“Kau perlu sesuatu sayang?” tanya Leon Ramford sambil menyibakkan rambut kekasihnya ke balik telinga.
Vanessa lalu memegang kedua tangan Ramford dan menatap mata cokelat itu dengan tatapan yang begitu teduh seperti saat awal pernikahannya dengan Ernest. Kemesraan itu terlihat jelas dari tempat Max berdiri yang hanya berjarak kurang dari tiga meter dengan mereka.
Sudah jelas pemandangan ini membuat Max geram, ia membatin kalau seharusnya dirinyalah yang berada di posisi Ramford. Max sangat yakin kalau pria kurang ajar itu sudah berkali-kali mencicipi tubih istrinya yang aduhai dan juga ranum bibirnya.
Namun kembali ia teringat akan pesan yang disampaikan oleh Gregory. Ia harus bisa berkompromi dengan emosinya sekarang. Ada hal penting yang harus dicapai sekarang, dan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan diperlukan sebuah pengorbanan.
Max pun memilih untuk mengalihkan pandangan dari keme
Setelah memberikan kecupan pada kekasihnya, Don Ramford pun meninggalkan pelataran rumah yang didominasi ornamen batu alam itu. Hari ini pria berjambang tipis itu telah merencanakan untuk mengajak Vanessa untuk menikah dan tinggal bersama dengannya. Sementara kedua anak Vanessa akan dicuci otaknya agar menjadi sosok yang begitu rendah diri, dan patuh pada mereka berdua.Awalnya Ramford memang tak menginginkan kedua anak itu, tapi setelah ia berpikir berulang kali, Daniel dan Olive bisa memiliki nilai ekonomis. Don Ramford telah mempelajari pembagian warisan dari warisan Ernest. Dari seluruh hartanya, Vanessa hanya mendapatkan 30% sisanya adalah milik Daniel dan Olive. Jika kedua anak itu meninggal, maka harta mereka akan diwariskan untuk lembaga sosial, kecuali kedua anak itu merubahnya. Untuk itulah, satu-satunya jalan agar Vanessa mendapatkan seluruh harta Ernest adalah dengan mencuci otak kedua anak itu untuk memberikannya pada Vanessa.D
“Jadi kau benar-benar akan kembali pada Don Ramford?” tanya Jade sambil merapikan dasi yang melingkar pada leher suaminya.Sebenarnya risih juga bagi Max jika harus dasinya harus dirapikan oleh Jade. Namun ia tetap harus menahan diri agar menjalankan perannya dengan baik.Max kemudian mengancingkan jas yang meruoakan seragam khas pengawal Ramford. Jas itu memiliki garis leher sebatas dada atas, dan ini terlihat aneh di mata Jade. Selama mereka menikah, Max sangat malas untuk mengancingkan jas atau jaket kecuali ketika musim dingin tiba.“Ya, bukankah dokter sudah mengatakan kalau keadaanku jauh lebih baik, dan aku sudah bisa memulai aktivitasku kembali seperti semula,” kata Max kemudian mengambil tas punggungnya.“Tapi Sayang, bukankah kau pernah mengatakan kau akan mencari pekerjaan lain karena kau hanya dipermainkan di sana?” tanya Jade mencoba mencegah suaminya
Max memilih untuk berada di mobil sambil menunggui kedua anak itu di sekolah. Ia masih bisa memantau kegiatan anak-anaknya melalui sela-sela pagar. Untuk membunuh kebosanan, Max pun mendengarkan alunan musik pop yang biasa ia dengar saat masih menjadi Ernest, sangat berbeda dengan Max yang sebenarnya, seorang penyuka musik cadas.Kesenangannya mendengarkan musik pun mendadak berubah saat seseorang mengetuk jendela kacanya dengan keras. Mau tak mau ia pun menurunkan kaca jendelanya dan mendapati lima pria gagah tengah menunggunya di luar.Belum sempat Max menanyakan keperluan mereka, kelima orang itu sudah tertawa terbahak-bahak lantaran mendengarkan lagu romantis yang diperdengarkan di mobil Max.“Hei orang baru keluar kau!” seru salah satunya sambil mencoba membuka paksa mobil yang dikendarai Max.Tak ingin mobil milik Tuan Ramford mengalami kerusakan seperti kecelakaan yang dialami Max
