LOGIN"Aku ... tidak mati?" Mu Zehuai bergumam setelah sadar bahwa dirinya masih hidup. Kemudian, dia berusaha bangkit dari posisinya.
Reflek Mu Zehuai menyentuh area bahunya yang terluka sembari meringis kesakitan. "Argh ... Sshh ...." Matanya mengerjap. Kelopak matanya bergerak-gerak memindai pemandangan asing di sekelilingnya. Selain cahaya rembulan dan hamparan bintang-bintang di langit malam yang tampak dari celah lubang di atas, semuanya gelap gulita. Ingatan terakhirnya sampai pada saat Zhang Ruling menembakkan panah hingga berhasil menembus bahu kirinya. Selanjutnya, entah bagaimana caranya dia bisa berakhir di tempat ini. Mu Zehuai menoleh ke samping. "Apa ini?" Dia mendapati sebuah benda yang menyerap cahaya bintang dari langit. Benda itu berkedip beberapa kali. Rasa penasarannya menggebu-gebu, lalu segera memungut benda itu. Ternyata, benda itu tidak lain hanyalah sebuah buku yang telah usang. Tulisannya pudar, tidak jelas, nyaris tidak bisa terbaca oleh orang biasa. Akan tetapi, dia adalah Mu Zehuai, orang paling berbakat di dunia persilatan. Dengan ilmu batinnya, dia berusaha menerawangi jejak masa lalu yang tertulis di buku itu. "Ilmu Suk ... ma Penghan ... cur Ha ... ti?" Mu Zehuai mengeja kata demi kata yang tertulis di sampul buku lusuh itu. Deg! Mu Zehuai terhenyak. Jantungnya berdebar hebat. Matanya yang terpejam sontak terbelalak lebar tatkala menyadari betapa berharganya benda di tangannya ini. "Ini ... Kitab Ilmu Sukma Penghancur Hati yang legendaris itu?! Tidak mungkin! Apa aku sedang bermimpi?" Ada beragam rumor yang beredar di dunia persilatan. Salah satunya yaitu tentang Kitab Ilmu Sukma Penghancur Hati— sebuah kitab legendaris yang dikemas dengan rumor berlebihan. Ilmu Sukma Penghancur Hati dicap sebagai ilmu terkutuk. Konon katanya, orang yang pernah menemukan kitab ini pernah menjadi orang terkuat yang mendominasi dunia, tetapi dia berakhir kehilangan jiwa dan pikiran, menjadi gila dan bahkan mati dalam kondisi tidak wajar. Rumor tentang kekuatan dahsyat kitab ini telah menyebar luas di dunia persilatan, membangkitkan keserakahan hati manusia di berbagai penjuru. Mereka tergoda untuk mencari jejak keberadaannya. Namun sejauh ini, keberadaan Kitab Ilmu Sukma Penghancur Hati masih menjadi misteri. Beberapa orang lebih percaya bahwa kitab legendaris yang disebut-sebut hanyalah mitos belaka. Namun, sebagian orang juga percaya bahwa kitab ini disembunyikan di tempat misterius demi menunggu sosok yang telah ditakdirkan. Bagi mereka yang berpikiran waras, mereka berharap jika kitab terkutuk ini sebaiknya tidak pernah muncul lagi di dunia persilatan. "Benda yang paling didambakan semua orang, ternyata malah berakhir di tanganku. Apa ini yang disebut takdir? Jika aku berhasil mempelajarinya ... mungkinkah aku bisa ...." Mu Zehuai sengaja menggantung ucapannya. Tanpa perlu mengatakannya, sorot matanya seolah menyiratkan ambisi terselubung. Meskipun semua ini nyata, Mu Zehuai masih kesulitan untuk mempercayai keberuntungannya. Bukan hanya tidak mati, tetapi Mu Zehuai justru mendapatkan sebuah harta pusaka yang tidak ternilai harganya. *** "Sial! Jelas-jelas panahku tepat sasaran, tapi kenapa jejaknya malah menghilang?" geram Zhang Ruling. Nada bicaranya terdengar ketus disertai rasa tidak rela. Selama 3 hari, 3 malam, Zhang Ruling dan para pengikutnya tidak