Share

Guru Baru

Rinjani terpaksa membuka matanya perlahan untuk menyambut dunia yang begitu menggelikan. Mahasiswi cantik itu meraih handuk yang tergantung di pintu kamarnya, lalu masuk ke dalamkamar mandi untuk melakukan ritual mandi. Tidak butuh waktu lama, Rinjani keluar dari kamar mandi dan memakai pakaian untuk pergi ke kampus lalu menempelkan sedikit bedak di wajahnya yang sudah terlihat cantik.

Mahasiswi cantik itu menuju ruang makan yang telah di hadiri Rindu dan Linda. Ia tersenyum manis pada kedua wanita yang sangat ia sayangi, dan mengambil posisi duduknya yang tidak jauh dengan Rindu.

“Pagi, Bu! Apa yang akan ibu lakukan seharian ini?” sapa Rinjani pada ibunya.

“Pagi, Rinjani! Ibu belum tau, memangnya ada apa?” ucap Linda lembut pada putri sulungnya.

“Nggak ada sih, cuma mau tanya aja. mungkin aja ibu mau kerja atau apa gitu,” ujar Rinjani sambil memasukkan makanan ke dalam mulutnya.

“Aku berangkat dulu ya bu! Soalnya aku harus mengerjakan tugas yang belum selesai kemarin malam,” Rindu pamit pada Linda untuk berangkat ke sekolah.

Rinjani mengagkat salah satu alisnya, ia merasa Rindu tak menghiraukan dirinya. Akan tetapi pikiran itu segera ia tepis, mahasiswi cantik itu berusaha tidak memikirkan hal-hal yang akan membuat dirinya pusing sendiri.

“Bu, aku pergi dulu ya! takut terlambat,” ujar mahasiswi cantik itu pada Linda.

“Iya, Nak. Kamu hati-hati di jalan ya! belajar yang rajin,” nasehat Linda pada putri sulungnya.

Rinjani keluar dari rumahnya menuju halte yang biasanya ia menunggu bus untuk mengantar dirinya ke kampus. Di halte, ia tidak menemukan Rindu dan membuat dirinya sedikit was-was. Bagaimanapun sikapnya yang terkadang kasar, tetapi sebagai seorang kakak ia masih menjaga keutuhan keluarganya.

Bus berhenti di depan mahasiswi cantik itu, lalu ia masuk ke dalamnya dan duduk dengan tenang. Rinjani menikmati perjalanannya pagi ini yang tidak terganggu oleh siapa pun.

***

Di SMA N 1 Asmara, terlihat tiga siswi cantik yang sedang duduk dan berbincang hangat. Mereka terlihat begitu bahagia tanpa ada masalah apa pun dalam hidupnya masing-masing. Rindu yang ada di antara tiga gadis itu memang berusaha tertawa menutupi semua permasalahan yang ada dalam hidupnya. Gadis cantik itu tak ingin siapa pun mengetahui perihal keluarganya, termasuk kedua sahabatnya.

“Rindu, kamu kenapa gak jadi datang ke rumah aku? kami berdua udah nunggu kamu,” ucap Bintang pada Rindu.

“Maaf, Bintang! Kemarin aku ketiduran, jadi setelah sampai di rumah aku mandi lalu rebahan sebentar. Eh taunya kebablasan tertidur di kasurku yang empuk,” jelas Rindu dengan tawanya yang khas.

Kedua sahabatnya ikut tertawa, bukan karena penjelasan Rindu melainkan terpancing dengan tawa gadis cantik itu yang khas, menggelegar dan sedikit terkikik.

“Aku udah maafin kamu, kok. Lagian ini bukan masalah penting yang harus di perpanjang,” balas Bintang pada Rindu.

“Sebaiknya kita masuk ke dalam kelas, nanti terlambat lagi!” Bulan berdiri dari duduknya dan melangkah menuju kelas.

Tiga gadis cantik itu masuk ke dalam kelas yang terlihat sangat ramai dengan berbagai percakapan yang terjadi antara siswa dan siswi. Rindu dan kedua sahabatnya memutuskan untuk duduk tenang di kursi masing-masing. Di sana sudah ada murid baru yang tersenyum pada mereka dan membuat Rindu mengerutkan keningnya, ia heran oleh sikap Devan yang terlihat sok akrab.

“Hai, nona cantik! Kalian lama banget sih datangnya, aku kan gak punya teman,” sapa Devan pada Rindu dan kedua sahabatnya.

“Memangnya kamu mau berteman sama kami, bukannya tipe teman kamu gak seperti kita ya!” ketus Bulan pada murid baru itu.

“Kata siapa aku milih teman, aku bisa berteman dengan siapa saja kecuali makhluk gaib,” Devan sedikit terkekeh.

Rindu memutar matanya, ia malas mendengar celotehan Devan yang sedikit pun tidak lucu baginya. Gadis cantik itu memutuskan untuk duduk di kursinya dan membuka buku yang akan mereka pelajari hari ini.

Pintu terbuka dengan kedatangan lelaki tampan memakai baju dinas layaknya seorang guru. Para siswi di dalam kelas langsung bersorak kagum melihat lelaki tampan itu, mereka terpesona oleh ketampanan lelaki itu yang terlihat seperti aktor korea.

Berbeda dengan Rindu, ia memilih membaca bukunya dan tidak menghiraukan keributan yang sedang terjadi. Gadis cantik itu tidak penasaran sama sekali pada lelaki tampan yang berada di depan kelas.

