Share

Pria misterius

“Kembalikan!” Alea merampas kembali sendok dari tangan Agus, tapi anak itu mengelak membuat Alea melotot marah.

“Kembalikan, kataku!” Lea menggebrak meja dengan kedua tangan, sedangkan Agus hanya terkekeh.

“Sudah Alea, biarkan saja. Aku juga udah kenyang kok! Kita pergi saja.” ucapku berbisik, lalu menggandeng tangannya hendak melangkah ke luar kelas, namun ditepis oleh gadis itu.

“Kembalikan, atau aku aduin sama ibu guru!” ancamnya, membuat tawa Agus seketika berhenti.

“Nih! Makan aja sisa gua.” Dilemparkannya sendok yang berada di tangan begitu saja ke atas meja. “Kali ini gua ngalah, tapi lo liat aja nanti, apa yang bakalan terjadi sama temen lo yang burik itu.” Sambil mengucapkan itu, Agus menunjuk ke arahku yang hanya bisa diam tak tahu harus berbuat apa.

Alea memungut sendok yang tergeletak begitu saja di atas meja, lalu menyimpan kembali kotak bekalnya ke dalam tas, tanpa bicara. Sementara Agus, Bondan dan teman-temannya sudah berlalu pergi setelah melemparkan kembali buku yang tadi sempat dipinjamnya.

Aku menghempaskan bobot tubuh ke atas kursi, dan merapikan kembali buku yang tadi dilempar Bondan. Sesekali aku melirik ke arah Alea, tapi gadis itu sedang asik dengan bukunya. Akhirnya aku memutuskan untuk diam saja. Walaupun sebenarnya, aku ingin meminta maaf.  Siswa-siswi mulai berdatangan, membuat suasana kelas menjadi riuh, tapi aku masih merasa sendiri.

***

Bel tanda pelajaran hari ini usai, telah berbunyi sepuluh menit yang lalu. Tinggal aku yang masih sibuk merapikan kursi dan membersihkan kelas. Hari ini memang jadwalku piket. Jangan tanya kenapa aku piket sendiri, Bondan dan teman-temannya yang memang teman piketku, tak akan mau untuk membantu. Jangankan membantu, mereka malah lebih sering mengerjaiku.

Aku pernah mengadukan kepada guru wali kelas tentang perbuatan mereka padaku, tapi malah dihukum karena telah memfitnah teman sendiri. Setelah itu, mereka semakin sering mengganggu. Aku tak punya kekuatan ataupun kuasa untuk membela diri. Jika hanya memakai kekuatan fisik, aku memang masih bisa menang, tapi setelah itu mereka akan mengadu kepada orang tuanya lalu menghukumku sesuka mereka. Itulah sebabnya, aku selalu mengalah di sekolah.

Sedang asyik memasukkan sampah ke dalam keranjang, tiba-tiba saja terdengar suara berdebum. Saat menoleh, terlihat pintu sudah ditutup dari luar. Aku berlari ke arah pintu dan menarik handle-nya, tapi sia-sia. Pintu itu telah terkunci dan aku sudah bisa menebak siapa pelakunya.

Kuselesaikan tugas piket dengan perasaan tidak enak. Tidak biasanya aku begini, padahal ini sudah sering terjadi. Biasanya, sebentar lagi Pak Dayat penjaga sekolah akan berkeliling, memeriksa ruangan kelas yang belum di kunci dan aku akan memanggilnya untuk membukakan pintu. Sembari menunggu, akhirnya kuputuskan untuk menghabiskan waktu dengan menulis.

Benar saja, tak sampai setengah jam menunggu, aku mendengar suara pintu dan jendela ditutup lalu di kunci. Pasti Pak Dayat sedang mengunci kelas sebelah. Dengan cepat aku berlari ke pintu, dan menggedornya sekuat tenaga.

“Pak! Buka, Pak Dayat!” aku berteriak, beberapa saat  hingga mendengar suara kunci bergerincing, lalu pintu terbuka.

“Terkunci lagi, Cil?” ucapnya dengan wajah datar. Pak Dayat bukan orang yang ramah, tapi juga tidak jahat. Aku tersenyum lebar, bergegas keluar sebelum kembali di kunci oleh Pak Dayat.

***

Langkah kakiku terhenti beberapa puluh meter dari rumah yang kutempati bersama ibu.

‘kenapa banyak orang?’

Ada sebuah mobil sedan berwarna hitam terparkir tak jauh dari sana.

Deg!

Seperti ada sesuatu yang besar menghantam dada, aku terhenyak.  Lutut seakan tak mampu lagi menopang berat tubuh.

Apakah?

Kupercepat langkah, menyibak kerumunan orang yang berjejal di depan pintu. Beberapa menepi, memberi jalan agar aku bisa lewat. Tak lagi kurasakan detak jantung, saat melihat ibu terbaring dengan mata tertutup. Aku mendekat dengan seluruh tubuh gemetar.

