagi Tlatah Kalpataru, dan juga bagi Elang yang telah difitnah olehnya.

Nampak sosok Surapati berlutut ditengah-tengah pertemuan itu. Tubuhnya dalam keadaan terbelenggu.

Ya, Elang telah memusnahkan 'power' dalam diri Surapati, dan menotok pusat energinya. Agar Surapati tak bisa menghimpun kekuatannya kembali.

Kini Surapati benar-benar tak berdaya. Dia hanya bisa menjawab atau menanggapi, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
FrismaMungil
sungguh bijaksana maharaja mahendra cocok sudah hukuman buat penyebar fitnah jg penyebar kebencian sprti surapati
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 598.

    Nampak sosok Surapati telah berada di tengah alun alun dalam keadaan terikat. Sebuah kayu gelondongan ukuran sedang, yang dipancangkan di tengah alun-alun itu. Menjadi tumpuan sosok penjahat besar itu.Nampak pula Maharaja Mahendra, agak jauh di pinggir alun-alun. Sang Mahara telah berdiri tegak, menghadap ke arah posisi Surapati. "Elang..! Majulah dan berdiri di sisiku..! Kau juga berhak menghukum Surapati dengan tanganmu..! Karena perbuatan fitnah kejinya padamu..!" seru sang Maharaja Mahendra"Baik Paduka Yang Mulia..!" sahut Elang, seraya masuk ke dalam area eksekusi itu. Elang pun kini berdiri di sebelah sang Maharaja Mahendra. "Surapati..! Jika ada yang hendak kaukatakan disaat terakhirmu..! Katakan saja sekarang..!" seru lantang sang Maharaja. "Hahahaa..! Hal terakhir yang akan kukatakan hanya satu..! Jiwaku akan selalu menitis, dan menjadi musuh abadi bagi leluhur tlatah Kalpataru dan keturunannya..!!" seru lantang Surapati. "Baik..! Dan seluruh keturunan Tlatah Kalpata

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 597.

    "Hidup Maharaja Palapa yang baru..!!" Teriak seorang dari rombongan itu. Dan tentu saja hal ini menjalar dengan cepat. "Hidup Maharaja Danuthama Syailendra..!!" "Jayalah Tlatah Palapa..!!" "Bangkitlah Palapa..!!" Seruan-seruan kegembiraan terdengar riuh rendah, di pendopo istana Belupang pagi itu. Suatu pagi yang akan mengawali babak baru, bagi perubahan besar Tlatah Palapa, menuju puncak kejayaannya..! *** Sementara itu di dalam istana kerajaan Kalpataru. Saat itu tengah digelar pertemuan besar, membahas hukuman bagi Surapati. Seorang penjahat 'besar' bagi Tlatah Kalpataru, dan juga bagi Elang yang telah difitnah olehnya. Nampak sosok Surapati berlutut ditengah-tengah pertemuan itu. Tubuhnya dalam keadaan terbelenggu. Ya, Elang telah memusnahkan 'power' dalam diri Surapati, dan menotok pusat energinya. Agar Surapati tak bisa menghimpun kekuatannya kembali. Kini Surapati benar-benar tak berdaya. Dia hanya bisa menjawab atau menanggapi, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 596.

    Seruan sang Maharaja Mahendra lantang menggema. Mengingatkan rakyat dan seluruh pasukkannya, agar tak terlalu larut dalam kegembiraan. Ya, adalah ironis jika bergembira berlebihan, sementara banyak pula prajurit Tlatah Kalpataru yang gugur, dalam mempertahankan kejayaan Kalpataru. Termasuk ayahanda sang Maharaja sendiri, Begawan Ekapaksi..! Perang..! Satu kata yang tak menimbulkan manfaat sedikitpun, bagi yang menang ataupun kalah..! Akhirnya semua pihak langsung kerja bhakti, bergotong royong membersihkan, dan mengurus mayat-mayat yang berserakkan. Tentu saja mereka memilah, mana koban pasukkan musuh, dan mana korban dari pasukkan Tlatah Kalpataru. Bahkan tawanan perang musuh pun disuruh ikut serta, mengumpulkan korban-korban dari pihak mereka sendiri. Tak ada kesewenang-wenangan dari pihak Tlatah Kalpataru. terhadap para tawanan perang yang hanya berpangkat prajurit itu. Ya, karena hakekatnya para prajurit hanyalah korban. Mereka sama sekali tak memiliki pilihan lain, selai

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 595.