“Pagi, semuanya! Sepertinya kalian adalah murid yang selalu bersemangat. Baiklah perkenalkan nama saya Deren,mulai hari ini saya akan menggantikan guru olahraga yang selalu mengajar kalian. Karena saat ini saya tengah melakukan praktek lapangan di sekolah ini. Jadi harap kerja samanya ya!” ucap lelaki tampan itu yang bernama Deren.

“Baik, Pak. Kami akan bersikap baik, karena terlalu tampan untuk disakiti,” ujar salah satu siswi yang ada dalam kelas itu pada Deren.

Deren hanya tersenyum tipis mendengarnya, ia paham dengan kelakuan remaja saat ini. Wajar saja para siswi bersikap begitu, karena mereka sedang berproses tumbuh menuju dewasa.

“Baiklah, teman-teman sekalian! Hari ini kita akan sedikit mengulas teori tentang permainan bola basket. Mohon perhatiannya dalam pelajaran ini, oke!” Deren melanjutkan kegiatan mengajarnya dengan baik.

Seluruh siswa dan siswi mengikuti pelajaran dengan baik dan tenang. Berbeda dengan Devan, ia memilih menutup wajahnya dengan buku dan memposisikan kepalanya di atas meja serta menutup mata. Rindu yang melihat hal itu menggelengkan kepala, ia tidak banyak berkomentar tentang hal itu karena ia merasa bukan urusannya.

Bel berbunyi pertanda waktu istirahat telah tiba. Seluruh siswa dan siswi berhamburan keluar kelas menuju berbagai tempat. Tidak bedanya dengan Rindu dan dua sahabatnya, gadis cantik itu mengemaskan peralatan tulisnya, setelah selesai ia keluar dari dalam kelas.

“Hari ini kita mau makan apa? aku mau menu yang beda,” ujar Bintang pada kedua sahabatnya.

“Aku tergantung kalian aja, asalkan kita makan. Soalnya tadi pagi aku gak cukup sarapan,” balas Rindu pada Bintang.

“Aku ngikut aja, biar gak ribet. Apa pun pilihan kalian, aku setuju,” timpal Bulan pada kedua sahabatnya.

Ketiga gadis cantik itu melangkah menuju kantin tempat biasa mereka nongkrong. Bintang segera memesan makanan, smeentara Rindu dan Bulan duduk di kursi mereka. Tanpa aba-aba, lelaki tampan ikut duduk di sana dengan kedua gadis cantik itu, ia tersenyum dan terlihat sangat manis.

“Boleh saya gabung dengan kalian, di sana terlalu bising sehingga saya tidak selera untuk makan,” ujar lelaki tampan itu yang tak lain adalah Deren.

“Boleh, Pak. Silahkan duduk dan jaga ketenangan yang ada di sini!” balas Bulan pada Deren.

“Baiklah, dan terima kasih. Saya tidak akan menyebabkan keributan di sini, karena saya juga suka ketenangan seperti kalian,” Deren duduk dengan tenang.

Bintang datang dengan senyuman manis yang mengembang di bibirnya. Ia segera menghidangkan makanan di atas meja dengan baik dan sopan, sehingga kedua sahabatnya tiak berkomentar dengan sikapnya yang terkadang sedikit ceroboh.

“Oalah, rupanya kita kedatangan tamu baru, ya! selamat datang di meja kami, Pak. Semoga anda merasa tenang dan damai, layaknya hidup kami,” ucap Bintang dengan sopan pada Deren.

“Terima kasih, Bintang. Saya senang berada di antara kalian,” balas Deren dengan senyumnya yang terlihat sangat manis.

“Udah, kamu duduk aja! ayo kita makan, sebentar lagi masuk aku gak mau kita terlambat,” tukas Bulan pada BIntang yang masih senyam-senyum tidak jelas.

Rindu hanya diam sepanjang pembicaraan kedua sahabatnya dengan lelaki tampan yang duduk bersama mereka. Ia enggan untuk membuka mulutnya untuk ikut serta dalam perbincangan yang kurang bermanfaat menurut gadis cantik itu.

Selama proses makan, Deren diam-diam memperhatikan Rindu yang sejak kedatangan dirinya hanya diam seribu bahasa. Gadis cantik itu hanya menyimak perbincangan yang terjadi dan melanjutkan kegiatannya saat makanan sudah datang.

Rindu beranjak lebih dulu dari tempat itu, karena ia sudah selesai dengan makan siangnya. Gadis cantik itu melangkah keluar kantin dan duduk di kursi yang ada di depan kelas yang masih terlihat kosong. Ia memejamkan matanya mencoba menenangkan pikirannya yang sedang kalut dengan permasalahan keluarganya.

“Rindu, kamu tidur di sini? memangnya semalam kamu gak tidur?” tanya Bulan pada sahabatnya.

Rindu membuka matanya secara perlahan mendengar suara yang menyapa dirinya. Ia tersenyum manis pada sahabatnya, seolah Rindu ingin jika Bulan tidak bertanya lebih jauh padanya.

“Aku merasa sangat kenyang, sehingga butuh sedikit sandaran. Aku tidak tidur, hanya memejamkan mata sementara,” jawab Rindu lembut pada Bulan.

Bintang merangkul bahu kedua sahabatnya dari belakang. Rindu dan Bulan tidak heran dengan tingkah Bintang yang bersikap sedikit tengil. Dengan adanya Bintang, suasan dingin antara mereka kerap kali menjadi canda dan tawa yang dapat menghibur diri mereka masing-masing.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status