Ini adalah ahri kedua bagi Max untuk mengantar anak-anak Vanessa ke sekolah. Kedua anak itu tak lagi takut saat melihat sosok Max yang berpakaian serba hitam dan berkacamata.
Bagi Olive dan Daniel, sosok Max memang tampak berbeda. Pengawal baru mereka bukanlah sosok menyeramkan yang selalu berlaku kasar dan mengadukan apa yang mereka perbuat pada Vanessa dan kekasihnya, Leon Ramford.
Dulu mereka seringkali mendapat aduan dari pengawal Ramford yang selalu berganti-ganti, karena memang tak ada yang mendapatkan tugas khusus untuk mengantar jemput mereka berdua. Jika mereka sampai bicara mengenai ayah mereka, pasti tak lama setelah pengawal itu pulang, Olive dan Daniel pasti akan mendapatkan hukuman dari Vanessa.
Namun berbeda dengan pengawal baru mereka yang tidak pernah mengadu. Saat itu diam-diam Olive mengintip Ibunya bersama Leon Ramford tengah berbocara dengan pengawal baru mereka. Pria itu sama sekali tak menyebutkan
Boz masih saja mematung mendengar ucapan Max. Dadanya kembang kempis naik turun, sepertinya ia sangat emosi dengan apa yang diucapkan oleh anak baru itu, walaupun sebenarnya Boz setuju dengan apa yang diucapkan oleh Max.Sebagai seorang senior tentu saja ia tak bisa menerima kenyataan yang diungkapkan anak baru itu begitu saja. Ia harus mempertahankan predikatnya sebagai seseorang yang sangat disegani oleh semua pengawal. Boz tidak rela jika harus kehilangan segala kesenangan saat menjadi yang terkuat di sini. Ia tak bisa mengatur atau meminta jatah dari para pengawalnya yang ada di situ.“Huh! Tak semudah ini bagiku untuk menerima,” batin Boz.Max mengenakan kacamata hitam dan bersiap untuk masuk ke mobilnya kembali. Saat pintu mobil terbuka, ia merasakan ada udara yang melintas dari samping wajahnya. Ia tahu kalau Boz akan kembali melakukan pukulan untuk wajahnya.Saat itulah Max langsu
“Tampaknya pengawal baru itu memiliki kerja yang bagus,” kata Vanessa sambil meletakkan cangkir teh ke atas meja.Wanita yang selalu berpenampilan elegan itu pun menyilangkan kakinya dan mengangkat wajahnya ke arah Leon Ramford yang duduk berseberangan dengannya.Don Ramford hanya tersenyum dan megangguk, kemudian melirik kepada kekasihnya nakal.“Hmm jadi kau setuju dengan pilihanku?” tanyanya sambil menyunggingkan senyum tipis memunculkan raut wajah yang lapar akan kemesuman.“Hmm ya sepertinya ia membuat mereka berdua takut, aku sudah bertanya padanya apakah kedua anak itu menanyakan perihal tentang ayahnya, tapi Max bilang kalau mereka semua sama sekali tak pernah bertanya. Sepanjang perjalanan hanya diam dan menunduk atau melirik ke jendela.”“Jadi, tak masalah kan dengan kedua anak itu?” tanya Don Ramford yang terus saja meman
Max berusaha memanggil para pengawal yang ada di sekitar sekolah elit dan berharap ada bantuan untuk Dwyane yang telah berkorban untuknya. Tak butuh waktu lama bagi Max untuk mendapatkan pertolongan itu.Beberapa orang tampak mendekat pada Max dan mulai mengerubungi Dwayne yang terkapar. Satu orang tampak menggunakan telephone genggam untuk memanggil ambulance. Tiga orang yang dulu pernah menjadi anggota gank mata pedang pun langsung meninggalkan tempat kerumunan itu untuk mengejar Boz. Mereka semua tahu kalau Boz tengah beringsut untuk melarikan diri.“Biar kami kejar dia, orang itu harus bertanggung jawab atas apa yang baru saja mereka lakukan!” seru pria asia yang dulu sempat menghantam Max.“Sebagian dari kalian membantuku, dan sebagian lagi mengurus Dwayne. Dia harus segera mendapatkan pertolongan!” serunya lagi.Max yang mendengar seruan itu pun mengepalkan tangannya kua
