แชร์

7. Persimpangan Takdir

ผู้เขียน: Alyssa123
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2024-09-22 20:22:20

Kabut tebal masih menyelimuti medan perang, namun di istana dan di antara rakyat jelata, keputusan-keputusan besar mulai diambil. Masing-masing pihak yang terlibat kini semakin dekat menuju takdir mereka yang akan menentukan masa depan kerajaan Karstiel.

Perjalanan ke Jantung Kegelapan

Elira bersama Bayangan Kegelapan memimpin sekelompok kecil prajurit pemberontak menuju perbatasan Castelon. Mereka kini tahu bahwa kunci untuk mengalahkan Almarik terletak di bawah istana, di dalam ruang rahasia tempat artefak sihir kuno disimpan.

“Aku tak pernah berpikir kita akan sampai sejauh ini,” ujar Elira dengan suara rendah saat mereka mendekati hutan yang memisahkan perbatasan kota dan medan perang.

Bayangan tetap diam, namun matanya terfokus pada jalan di depan. Dalam diamnya, Bayangan merasakan kehadiran sesuatu yang lebih besar, lebih gelap, yang sedang mengintai dari balik kegelapan. “Jalan kita menuju istana tidak akan mudah. Almarik akan menjaga artefak itu dengan kekuatan penuh. Dan sihir kuno yang kita lawan bukanlah sesuatu yang bisa dihancurkan dengan senjata biasa.”

Elira mengangguk. “Apa yang harus kita lakukan ketika kita sampai di sana? Jika sihir itu begitu kuat, bagaimana kita bisa menghancurkannya?”

Bayangan berhenti sejenak. “Ada ritual kuno yang bisa memutuskan hubungan antara artefak dan penggunanya. Aku tahu caranya, tapi aku membutuhkan waktumu untuk melakukannya. Sementara itu, kau dan pasukanmu harus menahan mereka yang menjaga istana.”

Elira mengerti. Pertarungan fisik di luar istana hanya menjadi pengalih perhatian untuk memungkinkan Bayangan melakukan tugasnya. “Jika kita berhasil,” pikir Elira, “Almarik akan kehilangan kekuatannya dan kita bisa mengakhiri tiraninya.”

Perjalanan mereka terus berlanjut ke arah istana, melewati jalan setapak yang semakin berbahaya. Di setiap langkah, Elira merasakan ketegangan semakin meningkat. Di balik pepohonan, suara-suara aneh terdengar—seperti bisikan dari kegelapan.

“Siapakah yang menguasai sihir ini?” tanya Elira tiba-tiba.

Bayangan menoleh, tatapannya penuh kewaspadaan. “Sihir ini lebih tua dari Almarik. Sumbernya berasal dari Zaman Pertama, ketika para penguasa dunia menggunakan kekuatan yang bahkan para dewa pun takut untuk memegangnya. Almarik hanyalah pengguna, tapi kekuatan di baliknya lebih tua, lebih berbahaya.”

Elira merasa ketakutan, tapi tidak ada jalan mundur lagi. Mereka sudah terlalu jauh.

Pemberontakan di Dalam Istana

Sementara itu, di dalam istana, Valerian melangkah dengan keyakinan menuju ruangan rahasia di mana Ratu Lyana menunggu. Mereka telah menyiapkan skenario penggulingan Almarik dengan cermat. Namun, tak seorang pun dari mereka yang tahu bahwa di luar istana, kekuatan yang lebih besar sedang bersiap untuk menantang mereka semua.

“Semua sudah diatur,” kata Valerian ketika memasuki ruangan yang diselimuti tirai gelap. “Pasukan kita akan bergerak malam ini. Ketika Almarik sibuk dengan pertempuran di luar, kita akan memanfaatkan kekacauan itu untuk mengambil alih.”

Lyana duduk di kursi besar, wajahnya tenang namun penuh perhitungan. “Bagus,” katanya lembut. “Tapi pastikan tidak ada kesalahan, Valerian. Jika rencana ini gagal, kita semua akan mati.”

Valerian mengangguk. “Almarik tidak menyadari pengkhianatan kita. Para bangsawan sudah dipersiapkan. Ketika waktunya tiba, mereka akan bersamamu. Yang perlu kau lakukan hanyalah memberikan sinyal.”

Namun, sebelum mereka sempat membicarakan lebih jauh, pintu ruangan terbuka dan seorang pelayan tergesa-gesa masuk. Wajahnya pucat dan tubuhnya gemetar.

“Yang Mulia, ada kabar buruk,” katanya sambil membungkuk. “Pemberontak telah menyusup ke perbatasan Castelon. Mereka menuju ke arah istana.”

Wajah Lyana menegang seketika. “Bagaimana bisa mereka begitu dekat? Pasukan Almarik seharusnya menjaga perbatasan.”

Valerian mengerutkan kening. “Ini lebih cepat dari yang kita perkirakan. Kita harus mempercepat rencana kita.”

Lyana bangkit dari kursinya dengan anggun namun tegas. “Siapkan semua. Malam ini, Almarik akan jatuh, dan pemberontak itu akan menemukan istana dalam kendali kita.”

