Dari gerbang utama memasuki pusat Tanah Wari, Menteri Pertahanan beserta pasukannya melawan berbagai siluman yang mereka temui. Bahkan bisa dibilang, kepulangan pasukan tersebut telah memberi angin segar bagi para penduduk.Beberapa siluman berhasil ditaklukkan dalam sekejap mata. Para penduduk berbondong-bondong menyoraki Menteri Pertahanan yang sudah seperti dewa penjaga mereka sejak dulu. Tak lama setelah memusnahkan sebagian besar siluman yang datang dari gerbang masuk utama, pasukan tersebut memutuskan untuk menggegas langkah menuju Istana.Pasukan yang dikepalai oleh Menteri Pertahanan itu baru saja selesai melangsungkan misi rahasia yang selama ini diam-diam terlaksana tanpa kesulitan apa pun. Tadinya mereka berpikir akan pulang dan bersantai. Beberapa prajurit sudah berencana untuk datang ke rumah bordil untuk bergumul dengan para Gisaeng. Akan tetapi, lenyapnya selubung yang melindungi Wari menjadi tantangan baru yang harus mereka hadapi.Menginga
Di dalam Istana, para panglima dan sisa pasukan yang membersamai Menteri Pertahanan berusaha mati-matian agar dapat menghancurkan—setidaknya secuil sisik Naga Neraka yang kelewat keras itu. Dengan begitu, Guru Yeom bisa menusukkan belati hitamnya dan Naga Neraka dikalahkan."Naga Neraka yang satu ini sebetulnya tidak terlalu mengerikan ketimbang yang biasa kami temui di perburuan, Guru Yeom." Kata Panglima Naegeumwi dengan sudut bibir yang mengeluarkan darah. "Tapi menyedihkan sekali, yang begini saja kami sudah kelimpungan.""Naga Neraka yang satu ini tidak lebih baik dari anjing neraka raksasa tempo hari itu, Panglima. Hanya saja, sepertinya akan menguras tenaga yang lebih banyak kalau salah satu dari kita terpaksa mendekatinya." Ungkap Guru Yeom."Guru," panggil Panglima Gyeomsabok yang tersungkur di sisi Guru Yeom. "Bocah yang mengalahkan anjing neraka raksasa, di mana dia? Apakah dia sedang bertarung dengan siluman di luar sana?"Guru Yeom te
Raja keluar dari Paviliun Bintang setelah berhasil mengamankan beberapa barang penting lainnya. Kala itu, api mulai menjalari atap Paviliun Bintang. Panglima Naegeumwi membentuk jalinan anak tangga dengan tali tak terbatasnya, berniat menjatuhi satu serangan yang sekiranya dapat memberi sedikit luka bagi Naga Neraka."Badai Cambuk!"Panglima Naegeumwi menjulurkan ujung talinya agar dapat mengelilingi tubuh Naga Neraka. Lama kelamaan, tali tersebut mengeluarkan api selagi berputar bagaikan angin puting beliung yang menyelubungi sang naga.Turun secepat mungkin, Panglima Naegeumwi mulai merasakan sedikit kekuatannya terserap. "Makhluk neraka ... mereka benar-benar tau bagaimana caranya menjajah di atas tanah."Naga Neraka meraung kesakitan dalam badai api yang mulai menyambarkan kilatan-kilatan kecil pada permukaan tubuhnya. Jurus yang Panglima Naegeumwi gaungkan memberi serbuan angin kencang bagi para manusia di bawahnya.Bertepatan saat i
"Hancurkan!"Muhan terkesiap. Tiba-tiba saja kesadarannya mengambil alih, menyisakan kebingungan yang merambati pikiran. "A-apa yang baru saja terjadi?"Di sekelilingnya, para manusia yang merasa sesak akibat Him yang tersedot tadi pun mengembuskan napas lega. Guru Yeom terperangah, memandangi Muhan dan sang naga yang menggelinjang kesakitan secara bergantian.Muhan mendongakkan kepala, menganga saat mendapati dia berada tepat di bawah Naga Neraka yang kini meraung penuh derita itu. Mata pemuda itu memicing, menyadari sesuatu. "Kenapa belati itu bisa ada di sana? Apakah aku yang melakukannya?"Pemuda itu mundur dua langkah ketika menyaksikan getaran pada tubuh sang naga telah mencapai puncaknya. Di tengah ketegangan yang menguasai, Muhan terngaga. Tiga detik kemudian, Naga Neraka tersebut memudar bagaikan partikel debu yang sebelumnya bergumul membentuk suatu zat.Terdengar beberapa pekikan, sibuk menutupi diri dari ledakan dalam diri sang naga yang kini telah buyar. Muhan melihat bel