    Khraa - Blaatzzshk..!! Byaartzsshk..!! Ledakkan dahsyat pun terjadi, gelombang energi petir menjalar cepat ke segala arah. Sedangkan ratusan sayap-sayap api hitam buyar seketika, dan pecah memercikkan api hitam berkobar ke segala arah. Bagaikan gumpalan awan hitam raksasa super panas, yang pecah berkeping..!"Edann..!!" "Awass..!! Tekanan hawa panas dari langit..!!" "Tiarap semuanya..!!" Brugh..! Brukhg..! ... Brukhh..!!! Sontak seluruh prajurit dan pasukkan di bawah sana jatuhkan diri bertiarap. Ya, mereka semua bagaikan melihat sebuah cincin api raksasa yang berwarna hitam keemasan. Indah dilihat memang, namun sesungguhnya sangat mengerikkan akibatnya. Apalagi jika kita berada dekat, dengan pertarungan dua tokoh sakti itu. Karena dengan hanya terkena sambaran hawa serangannya saja, niscaya orang akan lenyap menjadi serbuk debu..! "Haarrghks..!!" Wuussh..!! Surapati berteriak keras, seraya muntahkan darah kehitaman dari mulutnya. Lalu sosoknya pun terhempas deras ke bumi

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 594.

    Scraatzsh..!! Wuunnnggztt...!! Seketika itu juga, muncul kilatan cahaya putih yang menyilaukan mata. Melesat tebarkan asap puti, dan mendengung tebarkan hawa panas luar biasa, dari ketinggian langit. Ya, sebilah pedang menyilaukan berwarna putih berpijar dengan terangnya. Pedang itu langsung melesat ke arah Kebo Sena, yang telah kembangkan telapak tangan kanannya. Taph..!! Pedang Matahari yang berpijar putih menyilaukan mata itu pun, kini berada dalam genggaman Kebo Sena. "Bagus..! Kita langsung saja mulai pertarungan kita..!!" seru Elang tenang. Kini hatinya sudah tak begitu cemas lagi. Ya, setelah dia melihat datangnya ribuan pasukan Naga dari dimensi Selaksa Naga. Maka Elang merasa yakin, jika keadaan medan perang akan berbalik 180 derajat. Dan Maharaja serta para pendekar Kalpataru akan baik-baik saja. "Hiaahh..!!" Ctaarzzsh..!! Craankhhs...!! Dan pertarungan saling serang di antara ketiga tokoh itu pun berjalan dahsyat dan sengit.Sementara itu, pasukkan Tlatah Kalpataru

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 593.

    "TUJUH PETIR..!!" seru Elang menggelegar lantang. Ya, Elang memang ingin menggunakan 'Cambuk Tujuh Petir'nya. Untuk melakukan pertarungan cepat, dengan dua musuh yang agak sulit dikalahkannya itu. Karena kerjasama Surapati dan Kebo Sena, yang memang sangat kompak dan saling mengisi itu. Blaatzzsk..!! Splaarrztsh..!! Sementara dua buah pukulan jarak jauh, yang tadi dilepaskan Surapati dan Kebo Sena meleset. Dua pukulan dahsyat itu malah meledak, dan menghantam kumpulan pasukkannya sendiri di bawah. Seketika bumi berdentam keras, dilanda dua pukulan nyasar dan meleset dari keduanya, yang berniat menghantam Elang. "AArrghksskkss ... sskkhh..!!" Kembali terdengar jerit kematian bersahutan, dari pasukkan Palapa. Akibat hantaman nyasar dari dua Panglima mereka sendiri itu. Sementara di langit. Awan hitam gelap diselimuti cahaya keemasan seketika muncul, dari langit yang terbelah di atas kotaraja Dhaka. Badai angin dan tujuh lidah halilintar berkeredepan, menggemuruh dahsyat tak t

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status