Tampaknya Boz benar-benar terprovokasi oleh sikap Max yang jelas-jelas menantangnya. Ia yang biasanya ditakuti oleh para pengawal yang menuggu anak majikan mereka di area ini, kini tak bernilai apa-apa di hadapan seorang baru pertama kali muncul di area ini.“Sudah Boz tunggu apalagi, bukankah itu permintaannya agar kita semua menyerangnya secara bersamaan?” tantang salah satu anak buahnya yang berkepala botak.“Benar apa yang dikatakan oleh Dwayne, laki-laki seperti dia seharusnya diajarkan tata krama. Kita harus beritahu dia siapa statusnya, dan apa akibatnya jika melawan Gang Mata Pedang,” kelakar pria Asia membenarkan perkataan rekannya yang berkepala botak.“Ah besar mulut kalian, sejak tadi hanya bicara saja, sebentar lagi sekolah usai, kalian jadi menghajarku atau tidak?” tantang Max penuh dengan ejekan.Semakin lama ucapan Max semakin membuat gank mata peda
Perlahan sosok berpakaian serba putih itu semakin tampak diantara kabut yang mengitari sekolah putra dan putri Ernest. Pria kurus yang tadi dihantam itu pun mendongak dan ia masih tak bisa menggerakkan kedua tangannya.Seperti biasa, setiap kali Gregory datang, semua aktivitas pun terhenti. Setiap mahluk yang ada di bumi akan mematung dalam posisi terakhir mereka, kecuali Ernest. Hanya dia yang bisa berbicara dengan Gregory Sang Malaikat Penjaga.“Ada yang ingin kau sampaikan Gregory?” tanyanya dengan susah payah, karena rahang yang terasa nyeri akibat dorongan telapak tangan yang baru saja menyerangnya.Ini kalinya Gregory tersenyum dengan tidak bersahabat. Sesuatu yang belum pernah terjadi selama mereka saling mengenal.“Kau telah melakukan kesalahan Ernest!” seru Gregory tanpa basa-basi.“Aku? Kesalahan? Apa yang telah aku perbuat? Aku hanya melak
Semakin dekat kepalan tangan yang diarahkan Boz pada wajah Max, semakin cepat pula jantungnya berdetak.“Apa aku bisa melawannya, apa aku punya kekuatan untuk itu?” Max berpikir sambil memejamkan mata.Ia memang sudah mendapatkan kesembuhan dari rasa sakit akibat pukulan mereka, tapi tak yakin kalau kekuatannya kembali seperti sedia kala. Atau mungkin ia kembali menjadi manusia normal seperti pada umumnya.Bugh!Kepalan tangan itu berhasil mendarat dengan keras pada wajah Max, tepatnya pada hidung mancungnya. Namun keanehan pun kembali terjadi.“Hah ini sungguhan? Bagaimana mungkin pukulan itu sama sekali tidak membuat hidungnya berdarah? Atau setidaknya ia merasakan kesakitan seperti saat aku memukul perutnya beberapa menit yang lalu?” pikir Boz.Kali ini Max benar-benar tidak lagi merasakan pukulan yang dilontarkan oleh Boz. Bahkan k
Bisik-bisik itu terus saja terdengar. Semuanya tampak berlomba untuk membicarakan tentang keributan antara orang baru itu dan gank mata pedang.“sebenarnya siapa orang itu?”Semuanya mulai bertanya-tanya siapa sebenarnya orang yang membuat keributan dengan Gank Mata Pedang. Apa yang mereka lihat benar-benar sebuah kejutan.Dwayne, salah satu anggota Gank Mata Pedang mencoba untuk duduk perlahan-lahan. Benturan yang baru saja dialaminya terasa sangat keras. Entah ia jatuh dari ketinggian berapa.Pria berkepala pelontos itu merasakan nyeri pada bagian siku dan punggungnya,“Ugh apa yang terjadi, apa teman-temanku juga mengalami hal yang sama denganku?” gumamnya bertanya-tanya.Perlahan ia mulai berdiri dengan susah payah. Ia pun harus memegangi lututnya seperti orang tua yang sudah mengalami keropos pada tulang lutut ataupun punggung.
Dwayne hanya diam saat mendengar teriakan Boz. Ia masih tidak bisa mempercayai apa yang baru saja ia alami.Max sendiri melirik jam pada pergelangan tangannya, dan mengangguk, tak lama lagi waktunya kedua anak kecil itu pulang, dan seharusnya ia berada tepat di depan gerbang. Ini adalah kebiasaan saat ia masih hidup sebagai seorang Ernest. Setiap kali menjemput kedua putra putrinya, ia selalu ingin berada di barisan terdepan, dan membuat mereka berpikir kalau ayahnya selalu ada untuk mereka.Kebiasaan ini tak pernah ditinggalkan oleh Ernest, ia rela menunda meeting, dan mengosongkan agenda di saat jam pulang sekolah kedua anaknya, dan ia sendiri yang menyetir mobilnya. Setelah selesai mereka akan mampir ke Cafe Sera untuk menikmati kudapan.“Dwyane, apalagi yang kau tunggu. Jangan biarkan ia menuju gerbang sekolah dan membuat martabat kita hancur!” teriak Boz sekali lagi.Dwayne tak menya