henti mencari-cari keberadaan Mu Zehuai. Matahari bahkan belum terbit sepenuhnya, tetapi mereka tidak berhenti mencari jejak keberadaan Mu Zehuai. Sungguh aneh tapi nyata. Setelah tertembak panahnya, Mu Zehuai yang seharusnya terluka parah justru menghilang tanpa jejak bagaikan ditelan bumi. Meskipun demikian, pencarian tetap terus dilakukan. Tiada yang tahu bahwa Mu Zehuai sebenarnya tidak menghilang, dia ada lubang bawah di sekitar mereka. Hanya saja, keberadaannya tertutup oleh formasi ghaib. "Kalian! Cari yang benar! Kalau sampai hari ini dia masih belum ditemukan juga, kita akan dikubur bersama!" perintahnya sambil mengancam. "Aku penasaran ... sebenarnya apa yang membuat Anda harus mengerahkan banyak tenaga demi mencari seorang pengkhianat sepertinya. Apa mungkin Mu Zehuai sepenting itu bagi Tuan Muda Zhang?" Tang Huang mendekat, berusaha menggali informasi dari Zhang Ruling. Bola mata Zhang Ruling memutar, melirik Tang Huang yang telah berdiri sembari melipat tangan di samping kanannya. "Dia hanya orang yang hampir mati, sama sekali tidak berguna bagiku. Tapi ...." Seketika Zhang Ruling berhenti melanjutkan ucapannya. "Tapi kenapa?" tanya Tang Huang karena semakin penasaran. Zhang Ruling menarik setengah bibirnya. "Bukan urusanmu." Dari awal dia tidak ingin memberi informasi apa pun. Membuat Tang Huang tersiksa rasa penasaran adalah tindakan yang disengaja. Terlalu banyak bicara adalah sebuah kelalaian. Terlebih lagi, orang di sampingnya ini sempat bertarung mati-matian dengannya, walaupun pada akhirnya pertarungan harus disudahi karena sang target telah melarikan diri. "Apa kalian mencariku?" Suara yang mencuri perhatian itu sontak membuat semua orang mendongak ke atas. "Itu dia!" tunjuk salah seorang prajurit kepada sosok pria yang sedang menangkring di dahan pohon. Alis tebal Tang Huang mengernyit karena merasakan aura kejanggalan. "Mu Zehuai?" "Mu Zehuai!" Zhang Ruling menyerukan nama itu dengan nada tinggi seperti sedang meledak-ledak. "Tunggu!" Tatkala Zhang Ruling hendak maju selangkah, tubuhnya langsung dihadang oleh lengan Tang Huang. Dia berniat untuk menahan Zhang Ruling supaya tidak bertindak gegabah. Zhang Ruling menatap nyalang wajah Tang Huang. "Apa yang kaulakukan? Minggir!" murkanya. "Tuan Muda Zhang, hati-hati. Ada yang tidak beres dengannya." Tang Huang memang jauh lebih peka. "Kurasa kau yang sudah tidak beres!" balas Zhang Ruling, lantas mengangkat busur naga emas di genggamannya. Tali busur ditarik, posturnya tegak, siap membidik sosok Mu Zehuai yang sedang santai merebahkan tubuhnya di atas dahan pohon akasia. Whoooshh! Zhang Ruling melepaskan anak panahnya. Set! Dengan satu telapak tangannya, sangat mudah bagu Mu Zehuai menahan anak panah itu. Anak panah yang diluncurkan Zhang Ruling bukanlah anak panah biasa. Kecepatannya lebih cepat dari angin dan lebih tajam dari pedang. Tekanan kekuatannya lebih dari 500 Kg. Dia adalah murid dari akademi bela diri ternama. Kemampuan memanahnya masuk peringkat ke-3 dalam daftar para ahli pemanah. Tingkatan bela dirinya telah mencapai tahap pembentukan fondasi, dipadukan kemampuan memanahnya, bahkan Tang Huang yang memiliki tahap bela diri yang sama pun kesulitan untuk melawannya. Namun, Mu Zehuai justru menahannya hanya dengan satu telapak tangan? Melihat anak panah itu mengambang di udara, mereka yang