Namun, di dalam hati, Lyana merasa ada sesuatu yang salah. Pemberontak terlalu cepat. Dia merasakan bayangan ancaman yang lebih besar dari sekadar pasukan pemberontak biasa.

Rakyat yang Bangkit dari Keterpurukan

Di luar tembok istana, kondisi rakyat semakin memburuk. Di tengah kekacauan yang melanda kota, suara pemberontakan mulai terdengar di setiap sudut. Rakyat yang selama ini hidup dalam ketakutan mulai kehilangan rasa takut mereka, digantikan oleh kemarahan yang telah lama terpendam.

Karina dan Mikal, yang sebelumnya ragu untuk melarikan diri, kini berada di tengah kerumunan yang semakin besar. Mereka berkumpul di alun-alun kota di mana sebuah api besar dinyalakan, simbol perlawanan mereka terhadap kekuasaan Almarik.

“Kita tidak bisa terus hidup di bawah penindasan ini!” teriak seorang pria tua dari depan kerumunan. “Almarik telah menghancurkan hidup kita, dan jika kita tidak bertindak sekarang, kita semua akan mati dalam penderitaan!”

Sorakan keras menggema di antara rakyat jelata, termasuk Karina dan Mikal. Mikal, yang sebelumnya pesimis, kini merasa semangat pemberontakan mulai membakar dalam dirinya.

“Ini saatnya,” katanya kepada Karina. “Kita tidak bisa hanya menunggu nasib. Kita harus berjuang.”

Karina menggenggam tangan suaminya, merasakan hal yang sama. “Benar. Ini adalah kesempatan kita untuk mengubah segalanya.”

Namun, di antara sorakan dan semangat perlawanan, bayangan tentara Almarik muncul di ujung jalan. Mereka datang dengan wajah dingin, siap meredam pemberontakan ini dengan kekerasan.

Mikal melihat ke arah tentara itu dan kemudian menoleh ke Karina. “Kita harus pergi sekarang, atau kita akan mati di sini.”

Tapi Karina tetap berdiri tegak. “Tidak. Aku tidak akan lari lagi. Kita harus melawan.”

Sorakan perlawanan semakin membesar saat tentara mendekat. Api pemberontakan telah menyala, dan tidak ada yang bisa menghentikannya.

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Sang Penguasa    bab 49: Awal Kehidupan yang Berbeda

    Masa bayi Luna dan putra Raja Rehan berjalan dalam dua dunia yang berbeda. Di istana, putra Rehan tumbuh dikelilingi oleh kemewahan dan kemuliaan. Setiap langkahnya diawasi oleh pelayan dan pengasuh yang setia, sementara para ahli dan penasihat kerajaan mengawasi perkembangan mental dan fisiknya dengan teliti. Setiap suara tangis dari sang pangeran akan disambut dengan segera oleh orang-orang yang siap menenangkan, memberinya kenyamanan dan perlindungan penuh.Di sisi lain, Luna tumbuh di rumah sederhana di pinggir istana, di dalam lingkungan yang tenang namun jauh dari kemewahan. Ibunya, Rose, menyayanginya dengan segenap jiwa. Meski tidak memiliki semua keistimewaan yang dimiliki pangeran, Luna tumbuh dengan cinta yang tulus. Rose mengajarkan Luna tentang kehidupan sederhana, kerja keras, dan kebijaksanaan. Dari hari ke hari, kecantikan Luna semakin terpancar, dan di balik matanya yang cerah tersimpan rasa ingin tahu yang tak terpadamkan.Perbedaan Nasib dan Awal PertemuanWaktu ber

  • Sang Penguasa    bab 48: Hadiah untuk Rose dan Kelahiran Luna

    Di luar istana, suasana pagi tak kalah meriah. Di hari yang sama dengan kelahiran pewaris takhta kerajaan Edholm, seorang bayi perempuan lain dilahirkan di dalam benteng pelayan. Bayi itu, meski tidak lahir dari keluarga bangsawan, membawa kebahagiaan yang sama besarnya bagi ibunya, Rose, seorang pelayan setia yang telah mengabdi kepada keluarga kerajaan selama bertahun-tahun.Bayi itu diberi nama Luna, sebuah nama yang diambil dari sinar rembulan yang menerangi malam kelahirannya. Luna lahir dengan kecantikan alami yang segera membuat banyak orang terpesona. Matanya yang cerah dan kulitnya yang lembut seperti porselen menjadi anugerah bagi Rose, seorang ibu yang penuh cinta dan kebanggaan.Kehamilan yang Diketahui oleh Raja RehanBeberapa bulan sebelum kelahiran ini, Raja Rehan sendiri mengetahui tentang kehamilan Rose secara tidak sengaja ketika ia sedang berkeliling memeriksa persiapan di istana. Melihat perut Rose yang mulai membesar, Raja Rehan berhenti dan menanyakan keadaannya.

