Share

7. Darah Harus Dibayar Darah

"Tuan Muda, Anda baik-baik saja?" tanya Arthur yang melihat gelagat tak biasa dari tuannya.

Caka segera tersadar oleh suara Arthur, ia mengedarkan pandangan ke sekua orah yang saat ini menatapnya dengan rasa takut. Kemudian ia pun mengarahkan pandangan ke tangan yang berisi sendok yang sudah menjadi dua itu.

Ia segera tersadar, harusnya bisa menahan emosi. Mereka tak boleh tahu jika ia sekuat itu. Ia pun meletakkan patahan sendok ke meja.

"Arthur, aku sudah kenyang!"

"Tapi Anda belum makan, Tuan Muda."

"Antarkan saja susu hangat dengan madu ke kamar!" perintahnya.

"Baik, Tuan!" Arthur menoleh salah satu pelayan dan memberi isyarat agar menyiapkan apa yang tuan muda mereka minta sebelum membantu mendorong Caka menuju lift.

Di dalam kamar, Arthur segera bertanya.

"Ada apa, Tuan Muda?"

"Tidak ada apa-apa, hanya saja ... aku masih marah pada diriku sendiri. Aku tidak becus menjaga istri dan anak-anakku!" ada embun yang mengintip di ujung matanya.

Seandainya ia tahu hari itu ... keluarganya juga akan dieksekusi, maka ia tak akan membiarkan dirinya ditangkap. Ia akan melawan dan membawa pergi keluarga tercintanya.

Ia yakin cincin merah saga bisa membantunya membawa mereka ke tempat yang aman!

Sayangnya ia terlalu bodoh! Ia percaya jika dirinya menyerahkan diri maka keluarganya akan dilepaskan! Nyatanya para bedebah itu tetap membantai mereka.

"Darah harus dibayar darah, Arthur."

"Saya tahu, Tuan. Lalu kenapa Anda memilih jalan ini, padahal Anda bisa langsung menghabisi Jenderal Cody?"

"Cody yang tahu di mana cincinku, dan ... siapa saja yang terlibat dalam konspirasi 7 tahun silam. Jika kuhabisi dia sekarang, aku yakin dia tidak akan buka mulut!"

"Tapi bukankah Anda juga seorang kultivator?"

"Tubuh tuan mudamu ini ... tak bisa berkultivasi. Sembilan puluh persen Qi di tubuh ini, tersegel. Aku sudah mencoba membukanya, tapi tak bisa!"

Kedua mata Arthur melebar. "Tersegel?"

"Selama 7 tahun, aku mencoba untuk membukanya perlahan. Tapi selalu gagal!"

"Apakah cincin Anda ... bisa membantu membuka segelnya?"

"Entahlah! Tapi cincin itu memiliki kekuatan magis. Dulu ... aku hanya prajurit biasa, tapi setelah Tuhan mengirimkan cincin merah saga padaku, aku bisa berkultivasi!"

Raymond menutup mata, mengingat insiden 17 tahun yang lalu.

Hari itu ia baru saja dirundung oleh teman-teman seperjuangannya. Boleh dikatakan senior dalam divisinya. Mereka bilang ia tak pantas menjadi seorang prajurit, ia hanyalah aib di kesatuan.

Saat itu Raymond sudah ingin menyerah, ia memutuskan untuk keluar dari divisi, namun saat ia berteriak putus asa. Cahaya kemilau muncul dari langit, sedikit beraura merah. Tak lama setelah itu sesuatu menimpa kepalanya, menggelinding ke rerumputan tempat ia bersimpuh. Kilau merah berpendar dari benda kecil itu, perlahan menghilang hingga ia bisa melihat dengan jelas bahwa itu adalah sebuah cincin.

Perlahan ia memungut cincin itu yang langsung membuatnya jatuh hati. Cincin itu seolah memiliki magnet agar yang melihatnya tertarik dan ingin memiliki. Ia pun mengenakannya.

Seketika aliran darahnya memanas, ia tak tahu apa yang terjadi! Namun perlahan ia merasakan perubahan yang luar biasa pada tubuhnya. Ia merasa lebih segar dan percaya diri. Ia tak jadi keluar dari divisi. Kebetulan satu Minggu dari itu mereka dikirim ke perbatasan Utara untuk menjadi garis depan pertahanan kita Danfell.

Senior yang selalu merundungnya menunjuk dirinya untuk memimpin barisan paling depan pertahanan dengan harapan Raymond akan mati lebih dulu. Tapi apa yang terjadi? Tiba-tiba saja Raymond menjadi sangat kuat, bahkan memiliki kekuatan magis di luar nalar.

Ia bisa menggerakkan benda mati dengan pikirannya. Raymond tahu itu adalah anugrah dari cincin yang ia kenakan. Sejak saat itu karirnya mulai menanjak hingga ia bisa menjadi seorang Jenderal Besar Nollyvia.

Jadi ia yakin sekarang pun jika ia bisa mendapatkan kembali cincin itu, maka tubuh Caka akan bisa berkultivasi.

