Arya masih diam dan melihat saat Cahaya biru itu memancar dari kitab ilmu kanuragan yang diberikan padanya.
Dan pada saat itulah sesuatu terjadi pada kitab itu, yang mana perlahan-lahan muncul sebuah pedang pusaka yang memiliki pamor yang sangat menakutkan. "Tidak mungkin!" kata Arya dan mendekat ke arah pedang itu. Jledaaarrrrrrr!!! Suara ledakan yang begitu dahsyat terdengar saat Arya memegang gagang pedang itu, dan itu sungguh suara ledakan yang sangat dahsyat. "Apa maksudnya ini?" tanya Arya, dan masih terus pegangi gagang pedang yang baru saja keluar dari kitab pusaka itu. Bahkan, tanpa ragu, Arya mencabut pedang itu, dan pamor yang begitu kuat pun dirasakan oleh Arya keluar dari pedang itu. Jledaaarrrrrrr! Suara ledakan yang lebih keras lagi terdengar, dan itu lebih keras dari ledakan yang sebelumnya. "Pedang urat petir!" ucap Arya membaca nama pedang itu di bilah pedang yang baru saja dia cabut itu. Hanya sesaat saja tulisan itu ada di bilah pedang itu, karena setelah itu, tulisan itu perlahan-lahan mulai memudar dan akhirnya hilang tanpa bekas. "Apakah ini pasangan dari jurus-jurus yang aku pelajari selama ini?" kata Arya dan melihat ke arah pedang pusaka yang baru saja dia dapatkan itu. Haaaaaaaaaaa!! Arya alirkan tenaga dalam, dan luar biasanya, pedang itu merespon dengan menujukkan cahaya biru yang sungguh sangat kuat. "Ini dia, tidak salah lagi! Ini yang aku butuhkan!" kata Arya karena memang dia belajar ilmu pedang hanya dengan kayu yang dia buat seperti pedang. Tapi dengan adanya pusaka yang baru itu, membuat Arya kini akan lebih mudah untuk belajar ilmu kanuragan, dan juga untuk menyempurnakan ilmu pedang yang saat ini sedang dia pelajari. "Dengan pedang ini, maka semuanya akan lebih mudah, dan aku pastikan kalau aku akan menguasai semua jurus pedang ini!" kata Arya. Ada keyakinan besar di mata anak muda itu, dan keyakinan itu juga karena pedang baru yang dia miliki, semua yang dia dapatkan sunguh memberikan dirinya keyakinan yang baru. *** Dunia persilatan yang begitu luas, dan memiliki banyak misteri yang tak mungkin bisa dibuka semuanya. Bahkan pendekar terkuat sekali pun belum tentu mampu mengarungi luasnya dunia persilatan, dan dunia mayapada ini. Para pendekar yang berada di dunia persilatan, selai berlomba-lomba untuk menjadi yang terkuat, dan menjadi yang terbaik. Karena hal itulah, ada tingkatan-tingkatan yang harus dilewati oleh seorang pendekar demi bisa mencapai posisi tertinggi di dunia persilatan. Tingkat paling lemah dari semua tingkatan kependekaran, yaitu pendekar pemula. Setelah itu, tingkatan pendekar ahli, dan dilanjutkan dengan tingkatan pendekar perak. Diatasnya sudah masuk pendekar langit, dan pendekar raja. Tapi ini masih termasuk tingkatan yang biasa saja. Pendekar raja langit, adalah tingkatan pendekar kelas menengah, dan tingkatan ini juga memiliki beberapa tahapan yang harus dilewati untuk bisa mencapainya tingkatan yang lebih tinggi lagi. Pendekar dewa, dikatakan sebagai pendekar tingkat tinggi, dan saat ini pendekat dewa memang yang terkuat di dunia persilatan. Namun, masih ada tingkatan yang lebih tinggi, yaitu Pendekar Raja Dewa, namun ini sudah jarang ditemukan