Home / Fantasi / Sang Penguasa / bab 1: Kemunculan Dibalik Kabut

Share

Sang Penguasa
Sang Penguasa
Author: Alyssa123

bab 1: Kemunculan Dibalik Kabut

Author: Alyssa123
last update Last Updated: 2024-09-22 07:07:23

Langit di atas Kerajaan Ivernia berwarna kelabu, seolah-olah menumpahkan semua kemurungan dunia di bawahnya. Awan menggantung rendah, seakan-akan hendak menelan kota dalam kegelapan yang pekat. Kabut yang tebal melingkari ibu kota kerajaan, Castelon, menutup pandangan penduduk yang masih tersisa di kota itu.

Di jantung Castelon, berdiri Istana Karstiel, sebuah monumen kuno yang megah, namun terkesan seperti sisa-sisa masa lalu yang mulai lapuk. Di balik dinding batu tebal yang dingin, Sang Penguasa baru, Raja Almarik IV, duduk di atas singgasana peraknya. Sosoknya dingin dan tanpa ekspresi, seolah-olah terbuat dari baja seperti pedang yang selalu tergantung di pinggangnya. Namun, di balik matanya yang tajam tersembunyi ambisi yang tak terhingga.

Sudah tiga bulan sejak ia mengambil alih tahta dari ayahnya yang dibunuh dalam kudeta berdarah. Kudeta itu diatur dengan rapi, dimainkan oleh tangan-tangan tersembunyi yang tak pernah terlihat di permukaan. Namun semua orang tahu bahwa kekuasaan Almarik yang baru ini tak semata didapatkan melalui kekuatan, melainkan pengkhianatan, politik busuk, dan ancaman yang tersebar di setiap sudut istana.

“Apa perintah Yang Mulia?” tanya Lord Serafin, seorang penasihat tua dengan jubah hitam, melangkah maju dengan hati-hati ke depan singgasana. Matanya menatap penuh kehati-hatian, mencoba membaca pikiran rajanya yang baru.

“Perintah?” Almarik menggeram pelan, tangannya mengelus gagang pedangnya, “Yang kuinginkan hanyalah ketaatan tanpa pertanyaan. Yang harus kau lakukan hanyalah menjaga agar musuh-musuhku tetap berada di luar gerbang istana.”

Serafin membungkuk, tapi dalam hatinya, ia merasakan badai yang sebentar lagi akan datang. Kerajaan ini tak akan bertahan lama di bawah kekuasaan seorang pemimpin yang lebih tertarik pada kekuatan daripada kesejahteraan rakyatnya. Dia tahu, setiap penjuru kerajaan telah mulai bergerak. Pasukan-pasukan bayangan, para pemberontak, dan bahkan sekutu-sekutu lama sudah mulai menggeram dalam ketidakpuasan.

Di luar istana, di jalan-jalan kota Castelon, rakyat mulai merasakan dampak dari kekuasaan baru ini. Pajak dinaikkan dengan kejam, tentara berkeliaran dengan kejam, dan hukum-hukum baru ditegakkan tanpa ampun. Kota yang dulu penuh dengan kehidupan dan perdagangan kini berubah menjadi reruntuhan distopia. Kemiskinan dan kekacauan menguasai setiap sudut.

Di balik kabut tebal yang menyelimuti kerajaan, tersembunyi sebuah gerakan rahasia. Gerakan Perlawanan, yang dipimpin oleh seseorang yang hanya dikenal sebagai Bayangan, telah mulai merencanakan pemberontakan. Bayangan adalah sosok misterius yang dikatakan muncul dari reruntuhan kerajaan tetangga yang hancur dalam perang saudara. Tidak ada yang tahu siapa dia sebenarnya, tapi satu hal yang pasti: dia adalah ancaman terbesar bagi kekuasaan Almarik.

“Kita harus bertindak sebelum semuanya terlambat,” ucap Elira, seorang wanita muda dengan mata hijau yang bersinar tajam, salah satu pemimpin dalam gerakan perlawanan. Dia berdiri di depan peta besar Ivernia, menunjuk titik-titik strategis yang harus mereka ambil. “Jika kita tidak menghentikan Almarik sekarang, dia akan menghancurkan seluruh negeri ini.”

Di sekelilingnya, beberapa tokoh lain duduk dalam bayangan, mendengarkan dengan penuh perhatian. General Caelum, mantan komandan militer kerajaan yang sekarang bergabung dengan pemberontak, mengangguk perlahan.

“Kita harus menyerang pusat kekuatannya,” katanya. “Istana Karstiel. Jika kita bisa merebutnya, kita bisa mematahkan cengkeraman Almarik.”