menyaksikannya serentak dibuat tercengang. "Tidak mungkin!" Zhang Ruling menolak percaya ketika melihat penampakan di hadapan mata. "Sudah kuduga. Memang ada yang tidak beres dengan anak itu." Tang Huang semakin yakin bahwa Mu Zehuai memanglah seseorang yang tidak pantas dibiarkan hidup. "Jika kalian berani masih berani melawanku, akan kubuat tubuh kalian seperti panah ini," cetus Mu Zehuai. Telapak tangannya mengepal, bersamaan dengan anak panah yang mengambang pun seketika hancur lebur menjadi abu. "Benarkah?" sahut suara sosok lain. Hanya mendengar suaranya saja, gendang telinga terasa sangat tersiksa. Ini adalah tanda-tanda kemunculan seorang ahli di tingkat Tranformasi Ilahi, sang Dewa Pedang Suara. "Aarrgghhh!" "Arrggghhh!" Para prajurit itu mengerang.Tepat pada waktu Hai, malam hari di kediaman Chu Linglong— sang hakim daerah Han Gu. Mu Zehuai datang bertamu secara terang-terangan lewat pintu depan gerbang. Sorot matanya tajam, sekelebat melirik sosok pria gagah yang berdiri kokoh di atas batang pohon persik di halaman samping kediaman. Tangannya menggenggam erat sebuah senjata berwujud payung hitam. Kain hitam membalut wajahnya, sorot matanya dingin, ditambah topi jerami menghiasi kepalanya. Menambah kesan misterius laksana sang dewa kematian. "Fu Zihan ternyata datang juga. Tampaknya, misi malam ini tidak mudah." Mu Zehuai bergumam. Tatapannya lurus, tajam menghunus, seolah sedang menanti sebuah kejutan mendebarkan. Pembawaannya tetap tenang bagaikan air tak beriak. Fu Zihan memicingkan mata. Sorot matanya menatap sengit kala mendapati kehadiran musuh bebuyutannya. "Bisa-bisanya malam ini bocah tengik ditugaskan bersamaku. Sungguh sial!" Fu Zihan menggerutu. Rahangnya mengerat. Geram setiap kali mencium udara di
"Akan kupenggal pengkhianat ini dan mempersembahkan kepalanya kepada para leluhur!" cetus Ming Chi. Bibir tipis Mu Zehuai mengukir senyum semirik. Alis tebalnya yang berbentuk runcing naik sebelah. Sorot mata tajamnya mempertegas kesan wajahnya yang berkarakter. "Bagus! Genarasi muda yang punya ambisi!" pujinya terhadap keberanian Ming Chi. Sikap pemberani Ming Chi membuatnya sedikit tertarik untuk meladeninya hingga tuntas. Tubuh Ming Chi mengambang di udara, sementara pedang di tangannya berayun-ayun, membentuk pusaran angin kencang. Pedangnya mengganda menjadi 5 bayangan. Aura pedang di tangannya memancarkan keinginan membunuh yang sangat kuat. Namun di mata Mu Zehuai, keagresifan adalah sebuah celah kelemahan yang mudah ditaklukkan. "Matilah!" Pedang-pedang itu melesat ke arah Mu Zehuai. Pusaran angin pedang menghunus secepat kilat. Bayangan pedang memantul tertangkap bola mata jernih Mu Zehuai, seketika membeku tepat di hadapan wajahnya. Mu Zehuai menahan sera
Bulan purnama menggantung di langit. Kilauan emasnya memancarkan cahaya yang terang benderang. Di bawah sinar rembulan, tepat di ujung pucuk pohon bambu, tampak sosok pria berpakaian merah cerah sedang duduk santai menikmati kue bulan seorang diri. Pemandangan malam di tengah hutan bambu terasa sunyi senyap. Di tengah kesunyian, telinga tajamnya mendengar gemerisik suara langkah kaki menginjak dedaunan kering. Semakin lama ritmenya semakin terdengar jelas di telinga. "Haih ...," keluhnya sambil menghela napas. Deru napasnya terdengar berat, seolah menyiratkan emosi yang tak terungkapkan. "Kupikir malam ini waktu yang tepat untuk menikmati kue bulan dengan tenang, tapi ternyata ... datang lagi sekelompok pengganggu," gumamnya lantas beranjak dari tempatnya. Mu Zehuai terjun dengan anggun, mendarat di atas tanah sembari memantau dari balik rerimbunan pohon bambu tua. Dari kejauhan, indera penglihatannya yang tajam berhasil menyoroti sekitar 5 sosok pemuda dari sekte aliran