di negeri tempat berada Arya hidup. Tapi tidak bisa dipungkiri kalau para pendekar dewa ini masih ada meskipun bisa dihitung dengan jari. Tapi sayangnya, mereka memilih untuk menyembunyikan keberadaan mereka, karena sudah merasa tak memiliki tantangan lagi di dunia persilatan. Selain tingkatan kependekaran itu, ada hal lain yang akan membuat seseorang mencapai puncak dunia persilatan. Hal lain itu adalah bakat dan potensi yang dimiliki seseorang, karena inilah hal dasar bagi seseorang. Sekuat apapun seseorang berlatih, jika tanpa bakat dan potensi yang besar, dia tak akan mampu berhasil mencapai puncak di dunia persilatan. Selain itu, ada satu hal lagi yang menjadi acuan sebagai peningkatan kemampuan seorang pendekar. Hal itu adalah tulang yang ada pada orang itu, karena tulang juga menjadi salah satu pondasi dasar bagi seorang pendekar. Arya, dahulu hanya seorang pemuda yang tak memiliki bakat dan potensi, tidak hanya itu, Arya juga memiliki kualitas tulang yang sangat rendah. Hal itulah yang membuat Ki Badrun langsung memvonis Arya kalau pemuda itu tidak akan pernah menjadi seorang pendekar di masa depan. Tapi, dengan adanya berkah petir yang diberikan pada Arya, itu membuat tubuh anak muda itu menjadi sangat istimewa, dan sungguh hal yang tak akan terduga oleh Ki Badrun. Jika saja dia tahu, pasti dia akan memanjakan Arya, dan kemungkinan besar pula, Arya tidak akan berlatih di dalam hutan yang sangat sepi itu. *** "Luar biasa! Semua petunjuk di kitab ini benar-benar sangat luar biasa!" kata Arya. Saat ini Arya telah mencapai kualitas tulang yang sangat tinggi, dan semua itu karena Arya terus ikuti petunjuk yang ada di kitab itu. Kualitas tulang Arya saat ini sudah mampu melawan pendekar ahli tanpa harus gunakan tenaga dalam. Kualitas tulang memang membuat kekuatan fisik seseorang berlipat ganda, dan itulah yang saat ini sedang dialami oleh Arya. Di kitab itu dijelaskan bagaimana seseorang untuk mencapai dan meningkatkan kualitas tulangnya, dan semua petunjuk itulah yang diikuti oleh Arya. Dan yang paling beruntung adalah, hutan yang ditakuti oleh orang-orang itu menyimpan sumber daya yang sangat berlimpah, hingga Arya tak harus susah payah untuk mencari semua bahan-bahan yang dia butuhkan untuk meningkatkan kualitas tulangnya. Dari buah langka, yang jarang ditemukan, hingga mustika siluman, semua itu berada di hutan itu, dan semua itu seperti disediakan untuk Arya yang berlatih di dalam hutan itu. "Luar biasa!" teriak Arya dan kepalkan tangannya ke atas. Bammmmmmm!! Tanpa ragu, Arya hantam sebuah pohon besar, dan itu tanpa menggunakan sedikit pun tenaga dalam. Krakkk!! Pohon itu bergetar kuat, dan tiba-tiba saja tumbang karena kuatnya pukulan dari Arya. "Hebat!" ucap Arya memuji kemampuan yang ia miliki. Selain sudah meningkatkan kualitas tulangnya, saat ini Arya juga sudah mencapai tingkatan kependekaran yang cukup tinggi, dan itu membuat ia yakin kalau dia sudah mampu bertahan di dunia persilatan. "Apakah sudah saatnya aku meninggalkan hutan ini?" ucap Arya dengan wajah yang yakin. Dengan adanya pedang urat petir, dan juga kemampuan yang meningkat dalam empat tahun, itu membuat Arya merasa yakin kalau dia