Seminggu kemudian, kesehatan Ryder telah pulih dan bisa mengikuti kelas lagi bersama murid lain. Kebetulan kelas gabungan untuk latihan menganalisis peta di mulai hari ini, Ryder bersyukur bisa mengikuti kelasnya.
"Ryder, bisakah kau tidak memasang tampang bodohmu itu," sahut Daren dingin."Diamlah, jangan berkata kasar padaku terus, ayo pergi kesana," ucap Ryder.Daren mendengus kesal, sejak kembali ke asrama, Ryder terus berada disekitar Daren untuk mengajaknya pergi ke kelas bersama, karena lelah berdebat, Daren hanya bisa diam dan mengikuti Ryder. Tak lama kemudian, Natalia ikut bergabung bersama Ryder dan Dare. Dari jauh, Freya menatap mereka dingin bersama Laila yang terus mengkhawatirkan Freya agar tidak kesal.Pak guru Zack, Damian, dan ibu Alice datang ke tengah lapangan, semua murid dengan sigap berbaris dengan rapi. Beberapa penjaga akademi membawa peralatan untuk latihan menganalisis peta. Zack dan Damian memberikan bom asap, peta kecil dan tonRyder tiba di kamarnya, sebuah kotak kecil berwarna ungu tergeletak di depan pintu Ryder. Dengan cepat Ryder mengambilnya dan masuk ke kamar, badan Ryder begitu lengket sehingga dia memutuskan mandi terlebih dulu untuk bisa datang ke kantin tepat waktu. Selesai membereskan kamar, Ryder berjalan keluar asrama dan menuju kantin. Dari jauh Daren dan Natalia juga berjalan ke arah yang sama dengan Ryder. Saat masuk ke area kantin, makan malam yang sangat Ryder tunggu-tunggu. Ryder makan bersama Natalia dan Daren."Sejak kapan kalian begitu dekat?" tanya Ryder."Aku tidak dekat dengannya," ketus Daren."Ryder, makanlah yang banyak, tidak usah pikirkan dia," sahut Natalia.Ryder terkekeh kecil dan melanjutkan makannya. Freya dan laila masuk ke dalam area kantin, mereka berdua mengambil makanan dengan cepat. Saat Freya ingin berjalan menuju tempat duduk, kaki Freya di tahan oleh sihir manipulasi milik Natalia hingga makanan Freya tumpah di baju Edward. Ed
Sesampainya Ryder di kamar, dengan cepat dia menyambar tasnya lalu mengeluarkan liontin bunga yang mirip dengan bross bunga bukti pembunuhan orang tuanya. Ryder melihat sebuah huruf kecil bertuliskan 'N' di belakang bandul liontinnya, Ryder meraih pena untuk menuliskan petunjuk yang telah didapat."Ada sebuah bross dan juga liontin, mungkinkah ini satu set berlian yang mahal," gumam Ryder.Seketika pikiran tentang inisial itu membuat Ryder teringat dengan Natalia, tapi hal itu tidak mungkin terjadi bagi Ryder karena Natalia adalah orang baik pada Ryder selama ini. Pikirannya semakin kusut dan tidak mampu mengendalikan dirinya akan semua prasangka yang ada dalam benak Ryder, hingga akhirnya Ryder tertidur pulas karena kelelahan.Pagi yang sangat dingin, musim dingin di bulan akhir tahun, membuat tanah kering berubah menjadi butiran salju yang putih. Dari jauh, Ryder berlari mengelilingi lapangan sebanyak 20 kali, di tengah cuaca yang begitu dingin. Daren ya
Badan Freya begitu kaku, matanya mengeluarkan air mata terus menerus. Ibu Alice yang melihat keadaan Freya langsung megucapkan mantra penyembuh, hingga beberapa luka akibat ledakan itu menghilang. Damian segera menggendong Freya menuju ruang kesehatan, sedangkan Zack masih linglung dan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya barusan. Bel darurat telah dibunyikan, Seluruh penjaga akademi telah mengamankan para murid dan membersihkan area lapangan serta mencari bongkahan bom yang meledak sebagai bukti.Ryder yang sejak tadi tampak gelisah, membuat Daren pusing. Bagaimana tidak, satu jam setelah penetralan area lapangan, Ryder memaksa Daren untuk ikut di ruang kesehatan melihat Freya. Permintaan Ryder seperti sebuah ancaman saja bagi Daren sehingga tidak ada pilihan lain selain menerimanya."Bisakah kau duduk dan jangan membuatku pusing," ketus Daren."Aku bingung mengapa pemeriksaanya begitu lama, apakah dia baik-baik saja?" tanya Ryder."Aku tidak tahu dengan hal itu, tanyakan yang la