Satu persatu pengawal berdatangan, masing-masing dari mereka tengah membaca pesan yang disampaikan oleh Max. Pengawal baru itu menyampaikan informasi dimana posisi Boz saat ini, dan strategi apa yang akan mereka gunakan untuk menangkapnya.“Aku tak menemukannya,” kata salah seorang pengawal yang memiliki kulit gelap.“AKu juga, aku sudah mencarinya ke beberapa tempat, dan aku tak mungkin bisa mencarinya lagi, aku khawatir anak majikanku akan selesai sekolahnya, dan ia tak mendapati aku di sana,” kata pengawal lain yang masih mengenakan kacamata hitamnya.“Aku pun demikian, sial dimana orang itu berada, cepat sekali pergerakannya,” keluh Max sambil mengacak-acak rambut lurusnya.Kemudian muncul juga pengawal lain yang terlihat panik karena tak menemukan sosok Boz.“Max bagaimana ini, Boz belum juga ditemukan. Ia harus membayar apa yang sud
Petugas paramedis mencabut pisau yang tertancap di punggung Dwayne secara perlahan. Kemudian melakukan tugasnya untuk menghentikan pendarahan.Dua orang pengawal turut serta untuk mendampingi Dwayne berada di rumah sakit, sementara anak majikan mereka akan diurus oleh pengawal yang lain dan ada juga yang masih menunggu di sekolah.Para pengawal itu benar-benar memiliki solidaritas yang tinggi, saling mengerti satu sama lainnya.“Apa dia akan selamat?” tanya salah seornag pengawal pada salah seorang petugas paramedis.“Semoga saja, biar dokter yang akan memberikan pertolongan,” jawab petugas paramedis tanpa melihat ke arah rekan Dwayne.Kedua pengawal yang mendampingi Dwayne itu hanya memandang satu sama lain. Sambil tangan mereka mengepal kuat, memendam dendam terhadap sosok Boz.“Semoga Boz ditemukan dan hancur oleh mereka, ini
“Apa kau mencemaskan sesuatu Vanessa, Sayang?” tanya Leon Ramford sambil merapikan kemejanya setelah ia melepas keringat bersama Vanessa di kamar utama kekasihnya dan suaminya terdahulu.Kamar itu masih sama, hanya saja ranjang dan perabotan lainnya sudah disingkirkan. Vanessa enggan berurusan dengan perabotan-perabotan itu. Ia memilih yang baru seperti kisahnya bersama Leon.Vanessa kembali melirik jam dinding di kamar tidurnya, kemudian memandang ke arah lelaki yang bersamanya sekali lagi.“Ini sudah siang, dan sepertinya anak-anak belum pulang. Pengawal baru yang kau pekerjakan itu tidak mengirimkan pesan padaku kalau mereka sedang dalam perjalanan kemari,” katanya.Leon Ramford hanya tersenyum sinis melihat kekhawatiran kekasihnya. Ia justru menggoda wanita yang tengah berkencan bersamanya ini.“Hmm jadi kau mulai mengkahawatirkan kedua anak itu?
Kedua anak itu pun saling pandang kemudian menunduk, berjalan mengikuti mobil sambil ketakutan. Mereka berdua tidak pernah menyukai sosok Rex yang dinilai begitu arogan. Seorang Rex tak pernah segan untuk memarahi mereka jika bicara tentang ayah mereka.Pernah suatu ketika kedua anak itu menangis di dalam mobil lantaran rindu pada sosok ayah yang selalu menyayangi mereka. Saat terdengar tangisan itu, Rex pun langsung menyiram kedua wajah anak itu tanpa belas kasih. Ia tak peduli kalau pakaian anak itu basah dan membuat mereka kedinginan.Tak cukup sampai di situ, mereka berdua pun diadukan pada Vanessa yang memang ingin memutuskn hubungan kedua anak itu dengan ayah mereka. Mereka berdua pun harus rela mendapatkan pukulan pada pantat dan dikunci dalam kamar.Entah apa yang akan dilakukan oleh Max saat mengetahui kalau mereka berdua mendapatkan perlakuan yang begitu tak baik. Sebagai seorang ayah tentu saja ia tak akan bis
Dada Max tampak naik turun saat mendapati keadaan mobil Vanessa yang tak lagi mulus. Mobil itu adalah hadiah ulang tahun perkawinan yang ia berikan pada istrinya setahun yang lalu, tepatnya istri sah saat menjadi Ernest McCall.Walau setahun lalu tubuhnya hanya berbaring lemah di tempat tidur, tapi jemarinya masih lincah untuk memesan mobil dan melakukan pembayaran secara daring. Alasannya memberi hadiah mahal saat itu karena melihat kesabaran Vanessa yang selalu mendampinginya dan juga bekerja keras menggantikan posisinya di perusahaan. Namun ternyata itu semua hanyalah topeng yang selama ini dipasang pada wajah cantik wanita empat puluh tahun itu.“Siapa yang berani melakukan ini semua?” gerutunya sambil memperhatikan mobil yang ada di depannya.Max pun kembali mengingat-ingat perkataan penjaga sekolah tadi.“Pria berkepala botak, bertubuh kekar dan tatoo pada wajah, pernah sekali