pasti bisa bertahan di dunia persilatan. "Mungkin memang sudah saatnya!" kata Arya dan membulatkan keputusan untuk keluar dari dalam hutan itu. Tanpa ada lagi keraguan, Arya meninggalkan hutan itu, dan mencari jajan untuk datang dari pintu masuk perguruan matahari. "Aku tidak akan datang dari belakang, tapi aku akan datang dari depan! Perguruan Matahari, dan Guru Sanjaya! Aku datang!" ucap Arya.Saat mata Arya kesana-kemari mencari kebenaran akar dewa, matanya malah melihat sesosok tubuh sedang duduk bersemedi di satu sisi dari bukit Gunung Hunian itu."Apakah dia manusia? Atau hanya sosok yang menjelma jadi manusia?" gumam Arya.Arya terus menatap ke arah sosok itu, dan penasaran dengan sosok asli dari yang terlihat dari kejauhan itu.Huppppp!Arya melompat dan memutuskan untuk melihat langsung sosok itu. Dan dalam beberapa lompatan saja, Arya sudah berada di hadapan orang yang bersemedi itu.Arya diam, dan memandangi orang itu dengan tatapan yang tajam. Sosok yang di hadapan Arya saat ini adalah seonggok tubuh berdaging manusia.Arya tidak berani untuk bicara ataupun mengganggu semedi orang itu, dan Arya bersemangat saat melihat ada tumbuhan yang mirip akar dewa di belakang tubuh lelaki tua itu."Ada di sini, ternyata memang di sini. Aku tidak sia-sia datang ke bukit Gunung Hunian ini," kata Arya bicara sendiri.Tapi, tidak ada jalan menuju letak akar dewa itu selain memind
"Kenapa aku harus menjaga dia? Bukankah dia bisa menjaga diri sendiri? Dan satu lagi, kau kan ada bersama dia," tanya Nyai Lin."Aku harus pergi, Nyai!" kata Arya."Pergi dan tinggalkan gadis itu? Apa yang kau cari?" tanya Nyai Lin."Obat!" jawab Arya."Obat? Untuk siapa?" tanya Nyai Lin."Untuk diriku, Nyai Lin!" jawab Putri Yung Yen.Semua yang ada di kediaman Nyai Lin kaget dengan jawaban Putri Yung Yen. Mereka melihat kalau Putri Yung Yen adalah seorang yang sehat dan tidak terlihat sedikit pun menyimpan penyakit.Mau tak mau, Arya menceritakan sakit yang diderita Putri Yung Yen.Saat Arya bicara dan menjelaskan tentang sakit yang diderita Putri Yung saat ini, semuanya terdiam, menunduk, dan tidak dapat bicara. Semua yang ada di kediaman Nyai Lin itu bungkam."Apakah Nyai Lin bersedia membantuku?" tanya Arya."Biarkan dia satu kamar denganku," kata Ming Feng menjawab pertanyaan Arya.Arya akhirnya bernapas lega dan menatap ke arah Ming Feng dengan tatapan yang sangat lembut."Teri
Semua mata menatap ke arah suara yang cukup berat itu, dan semua orang heran melihat cara berpakaian orang itu. Dia berpakaian layaknya bukan orang dari negeri Burma.Lelaki itu masuk, dan di belakang lelaki itu, ada dua orang lagi yang memiliki pakaian yang sama seperti yang dipakai lelaki itu."Aku tidak suka dengan orang yang pamer kekuatan. Jika ingin pamer kekuatan, hadapi aku," kata lelaki itu lebih lanjut dan dia bicara tepat di depan wajah Tengkorak Putih.Tengkorak Putih hanya menanggapi perkataan lelaki itu dengan dengusan dari hidungnya, seolah tidak peduli dengan lelaki yang baru datang itu.Tengkorak Putih balik badan, dan tidak memperdulikan sedikit pun. Tapi belum juga tubuhnya berbalik tiga ratus enam puluh derajat, secara tiba-tiba, Tengkorak Putih menyerang lelaki yang baru datang itu."Jangan asal menantang orang yang tidak kau kenali siapa!"Haaaaaaaaaaa!Tengkorak Putih memberikan satu pukulan yang keras pada lelaki berpakaian aneh itu.Tappppp!Tapi di luar dugaa