Ryder berencana tidak perlu memberitahukan pada Daren dan Natalia tentang kegiatan mandiri yang dilakukannya. Setelah menunggu selama seminggu, Ryder berjalan ke arah gunung dekat akademi, berkat izin dari pak Jafar kepala akademi, Ryder bisa mengambil pelatihan secara mandiri untuk menyempurnakan tenaga dalamnya.Damian telah menunggu Ryder di jalan menuju gunung akademi, beberapa jenis pedang telah dipersiapkan dengan baik di suatu tempat. Tak lama kemudian, Ryder bertemu dengan Pak Damian. Mereka berdua berjalan sambil membawa sebuah tas besar untuk persediaan selama sebulan tinggal di alam bebas.1 jam kemudian, Ryder dan Pak Damian berdiri didepan sebuah Gua dengan papan kecil berbentuk lambang akademi diatasnya, menandakan Gua itu telah menjadi milik akademi. Ryder masuk ke dalam, tiba-tiba sebuah api menyala di sekitar dinding gua membuat Ryder terlonjak kaget."Simpan barang-barangmu, lalu kita berjalan masuk menyusuri gua ini," ucap Pak Damian."Baik pak," s
Ryder berjalan menyusuri asrama, sesekali dia merutuki dirinya yang masih saja memiliki perasaan terhadap perempuan itu. Ryder sama sekali tidak ingin menjalin hubungan dengan siapapun, karena dia ingin mencapai tujuannya dan menjadi seorang terkuat. Ryder juga tidak ingin menyakiti orang terdekatnya, saat dia memiliki musuh ataupun lawan yang lebih kuat. Pak Zack dan Damian yang menuju ruang kepala akademi, Ibu Alice telah ada di ruang itu lebih dulu. Rapat dewan akademi diadakan begitu cepat, sebuah inspeksi lapangan akan diadakan selama 6 bulan di desa kenanga bagian selatan wilayah utara. Desa yang menjadi pusat batu sihir naga yang dijaga oleh para monster di perbatasan wilayah selatanZack dan Damian ditugaskan untuk mengawal para murid, namun mereka berdua terus menolak hingga pada akhirnya mereka setuju dengan Ibu Alice yang ikut sebagai ketua dari inspeksi lapangan."Aku sangat frustasi jika harus membawa mereka semua di desa yang sangat berbahaya," k
Sebuah bayangan raksasa yang begitu besar berjalan di balik kabut asap. Pak Zack dengan cepat membuat pelindung sihir, menggunakan sisa kekuatannya. Ternyata bayangan itu semakin menjauh, membuat para murid bisa bernafas lega begitupun Pak Zack yang telah pingsan dibopong oleh Daren dan Ryder.Pak Damian segera masuk ke gerbang desa, meminta para penjaga untuk izin bertemu dengan sang kepala desa. Freya duduk di tanah karena kelelahan, sejak tadi dia terus memikirkan liontinnya yang telah hilang. Laila juga tidak melihat keberadaan liontin itu sejak dalam perjalanan. Freya hanya bisa pasrah, karena tidak mungkin dia harus meminta izin pergi ke gunung demi liontinnya.Setelah beberapa menit, seorang pria dengan tubuh kecil berjalan ke arah rombongan murid akademi, terlihat beberapa orang penjaga yang mengikutinya. Dengan langkah cepat Pak damian dan Ibu Alice memberi hormat.Jalal adalah seorang mantan panglima perang, sekarang dia menjadi kepala desa kenan
Ryder yang merupakan ketua tim harus bisa bertindak bijak, agar anggota timnya tetap kompak dan saling menjaga. Meskipun Ryder bukanlah seorang ahli sihir, tapi dia sangat pandai dalam menetralkan energi sihir dan racun yang mengenai tubuhnya. Teknik berpedang menggunakan pedang ganda juga telah Ryder kuasai, meskipun belum sangat sempurna.Suasana hutan yang begitu sepi, udaranya begitu lembab. Edwin sesekali merengek karena merasa jijik dengan tanah yang berlumpur. Sang kakak Edward segera membantunya untuk tenang, agar tidak menimbulkan masalah bagi tim. Setelah berjalan begitu jauh, Natalia membuka peta yang diberikan oleh Pak Zack."Sekarang kita sudah berjalan satu jam, tapi kita belum melihat satupun bukit atau gua di sekitar sini," ucap Natalia bingung."Coba berikan padaku," sahut Ryder.Melihat gambar peta yang diberikan, Ryder menatap sekelilingnya bingung."Kita tersesat, aku sudah menandai tempat ini dengan goresan di pohon itu, lalu lihat gores
Ryder mengalihkan pandangannya ke arah Edwin. Monster raksasa itu tampak marah, dan memandangi mayat Futun yang tergeletak di tanah. Monster batu itu membuka mulutnya, lalu asap yang berwarna ungu keluar dan mengepung mereka.Mata Edward membulat, dia dengan cepat mengeluarkan sapu tangan untuk menutup mulut dan hidungnya. Edwin mulai merasakan sesak, terduduk di dekat Edward, nafasnya memburu membuatnya merasa kesakitan saat menghirup udara.Ryder yang kelabakan, mulai membantu Natalia menjauh dari asap itu. Edward juga tak bisa menahan racun yang terus dikeluarkan oleh monster itu melalui asap, sehingga Edwin dan Edward pingsan. "Apa yang kau lakukan bajingan," teriak Ryder.Ryder berlari ke arah lekukan tubuh monster itu dan menyerangnya. Serangannya masih saja kurang, membuat Ryder Frustasi. "Apa yang harus aku lakukan, bagaimana ini," resah Ryder.Seketika Ryder teringat ucapan Pak Demian, bahwa aura bisa digunakan untuk membelah be