Semua orang merasa tertekan, apa lagi para prajurit yang tidak memiliki basis kultivasi. Tangan mereka langsung menyumpali lubang telinga. Saking tidak tahannya dengan tekanan suara, para prajurit itu sampai berguling-guling di atas tanah. Zhang Ruling dan Tang Huang segera mengatur keseimbangan energi di tubuh mereka. Sedangkan Mu Zehuai tetap berbaring tenang sembari memejamkan mata. Dari luar tampak tenang, tetapi sebenarnya dia sedang sibuk mengontrol kedua energi yang saling bertentangan di dalam tubuhnya. Dua energi itu sedang bergejolak hebat. 'Kenapa energi di dalam tubuhku sangat sulit dikendalikan? Sungguh sial!' gumam Mu Zehuai dalam hati. Bagaimana pun, Ilmu Sukma Penghancur Hati adalah sumber kekuatan yang sangat jahat dan bertentangan dengan ajaran lurus yang pernah dilatih Mu Zehuai di Sekte Bulan Misterius. Keduanya saling berbentrokan bagai api melalap dan air memadam. "Pada akhirnya, Ilmu Sukma Penghancur Hati tetap muncul di dunia persilatan," ucap seo
"Aku ... tidak mati?" Mu Zehuai bergumam setelah sadar bahwa dirinya masih hidup. Kemudian, dia berusaha bangkit dari posisinya. Reflek Mu Zehuai menyentuh area bahunya yang terluka sembari meringis kesakitan. "Argh ... Sshh ...." Matanya mengerjap. Kelopak matanya bergerak-gerak memindai pemandangan asing di sekelilingnya. Selain cahaya rembulan dan hamparan bintang-bintang di langit malam yang tampak dari celah lubang di atas, semuanya gelap gulita. Ingatan terakhirnya sampai pada saat Zhang Ruling menembakkan panah hingga berhasil menembus bahu kirinya. Selanjutnya, entah bagaimana caranya dia bisa berakhir di tempat ini. Mu Zehuai menoleh ke samping. "Apa ini?" Dia mendapati sebuah benda yang menyerap cahaya bintang dari langit. Benda itu berkedip beberapa kali. Rasa penasarannya menggebu-gebu, lalu segera memungut benda itu. Ternyata, benda itu tidak lain hanyalah sebuah buku yang telah usang. Tulisannya pudar, tidak jelas, nyaris tidak bisa terbaca oleh orang bia
"Di sana!" "Kejar!" Seorang remaja laki-laki berpakaian compang-camping berlari tergopoh-gopoh. Dia mengerahkan segenap jiwa dan raga, demi menghindari kejaran para pendekar yang siap merenggut nyawanya kapan saja. Mentari hampir terbenam. Semburat cahaya jingga bersinar di ufuk barat, sedangkan pemuda itu terus menerjang hamparan rumput ilalang yang tajam. Tubuhnya basah kuyup bagai sedang mandi keringat. Deru napasnya tak beraturan disertai peluh yang kian bercucuran membasahi pelipis dan sekujur tubuhnya. "Tangkap dan bunuh dia!" "Jangan biarkan dia sampai lolos!" Sekitar puluhan orang mengejar di belakang, mereka adalah murid dari berbagai sekte aliran lurus yang memiliki tingkat bela diri terendah. Andaikan dihadapkan oleh seorang ahli, pemuda itu pasti sudah lama mati mengenaskan. Hosh ... Hosh ... Hosh ... Tenaga dalamnya terkuras habis. Energi sejatinya terluka parah, sedangkan kekuatan fisiknya mulai melemah. Tubuhnya dipenuhi memar, luka dan noda