Namun, Elira tahu ini bukan hanya soal kekuatan fisik. Almarik telah menguasai lebih dari sekadar tentara. Dia memiliki sekutu-sekutu rahasia di tempat-tempat yang tak terduga, dari para bangsawan korup hingga penyihir kelam yang siap membantunya mempertahankan kekuasaannya dengan segala cara.

“Ini bukan hanya soal merebut istana,” Elira memperingatkan. “Ini tentang mengungkap semua rahasia di balik kekuasaan Almarik. Hanya dengan cara itu kita bisa benar-benar menggulingkannya.”

Malam itu, di atas menara tertinggi istana, Almarik memandang keluar ke dalam kegelapan yang melingkupi kerajaan. Dia tahu musuh-musuhnya berkumpul, tetapi dia tidak gentar. Dengan tangan besinya, dia akan menguasai seluruh Ivernia. Tak ada yang bisa menghentikannya. Tidak pemberontak, tidak para bangsawan pengkhianat, dan tidak juga kekuatan kuno yang mulai terbangun dari tidurnya yang panjang.

“Aku adalah Sang Penguasa,” bisiknya pada dirinya sendiri. “Dan kerajaan ini adalah milikku.”

Namun, di kejauhan, suara angin berbisik, membawa firasat buruk tentang pertempuran yang akan datang, pertempuran yang akan menentukan nasib Ivernia dan semua penghuninya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sang Penguasa    bab 49: Awal Kehidupan yang Berbeda

    Masa bayi Luna dan putra Raja Rehan berjalan dalam dua dunia yang berbeda. Di istana, putra Rehan tumbuh dikelilingi oleh kemewahan dan kemuliaan. Setiap langkahnya diawasi oleh pelayan dan pengasuh yang setia, sementara para ahli dan penasihat kerajaan mengawasi perkembangan mental dan fisiknya dengan teliti. Setiap suara tangis dari sang pangeran akan disambut dengan segera oleh orang-orang yang siap menenangkan, memberinya kenyamanan dan perlindungan penuh.Di sisi lain, Luna tumbuh di rumah sederhana di pinggir istana, di dalam lingkungan yang tenang namun jauh dari kemewahan. Ibunya, Rose, menyayanginya dengan segenap jiwa. Meski tidak memiliki semua keistimewaan yang dimiliki pangeran, Luna tumbuh dengan cinta yang tulus. Rose mengajarkan Luna tentang kehidupan sederhana, kerja keras, dan kebijaksanaan. Dari hari ke hari, kecantikan Luna semakin terpancar, dan di balik matanya yang cerah tersimpan rasa ingin tahu yang tak terpadamkan.Perbedaan Nasib dan Awal PertemuanWaktu ber

  • Sang Penguasa    bab 48: Hadiah untuk Rose dan Kelahiran Luna

    Di luar istana, suasana pagi tak kalah meriah. Di hari yang sama dengan kelahiran pewaris takhta kerajaan Edholm, seorang bayi perempuan lain dilahirkan di dalam benteng pelayan. Bayi itu, meski tidak lahir dari keluarga bangsawan, membawa kebahagiaan yang sama besarnya bagi ibunya, Rose, seorang pelayan setia yang telah mengabdi kepada keluarga kerajaan selama bertahun-tahun.Bayi itu diberi nama Luna, sebuah nama yang diambil dari sinar rembulan yang menerangi malam kelahirannya. Luna lahir dengan kecantikan alami yang segera membuat banyak orang terpesona. Matanya yang cerah dan kulitnya yang lembut seperti porselen menjadi anugerah bagi Rose, seorang ibu yang penuh cinta dan kebanggaan.Kehamilan yang Diketahui oleh Raja RehanBeberapa bulan sebelum kelahiran ini, Raja Rehan sendiri mengetahui tentang kehamilan Rose secara tidak sengaja ketika ia sedang berkeliling memeriksa persiapan di istana. Melihat perut Rose yang mulai membesar, Raja Rehan berhenti dan menanyakan keadaannya.