Kabar mengenai Muhan yang menjadi anggota tetap Pasukan Pemburu Naga pada periode terbaru pun tersiar secepat kilat dari yang pernah pemuda itu bayangkan. Melangkah gamang di belakang Guru Yeom sembari membawa tas kain lusuh berisikan barang-barangnya yang memang sedikit, Muhan beranjak pergi dari asrama baru untuk menjalani latihan khusus bersama Panglima Naegeumwi.Tentu saja, beberapa anak didik ada yang menaruh iri dan kerap melempar cemooh yang menyatakan bila Muhan tidak pantas untuk mendapatkan kehormatan tersebut. Lagi-lagi, statusnya sebagai budak yang tidak jelas asal-usulnya pun kembali menyambangi pendengaran."Abaikan saja mereka!" Ucap Guru Yeom. Tampaknya, hanya pria itu yang bisa mengerti suasana hati Muhan saat ini. Mendengus pelan, Muhan tidak bisa menyanggahnya dengan apa pun. Memang lebih baik dia diam saja, mengabaikan berbagai macam perkataan yang mampu mengusik fokusnya selama pelatihan khusus berlangsung. "Baik, Guru."Dari sudut paviliun utama, berdirilah Roa
"Ha-rang ...."Sebelum terlelap, Muhan memandangi belati istimewanya dengan sejumput tanda tanya. Apakah itu tandanya bahwa Guru Yeom benar-benar memercayakan belati ajaib tersebut padanya? Seutuhnya? Tanpa keraguan sedikit pun?Selagi berada dalam bilik pikirannya sendiri, samar-samar pemuda itu mendengar kerusuhan kecil yang berasal dari luar rumah. Penasaran, Muhan beranjak untuk mengetahui apa yang sedang dilakukan Panglima Naegeumwi sekarang ini.Melongokkan kepala, Muhan mendapati sosok tersebut berdiri menghadap hamparan ilalang dengan kedua pedang yang berada dalam genggaman tangan kiri. Muhan memiringkan kepala. Dia mengenali salah satu pedang yang dibawa oleh Panglima Naegeumwi itu."Kau tidak bisa tidur?"Muhan tersentak, nyaris terlojak bila tidak cepat menguasai diri. "I-iya, Guru."Panglima Naegeumwi menaikkan satu alisnya. "Boleh juga! Aku tidak pernah dipanggil dengan panggilan semacam itu. Sini! Mendekatlah! Aku
Sementara Muhan memulai pelatihan khusus bersama Panglima Naegeumwi dengan keanggotan sebagai Pasukan Pemburu Naga yang telah terverifikasi, asrama baru yang berjarak beberapa kilometer dari Istana mulai disambangi kegaduhan yang merajelala. Bukan disebabkan oleh kerusuhan para anak didik, melainkan tekad yang mereka miliki agar dapat menyusul Muhan. Tidak bisa menipu penglihatan Guru Yeom, jelas terlihat bila sebagian besar dari mereka tidak terima dengan kemajuan yang dialami oleh Muhan.Mendapatkan kemampuan Gyeonggukdae setelah sekian lama, padahal selama ini bekerja sebagai babu. Kemudian hanya berbekalkan sedikit keberanian serta keberuntungan belaka, Muhan mampu memusnahkan Naga Neraka.Akhirnya, seperti yang didengar oleh banyak orang; Muhan telah ditetapkan sebagai anggota Pasukan Pemburu Naga yang terbaru. Tanpa perlu mengikuti seleksi lagi, seolah-olah takdir baru Muhan telah tertulis dengan indahnya.Selepas berlatih dengan anak didik yang berada dalam klasifikasi yang sa
Istana sedang dilanda kesibukan terkait Seleksi Pasukan Pemburu Naga yang akan dimulai pada pagi hari ini. Para penduduk berbaris di gerbang terluar Istana untuk menyambut seluruh peserta yang akan melakukan perjalanan panjang selama dua hari hanya dengan berjalan kaki, entah dalam badai ataupun hujan petir.Garis finish berada di Hutan Perbatasan yang telah dijejaki oleh beberapa anggota kerajaan serta Menteri Pertahanan. Dalam perjalanan yang mengiringi pergerakan kereta kuda Raja, mereka diharuskan untuk melindungi Raja dalam situasi apa pun.Di dalam kereta kuda sendiri berisikan; Raja, Kasim Heo, dan Panglima Gyeomsabok yang bertugas mengawal sang Raja. Selebihnya terdapat tambahan kusir dan sepasang kuda yang menarik kereta tersebut sebagai objek yang patut dilindungi dengan nyawa sekali pun.Selesai melangsungkan upacara pembukaan yang bertujuan untuk mendapatkan restu serta keselamatan yang mengiringi tiap langkah sang raja beserta para peserta, Raja percaya diri akan seleksi