"Arthur, apa kau pernah mendengar tentang Master Wu Xiang?"

"Master Wu Xiang ... tentu saja, beliau adalah orang hebat."

"Apakah aku bisa menemuinya?"

"Anda ... ingin menemui Master?"

"Aku ingin tahu penyebab Qi tubuh ini tersegel, aku yakin Master pasti mengetahui penyebabnya!"

"Akan sangat sulit menemui beliau, tak sembarang orang bisa menemuinya?"

Caka mengembangkan senyum miring. "Benar, tapi mungkin beliau akan mempertimbangkanku!"

"Saya akan mencoba, Tuan!"

Caka mengangguk, pintu diketuk dari luar. Arthur membuka, rupanya itu salah satu pelayan yang membawakan susu untuk Caka.

Arthur memberi isyarat agar pelayan itu meletakan di atas meja di depan Caka lalu menyuruhnya keluar.

"Selamat istirahat, Tuan!" ujar Arthur lalu menutup pintu dari luar.

Caka menatap gelas susu di depannya, mencoba memusatkan pikiran. Ia berharap bisa menggerakkan gelas itu, namun sedikit pun gelas itu tak bergerak.

"Argh!" teriaknya tertahan. Nafasnya sedikit terengah.

"Aku harus mencobanya lagi!" ucapnya seorang diri. Ia kembali menatap gelas itu, memejamkan mata untuk beberapa saat sebelum kembali fokus pada gelas susu.

Namun tetap tak membuahkan hasil, "Apa yang terjadi dengan tubuh ini?"

Ia sungguh tak mengerti kenapa tubuh Caka benar-benar tak berfungsi? Apakah karena sebenarnya pemuda ini cacat?

Atau memang Cakara adalah pemuda biasa, yang memang tak memiliki kemampuan berkultivasi?

Lalu bagaimana dengan dirinya? Dendamnya?

Tidak!

Ia tak boleh menyerah, pasti tetap ada cara agar segel di dalam tubuh Caka bisa terbuka. Lebih baik sekarang ia istirahat. Lagipula besok adalah hari pernikahannya. Bagaimana pun ia tetap harus mempersiapkan diri.

Keesokan harinya, Mainwell Group ....

Caka menatap wanita muda yang berdiri di sisi Cody, kedua tangannya menyatu di depan. Kepalanya menunduk, wanita itu mengenakan gaun terusan semata kaki yang modelnya sudah tidak up to date. Mungkin sudah beberapa tahun lalu, tapi masih terlihat baru karena mungkin jarang dipakai.

"Siapa namamu?" tanyanya dengan dingin.

"Za-Zava!" jawab wanita itu terbata.

"Zava!" ucap Caka mengulang nama itu.

Dari sikapnya memang sepertinya wanita penurut, tapi entah ... itu mungkin saja kedok. Tapi apa pun itu, sama sekali tak masalah. Ia membutuhkan hal ini.

Maka mereka pun menandatangani surat kontrak, setelah itu melangsungkan pernikahan secara sederhana dan mendaftarkannya secara hukum.

Meski pernikahan itu atas dasar perjanjian, tapi Caka tetap ingin itu sah di mata hukum.

Cody langsung kembali ke Danfell sementara Caka membawa snag istri ke rumah. Saat itu hanya ada Vivian di rumah, dengan wajah palsunya wanita itu menyambut kedatangan Caka dan sang istri.

"Selamat datang menantu, maaf jika aku tak menyiapkan apa pun untuk menyambut karena ... suamimu memang tak ingin mengadakan acara apa pun!"

Zava tersenyum kaku. "Te-terima kasih Nyonya!"

"Ini memang pernikahan dadakan, jadi tak sempat mengadakan acara!" saut Caka membenarkan.

Arthur mendorong kursi roda Vaka menuju lift, Zava dengan setia mengekor.

Sesampainya di kamar, Arthur menunjukan beberapa hal.

"Nyonya, jika butuh apa-apa tekan saja tombol ini!" Ia menunjukan sebuah alat di atas nakas di sisi ranjang. "Dan saya mohon tolong jaga Tuan Muda Caka selagi saya tak ada!"

Zava mengangguk. "Iya, Tuan Arthur."

Arthur pun meninggalkan kamar itu, sekarang hanya ada Caka dan Zava. Wanita itu tampak gugup.

"Tu-Tuan butuh apa?" tanyanya dengan bibir bergetar. Ia sama sekali tak berani menatap Caka.

"Aku tak butuh apa-apa." Caka menekan tombol di lengan kursi untuk membuat kursi rodanya berjalan ke sisi ranjang. Ia bersusah payah untuk bisa pindah ke ranjang.

Melihat hal itu, Zava pun berinisiatif untuk membantu. Namun ketika wanita itu menyentuhnya, Caka langsung menghempasnya hingga terjerembab ke lantai.

"Siapa yang menyuruhmu menyentuhku?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status