  • Sang Penguasa    bab 47: Hadiah dari Kerajaan Tetangga

    Pagi itu, suasana istana Edholm dipenuhi dengan kegembiraan dan antusiasme. Setelah berita kelahiran pewaris takhta tersebar ke seluruh kerajaan, utusan dari berbagai wilayah tetangga mulai berdatangan membawa hadiah sebagai tanda penghormatan dan perayaan. Setiap kerajaan, besar maupun kecil, ingin menunjukkan dukungan dan rasa hormat kepada Raja Rehan dan Ratu Natasya. Mereka mengirim hadiah-hadiah istimewa yang menggambarkan kebesaran dan kekayaan negeri masing-masing.Di aula besar istana, Natasya duduk di kursi kebesarannya, bayi kecilnya beristirahat dalam dekapan lembut. Sementara Rehan berdiri di sisinya, mengawasi jalannya upacara penyerahan hadiah dengan wajah penuh kebanggaan.Hadiah dari Kerajaan EldoriaUtusan pertama yang datang adalah dari Kerajaan Eldoria, salah satu kerajaan tetangga yang paling kuat dan makmur. Mereka dikenal akan seni dan keahlian kerajinan tangan yang luar biasa. Utusan tersebut, seorang pria berusia lanjut dengan jubah keemasan yang disulam dengan

  • Sang Penguasa    bab 46: Hari Pertama Natasya Menjadi Seorang Ibu

    Fajar menyingsing dengan lembut di atas istana Edholm, memandikan dunia dengan sinar keemasan yang hangat. Hari itu, tidak ada yang lebih berarti bagi Natasya selain keheningan pagi yang baru saja pecah oleh suara-suara kecil dari sang bayi yang tengah menggeliat di dalam dekapan hangatnya. Matanya belum terbuka penuh, tapi tubuh mungilnya sudah mencari kehangatan ibunya, insting alami yang menyatukan mereka berdua dalam keajaiban yang begitu murni.Natasya, yang kini telah menjadi seorang ibu, duduk di atas ranjang berkanopi sutra. Wajahnya tampak lelah setelah malam yang panjang, namun kelelahan itu tertutupi oleh cahaya lembut yang terpancar dari sorot matanya. Ia memandangi wajah bayinya—wajah yang begitu sempurna, dengan pipi halus dan bibir mungil yang sesekali bergerak, seolah menggumamkan janji-janji masa depan.Bayi itu adalah anugerah bagi Natasya, namun ia juga membawa tanggung jawab yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Dunia yang dulu terasa begitu luas dan penuh petua

  • Sang Penguasa    bab 45: Perayaan Sang Pewaris

    Pagi di Edholm kali ini berbeda. Matahari memanjat langit dengan keagungan yang lebih cerah dari biasanya, cahayanya menyinari seluruh sudut kerajaan, menyentuh lembah-lembah hijau dan bukit-bukit emas, memberikan kehangatan yang tak biasa. Udara dipenuhi semerbak bunga musim semi yang dibawa angin lembut, dan di atas sana, burung-burung berkicau seakan turut merayakan peristiwa yang paling ditunggu-tunggu oleh segenap rakyat Edholm.Di seluruh penjuru kerajaan, rakyat bersuka cita. Suara lonceng besar di menara pusat berdentang keras, mengirimkan kabar gembira bahwa anak Raja Rehan dan Permaisuri Natasya telah lahir. Seluruh Edholm bergetar dalam gemuruh perayaan, tak ada seorang pun yang bisa melawan dorongan hati untuk bersorak bahagia. Sebuah era baru telah dimulai, dan bersama kelahiran bayi kerajaan, muncul harapan baru yang begitu dinantikan oleh rakyat yang selama ini hidup dalam bayang-bayang ketidakpastian.Rakyat Edholm Bersuka CitaDi pasar-pasar yang biasanya dipenuhi ter

  • Sang Penguasa    bab 44: Sang Cahaya Baru di Langit Edholm

    Malam di Edholm terasa berbeda dari biasanya. Bintang-bintang tampak lebih terang, seolah alam semesta menyaksikan momen yang begitu agung. Angin malam berhembus pelan, menyelusup lembut di antara pepohonan istana, membawa bisikan-bisikan dari zaman yang telah lama berlalu. Di istana megah itu, waktu seakan terhenti; segenap kehidupan seolah tertumpu pada satu titik—di mana Natasya, permaisuri tercinta, tengah berada di ambang keajaiban yang telah lama dinantikan. Di dalam kamar yang dipenuhi cahaya lilin lembut, Natasya terbaring, matanya memancarkan kekuatan dari dalam dirinya. Ia telah melewati perjalanan yang panjang, sembilan bulan yang penuh cinta, harapan, dan impian. Kini, waktunya telah tiba. Tubuhnya adalah samudra yang menggulung gelombang, setiap tarikan napasnya seperti pasang yang naik, memanggil kehidupan yang akan segera hadir. Rehan berada di sisinya, menggenggam erat tangan Natasya, seolah tak ingin melepaskannya pada detik-detik genting ini. Wajahnya tegang, namun

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status