Mag-log inLangit di atas Frost dan Fire bergetar serempak. Di sisi utara, tim pertama bergerak di bawah kabut es tebal. Caitlin berdiri di puncak tebing kristal, tubuhnya bersinar kebiruan. Namira dan Michella berdiri di belakangnya, menjaga aliran energi agar tetap stabil, sementara Ginora ikut membantu dengan menyalurkan sebagian aura pelindungnya.“Fokus, Caitlin,” ujar Namira lembut. “Biarkan elemen Frost mengenalmu... bukan kau yang memaksanya tunduk.”Caitlin menutup mata. Dari permukaan es di bawah kakinya, arus spiritual mulai merambat naik, menyelimuti tubuhnya. Butiran es menari-nari di udara, membentuk lapisan pelindung seperti jubah bintang. Michella menatap kagum, namun saat gelombang energi itu beresonansi, Ginora justru merasakan sesuatu yang lain di dalam dirinya, kekacauan halus, energi putih bercampur hitam yang berdenyut di dada.“Aku… aku merasakan sesuatu aneh…” desis Ginora pelan. “Seperti... ada dua kekuatan yang saling menolak tapi juga saling mencari.”Namira memegang b
Ruang takhta istana Frost berkilau biru pucat saat komunikasi lintas dimensi terbuka. Sosok hologram 6D Axel muncul di hadapan Lord Nawkin, diapit oleh empat istrinya yang berdiri dengan wajah tegas namun tenang. Di sisi lain, Nawkin berdiri tegap dengan jubah kebesaran berlapis es murni, sementara pasukan penjaga elit berlutut di sekeliling ruangan.“Tuan Axel, kenapa kau tidak datang langsung?” Lord Nawkin menatap tajam, merasa ada yang berbeda antara hologram Axel di depannya dengan Axel yang ia temui sebelumnya.“Maaf, Lord Nawkin. Aku adalah clone Axel yang sedang dalam misi di Planet Fire. Aku akan mengirimkan laporan penting padamu... tentang Lord Bargas, sahabatmu.”“Baiklah, laporanmu diterima. Katakan, apa yang sebenarnya terjadi di Planet Fire?” suara Nawkin berat dan penuh tekanan spiritual.Axel menunduk hormat. “Lord Nawkin, sesuai penyelidikan empat agen khususku, situasi di sana sangat genting. Paviliun Ratu Nhadi bukan sekadar pusat kekuasaan, melainkan penjara hidup
Mereka mengendap dengan hati-hati, meskipun Kael dan Roga merasakan energi mereka, namun berkat sistem penyembunyian diri dari SSC mereka tidak bisa melihat keempat gadis cantik itu.Mereka bergerak perlahan menuju pintu keluar, dan saat mereka melihat celah, Vania berbisik, "Lari."Empat gadis itu melesat cepat, dan kembali ke pesawat mereka. Lalu tanpa menoleh, mereka melesat meninggalkan Planet Fire dan kembali ke pesawat utama, Aolenric Lerion Prime....Setelah empat istri Axel yang berhasil menyusup kembali dengan selamat ke Aolenric Lerion Prime, Axel segera mengumpulkan mereka di ruang kendali. Hologram Planet Fire memancarkan cahaya merah keemasan, memantul di wajah Nevada, Lyra, Laxia, dan Vania.“Bagus, kalian kembali dengan selamat,” ujar Hologram 6D Axel dengan tenang. “Sekarang saatnya menganalisis semua data yang kalian dapat dari paviliun Nhadi. Tujuan: memberi Lord Nawkin gambaran lengkap kondisi Planet Fire dan ancaman tersembunyi.”Nevada menatap layar hologram yang
Ruang kendali Aolenric Lerion Prime diselimuti cahaya biru dan merah lembut dari orbit Planet Frost-Fire. Di layar besar 6D yang menampilkan peta energi permukaan, tiba-tiba hologram Axel muncul dan berdiri dengan ekspresi serius. Di hadapannya, empat istrinya, Nevada, Lyra, Laxia, dan Vania, berdiri tegak dengan seragam diplomat berwarna merah marun, simbol misi perdamaian mereka. Namun malam itu, suasananya jauh berbeda dari misi diplomatik biasa. Axel memandangi mereka satu per satu sebelum akhirnya berbicara. “Mulai saat ini, misi kalian berubah. Status diplomat dicabut, dan kalian resmi menjadi agen Raging Falcon. Fokus misi: penyelidikan Paviliun Nhadi.” Lyra mengangkat alis. “Penyelidikan? Jadi kita tidak akan melakukan negosiasi lagi?” Axel mengangguk pelan. “Benar. Ada yang tidak beres di sana. Sensor Zordon mendeteksi anomali energi iblis yang sangat kuat di sekitar paviliun. Sistem penginderaan bahkan gagal menembus radius dua kilometer dari bangunan itu. Kalian e
Keesokan paginya, matahari merah Planet Fire terbit perlahan, memantulkan cahaya seperti bara ke seluruh kota kristal magma. Udara panas bercampur aroma mineral, dan di langit tampak burung-burung api berputar membentuk pola spiral. Axel dan empat istrinya, Miya, Mila, Nevertari, dan Ravina, berjalan bersama Kaelara di sepanjang jalan utama. Di kiri kanan, para penduduk Fire menunduk hormat, namun tatapan mereka kaku, seolah senyum di wajah hanyalah topeng. “Planet ini terlihat makmur,” ujar Miya pelan. “Namun hawa di sekitarnya... terasa berat.” Kaelara menoleh sedikit, menatap Miya dengan tatapan diplomatis. “Kalian orang luar mungkin tidak terbiasa dengan energi api kami. Setiap napas di sini membawa sisa kekuatan para leluhur.” Axel menatap ke arah menara tinggi di kejauhan, di puncaknya terdapat simbol berbentuk mata yang selalu berputar perlahan. “Menarik,” katanya tenang. “Kekuatan leluhur... atau kekuatan yang mengawasi?” Kaelara tersenyum samar, tidak menjawab. Mereka b
Aula utama Planet Fire berdiri megah, dinding-dindingnya berlapis batu merah menyala yang tampak berdenyut seolah hidup. Di tengah ruangan, singgasana dari logam hitam berdiri kokoh, dan di atasnya duduk seorang pria muda berambut perak menyala, Lord Ignis. Meski wajahnya terlihat seolah baru berusia dua puluh lima tahun, aura di sekitarnya menunjukkan kebijaksanaan dan kekuatan yang telah berusia dua abad. Axel melangkah masuk bersama empat istrinya, Miya, Mila, Nevertari, dan Ravina, dengan langkah tenang dan penuh wibawa. Kaelara, perwakilan istana Fire, menunduk memberi hormat kepada Ignis. “Yang Mulia, mereka telah tiba.” Ignis berdiri perlahan, sorot matanya tajam namun penuh rasa ingin tahu. “Selamat datang di Planet Fire, pengembara dari jauh. Aku telah mendengar perjalananmu di berbagai dunia, Axel.” Suaranya bergema lembut, tapi mengandung tekanan yang dalam. Axel menunduk sopan. “Terima kasih, Lord Ignis. Kami datang bukan untuk mencampuri urusan dua dunia, hanya ingin m







