Share

Tabib Jenius

Mereka heran entah mengapa Ki Kali membawa dua orang bocah ke sana, tidak mungkin bocah-bocah itu adalah tabib karena biasanya seorang tabib sudah memiliki usia lanjut.

“Salam Ki,” ke 4 pendekar langsung membungkuk hormat.

“Kau tidak perlu sungkan, Jandra. Kalian juga,” ucap Ki Kali kepada mereka.

“Ma-maaf Ki, Si-siapa kedua anak ini?” tanya pendekar bernama Jandra.

Dia adalah abdi setia yang sudah menemani Ki Kali selama pulahan tahun sehingga berani berbincang dan menanyakan siapa Lintang.

“Hahaha, dia adalah tabib muda yang akan memeriksa, putraku,” ungkap Ki Kali membuat ke 4 pendekar disana langsung melebarkan mata terkejut.

“Ta-ta-tabib? A-apa anda tidak salah, Ki?” tanya Jandra ragu.

Dia mengira Ki Kali sudah stres karena terlalu memikirkan kondisi putranya.

“Hahaha, tentu saja tidak. Kalian akan tahu jika sudah melihat hasilnya. Cepat buka pintu,” jawab Ki Kali seraya memberi perintah.

Tidak berani membangkang perintah tuannya, Jandra pun lantas segera membuka pintu.

Dia menatap Lintang dan Balada penuh kecurigaan, tapi tidak berani menyapa mereka karena takut Ki Kali akan marah.

“Ayo tuan muda, kita masuk,” ajak Ki Kali.

Mendengar itu, Lintang dan Balada pun mulai melangkah mengikuti Ki Kali masuk ke dalam kamar.

Ternyata benar, di sana terdapat sesosok pria muda yang terbaring lemas di atas dipan besar.

Kondisi tubuhnya sangat memprihatinkan dengan wajah pucat kurus kerontang.

Jandra dan ketiga rekannya juga ikut masuk karena penasaran terhadap sosok Lintang dan Balada.

Mereka berdiri di belakang Ki Kali memastikan bahwa tidak akan terjadi hal buruk kepada keluarga tuannya.

Andai Lintang dan Balada melakukan kesalahan, maka Jandra berniat langsung menghabisinya.

“Ternyata benar, ini adalah penyakit Kusta, Ki,” ungkap Lintang membuat Balada dan ke 4 pendekar penjaga terheran karena Lintang belum sedikit pun menyentuh putra Ki Kali.

“Ku-ku—kusta?” tanya Jandra tidak mengerti.

Sementara Balada hanya menatap aneh kepada Lintang seakan menganggap adiknya sedang mengada-ngada.

Hal itu sangat wajar karena siapa pun belum pernah mendengar ada penyakit bernama Kusta sebelumnya.

“Benar, Kusta. Penyakit kulit yang disebabkan oleh bakteri jahat,” ungkap Lintang.

“Ka-kau jangan coba-coba menipu kami bocah. Bagaimana kau tahu penyakit itu sedangkan dirimu belum sekali pun mendekati tubuh tuan muda?” bentak Jandra.

Ki Kali hanya menyeringai mendengar itu. Dia sengaja tidak mencegah anak buahnya agar mereka tahu sendiri seberapa jauh kehebatan Lintang.

“Hihihi, baiklah!,” Lintang terkekeh kepada ke 4 penjaga membuat jantung Balada berdetak semakin kencang khawatir adiknya akan membuat masalah.

“Untuk penyakit dalam memang sudah sewajarnya tidak bisa ditentukan jika tidak melalui pemeriksaan. Tapi tidak dengan penyakit kulit, karena penyakit kulit memiliki dampak perubahan pada tubuh bagian luar, jadi bisa dilihat jelas dengan mata,” tutur Lintang menjelaskan membuat Jandra dan ketiga temannya langsung melebarkan mata.

Sementara Balada langsung terbatuk tidak percaya, dia benar-benar heran mengapa adiknya bisa memiliki pengetahuan sedalam itu tentang penyakit.

Padahal yang dia ketahui, Kusha sebelumnya merupakan anak tertutup yang pemalu. Bahkan dia tidak pernah bermain dengan orang lain selain Balada.

Tapi saat ini Kusha benar-benar menjelma menjadi sosok yang lain seperti bukan dirinya.

Bahkan nada dan cara bicaranya juga terdengar lebih dewasa seakan dia sudah berusia lebih dari puluhan tahun.

Hal itu tentu membuat Balada menjadi bertanya-tanya akan apa sesungguhnya yang terjadi dengan adiknya.

“A-a—apa kau bisa menyembuhkan penyakit itu, Bocah?” tanya Jandra terbata.

“Hihihi, aku akan berusaha,” ujar Lintang sembari terkekeh.

“Bagaimana Ki, apa akan dilanjutkan?” tanya Lintang kepada Ki kali.

“Tentu tuan muda, aku mohon,” jawab Ki Kali penuh hormat membuat Jandra dan ke 3 pendekar lain langsung merasa malu terhadap Lintang.

“Baiklah!” angguk Lintang.

Selanjutnya dia meminta beberapa tanaman obat yang akan digunakan untuk membuat ramuan. Selain itu, Lintang juga meminta bisa ular sebagai bahan dasarnya.

Ki Kali tidak berani bertanya, dia segera mengutus salah satu pendekar untuk menyiapkan apa yang dipinta Lintang.

Sementara Balada, masih memandangi adiknya penuh tanya. Dia sungguh terkejut dengan sosok Kusha sekarang.

Tidak lama, pendekar yang diutus tadi kembali datang dengan membawa semua bahan yang dibutuhkan oleh Lintang. Termasuk ular hidup berbisa tinggi yang sangat berbahaya.

Balada mundur beberapa langkah karena takut dengan ular tersebut, sedangkan Jandra mendekati Lintang penasaran mengapa dia menggunakan bisa Ular.

“A-apa ini tidak akan berbahaya terhadap jiwa majikanku, tuan muda?” tanya Jandra sopan.

Kali ini dia memanggil Lintang dengan tuan muda sebagai mana Ki Kali memanggilnya.

“Bakteri di dalam tubuh Raden Mangkukarsa sangat kuat, aku membutuhkan racun untuk membunuhnya, percayalah,” jawab Lintang.

“Ra-raden?” gumam Balada semakin tidak mengerti.

Sedari tadi Balada memang belum bertanya siapa nama putra Ki Kali, tapi ketika mendengar Lintang menyebut Raden, Balada langsung merasa ada yang aneh dengan semua ini.

Raden adalah julukan untuk putra seorang pembesar kerajaan, atau putra mahkota. Gelar kebangsawanan yang tidak mungkin bisa disematkan kepada rakyat biasa.

“Si-si—siapa kalian sebenarnya Ki?” tanya Balada memastikan.

Ki Kali hanya tersenyum mendengar itu, selanjutnya dia mengatakan bahwa tidak bisa menjelaskannya sekarang.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status