  • Sang Penguasa    bab 47: Hadiah dari Kerajaan Tetangga

    Pagi itu, suasana istana Edholm dipenuhi dengan kegembiraan dan antusiasme. Setelah berita kelahiran pewaris takhta tersebar ke seluruh kerajaan, utusan dari berbagai wilayah tetangga mulai berdatangan membawa hadiah sebagai tanda penghormatan dan perayaan. Setiap kerajaan, besar maupun kecil, ingin menunjukkan dukungan dan rasa hormat kepada Raja Rehan dan Ratu Natasya. Mereka mengirim hadiah-hadiah istimewa yang menggambarkan kebesaran dan kekayaan negeri masing-masing.Di aula besar istana, Natasya duduk di kursi kebesarannya, bayi kecilnya beristirahat dalam dekapan lembut. Sementara Rehan berdiri di sisinya, mengawasi jalannya upacara penyerahan hadiah dengan wajah penuh kebanggaan.Hadiah dari Kerajaan EldoriaUtusan pertama yang datang adalah dari Kerajaan Eldoria, salah satu kerajaan tetangga yang paling kuat dan makmur. Mereka dikenal akan seni dan keahlian kerajinan tangan yang luar biasa. Utusan tersebut, seorang pria berusia lanjut dengan jubah keemasan yang disulam dengan

  • Sang Penguasa    bab 46: Hari Pertama Natasya Menjadi Seorang Ibu

    Fajar menyingsing dengan lembut di atas istana Edholm, memandikan dunia dengan sinar keemasan yang hangat. Hari itu, tidak ada yang lebih berarti bagi Natasya selain keheningan pagi yang baru saja pecah oleh suara-suara kecil dari sang bayi yang tengah menggeliat di dalam dekapan hangatnya. Matanya belum terbuka penuh, tapi tubuh mungilnya sudah mencari kehangatan ibunya, insting alami yang menyatukan mereka berdua dalam keajaiban yang begitu murni.Natasya, yang kini telah menjadi seorang ibu, duduk di atas ranjang berkanopi sutra. Wajahnya tampak lelah setelah malam yang panjang, namun kelelahan itu tertutupi oleh cahaya lembut yang terpancar dari sorot matanya. Ia memandangi wajah bayinya—wajah yang begitu sempurna, dengan pipi halus dan bibir mungil yang sesekali bergerak, seolah menggumamkan janji-janji masa depan.Bayi itu adalah anugerah bagi Natasya, namun ia juga membawa tanggung jawab yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Dunia yang dulu terasa begitu luas dan penuh petua

  • Sang Penguasa    bab 45: Perayaan Sang Pewaris

    Pagi di Edholm kali ini berbeda. Matahari memanjat langit dengan keagungan yang lebih cerah dari biasanya, cahayanya menyinari seluruh sudut kerajaan, menyentuh lembah-lembah hijau dan bukit-bukit emas, memberikan kehangatan yang tak biasa. Udara dipenuhi semerbak bunga musim semi yang dibawa angin lembut, dan di atas sana, burung-burung berkicau seakan turut merayakan peristiwa yang paling ditunggu-tunggu oleh segenap rakyat Edholm.Di seluruh penjuru kerajaan, rakyat bersuka cita. Suara lonceng besar di menara pusat berdentang keras, mengirimkan kabar gembira bahwa anak Raja Rehan dan Permaisuri Natasya telah lahir. Seluruh Edholm bergetar dalam gemuruh perayaan, tak ada seorang pun yang bisa melawan dorongan hati untuk bersorak bahagia. Sebuah era baru telah dimulai, dan bersama kelahiran bayi kerajaan, muncul harapan baru yang begitu dinantikan oleh rakyat yang selama ini hidup dalam bayang-bayang ketidakpastian.Rakyat Edholm Bersuka CitaDi pasar-pasar yang biasanya dipenuhi ter

  • Sang Penguasa    bab 44: Sang Cahaya Baru di Langit Edholm

    Malam di Edholm terasa berbeda dari biasanya. Bintang-bintang tampak lebih terang, seolah alam semesta menyaksikan momen yang begitu agung. Angin malam berhembus pelan, menyelusup lembut di antara pepohonan istana, membawa bisikan-bisikan dari zaman yang telah lama berlalu. Di istana megah itu, waktu seakan terhenti; segenap kehidupan seolah tertumpu pada satu titik—di mana Natasya, permaisuri tercinta, tengah berada di ambang keajaiban yang telah lama dinantikan. Di dalam kamar yang dipenuhi cahaya lilin lembut, Natasya terbaring, matanya memancarkan kekuatan dari dalam dirinya. Ia telah melewati perjalanan yang panjang, sembilan bulan yang penuh cinta, harapan, dan impian. Kini, waktunya telah tiba. Tubuhnya adalah samudra yang menggulung gelombang, setiap tarikan napasnya seperti pasang yang naik, memanggil kehidupan yang akan segera hadir. Rehan berada di sisinya, menggenggam erat tangan Natasya, seolah tak ingin melepaskannya pada detik-detik genting ini. Wajahnya tegang, namun

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status