Kabar tentang terlihatnya kijang dewa di danau rawa maut akhirnya tersebar dari mulut ke mulut, dan itu membuat banyak pendekar berdatangan ke kota Widur, kota yang paling dekat dengan danau rawa maut.Dua ekor kuda hitam dan putih berjalan beriringan, dan keduanya adalah sepasang manusia yang memiliki paras cantik dan tampan."Maaf paman! Apakah kota ini kota Widur?" tanya pemuda yang berpakaian kuning emas."Benar anak muda, apa kau seorang pendekar?" tanya lelaki tua yang menjawab pertanyaan anak muda itu."Bisa dibilang iya, paman," jawab pemuda itu heran dengan pertanyaan orang tua itu."Paman! Kenapa paman bertanya aku seorang pendekar atau tidak?""Jika kau seorang pendekar, saat memasuki kota Widur ini, sebaiknya kau berhati-hati!" kata orang tua itu."Kenapa paman?""Saat ini kota sedang dipenuhi oleh pendekar dari seluruh golongan yang ada di negeri ini," jawab lelaki itu.Pemuda berpakaian kuning emas itu mengerutkan dahinya, heran dengan maksud ucapan lelaki itu."Kenapa b
Ketua Chu Cai dan Ki Barata terlihat puas setelah berhasil menaikkan praktek tingkat kependekaran dari tuan muda Yun Ji. Dan itu adalah modal awal bagi Yun Ji untuk menjadi penerus mereka berdua, sekalian jadi penerus Sekte Naga Hitam.Belum juga kebahagiaan atas keberhasilan tuan muda Yun Ji yang sudah berhasil melewati batas kependekaran dari pendekar perak selesai dirasakan, sudah ada kabar yang lebih membuat mata ketua Chu Cai berbinar dan wajahnya sangat bahagia."Ada apa Ketua Chu Cai?" tanya Ki Barata karena melihat perubahan wajah ketua Chu Cai yang terlihat lebih cerah."Ini kabar yang bagus, kabar yang sangat bagus," jawab ketua Chu Cai."Ada apa? Jelaskan padaku!" pinta Ki Barata dengan wajah penasaran."Di sebuah kota di negeri ini, terlihat kijang dewa," jawab ketua Chu Cai."Kijang dewa? Pusaka pakaian kijang emas!" seru Ki Barata tak percaya."Benar! Itu adalah pusaka pakaian kijang emas," kata ketua Chu Cai mempertegas.Wajah Ki Barata terlihat sumringah, tapi dia tida
Wajah Tuan Muda Yun Ji tampak begitu antusias saat Ketua Chu Cai, ayah angkatnya, mengatakan bahwa ia dan Ki Barata akan memberikan sesuatu padanya."Apa itu, Ayah?" tanya Yun Ji dengan penuh semangat.Ia tahu, Ki Barata selalu memberikan sesuatu yang sangat berharga kepadanya."Ikuti kami!" ucap Ketua Chu Cai sambil berjalan lebih dahulu.Yun Ji berjalan di samping Ki Barata."Paman Barata, apa yang akan Paman dan Ayah berikan padaku?" tanyanya ingin segera tahu."Ikut saja dulu, Keponakanku. Kau akan tahu nanti," jawab Ki Barata dengan tenang."Apa Paman tidak bisa memberitahuku sekarang?" tanya Yun Ji lagi."Kami akan memberikan sesuatu yang tak bisa dilihat dengan mata," jawab Ki Barata."Sesuatu yang tak bisa dilihat dengan mata?" Yun Ji tampak bingung."Itu sebabnya, kau ikut saja dulu. Nanti kau akan mengerti," sahut Ki Barata.Mereka berjalan melewati ruangan demi ruangan hingga akhirnya tiba di ruang utama milik Ketua Chu Cai."Duduklah, Putraku," kata Ketua Chu Cai.Yun Ji,