“I -ibu,” kusentuh tangan wanita yang telah membesarkanku itu, tapi beliau diam saja  membuatku semakin cemas saja.

“I -ibu, kenapa wak? Ibu tidak kenapa-napa, kan?” Kutatap Wak Samsul, tapi wajah itu malah semakin menunduk dalam.

“Ibumu pingsan Cil, Uwak juga gak tahu persis penyebabnya apa. Tadi pagi, setelah kamu menyampaikan pesan ibumu, Uwak langsung datang kesini. Oleh ibumu, Uwak diminta untuk menghubungi seseorang, jadi Uwak pergi ke rumah Pak RT buat menelepon. Saat Uwak kembali, ibumu sudah tak sadarkan diri."

Aku mendengarkan penjelasan Wak Samsul dengan mata berlinang, entah apa yang ada di pikiran ibu dan siapa orang yang diminta ibu untuk di hubungi Uwak Samsul. Setahuku, kami tidak punya saudara ataupun kerabat yang tinggal di luar kampung.

Berbagai macam hal berkecamuk di pikiran, saat tiba-tiba, netraku bertumpu pada sosok pria ber-jas, yang entah sejak kapan ada di ruangan ini.

“Maaf, Bapak siapa? Bapak mengenal ibu saya?”  Aku mendekati pria itu dan bertanya dengan sopan. Pria itu menarik sedikit sudut bibirnya, mengulurkan tangan lalu berkata, "Saya Lukman, suruhan orang yang dihubungi oleh Uwakmu tadi.

“Suruhan?” Aku tak paham maksudnya.

“Ehm, maksud saya, saya sopir Tuan Hutomo dan saya tidak bisa menjelaskan lebih dari itu. Saya mohon maaf!” Pria yang mengaku bernama Lukman itu sedikit membungkuk setelah selesai berbicara.

Aneh!

“Sebaiknya, kita bawa Bu Rahmi ke Rumah Sakit terlebih dahulu agar segera mendapatkan pertolongan.” Dia melanjutkan, lalu membungkuk lagi. Aku mundur dua langkah.

“Ta, ta -pi,"

“Soal biaya jangan khawatir, Tuan Hutomo akan membiayai seluruh perawatan Ibu Rahmi sampai sembuh.” Dia memotong ucapanku, seolah bisa membaca pikiran.

Aku dan Wak Samsul saling tatap, tak percaya dengan apa yang baru saja kami dengar, pun juga warga kampung. Banyak yang menduga-duga, tapi tak sedikit yang menuduh. Aku tak sempat memikirkan pandangan orang terhadap kami. Yang paling penting sekarang, aku harus menyelamatkan Ibu terlebih dahulu.

“Gimana, Wak?” aku berbisik.

“Uwak rasa, saat ini kita tidak punya pilihan Cil. Kita harus menolong ibumu.” Sahut Wak Samsul lirih.

***

Sudah lima hari ibu di Rumah Sakit, tapi belum ada kabar dari Wak Samsul ataupun Pak Lukman. Aku memang tetap berangkat ke sekokah. Sesuai perjanjian, aku akan menjenguk dan menemani ibu setelah pulang sekolah. Selesai mengerjakan semua tugas dan pekerjaan, baru aku akan naik angkot ke Rumah Sakit dan menemani ibu semalaman. Sehabis subuh, aku akan menumpang mobil sayur Mang Ujang yang tiap hari mengantar dagangannya ke kota. Aku hanya perlu berjalan kaki sekitar 20 menit dari Rumah Sakit ke persimpangan, tempat kami berjanji untuk bertemu setiap harinya.

“Heh, Ibu lo dulu wanita panggilan ya?” Reza mendorong kursi yang kududuki dari belakang.

“Ucil anak haram!” Bondan menimpali, membuat anak lain seketika tergelak.

“Pantas saja selama ini kita gak pernah liat bapaknya, iya kan, teman-teman ?”  kali ini Amir angkat bicara.

“Anak haram, anak haram ....” seluruh kelas riuh bersorak. Ada yang melempari dengan kertas, juga mendorong-dorong kursi dari belakang, bahkan Bondan menoyor kepalaku. Dia memang paling ditakuti di sekolah karena ayahnya donatur tetap di sekolah dan penyumbang dana terbesar. Itulah yang membuat Bondan merasa istimewa. Terlebih guru-guru yang seolah menganak emaskannya, membuat tingkah laku Bondan semakin seenaknya. Sebenarnya, aku ingin menghajar Bondan karena sudah keterlaluan tapi sosok Alea membuat aku harus menahan amarah sekuat tenaga. Aku terlalu malu pada Alea. Hingga yang kulakukan hanya menunduk.

“Diam kalian semua, apa kalian gak punya hati? Ibu Ucil lagi sakit, dan kalian malah sibuk menjelek-jelekkannya!” Alea menggebrak meja dengan wajah penuh amarah

Bersambung

Yang udah baca sampai bab 2 aku ucapkan makasih banyak 🤗

Jangan lupa tinggalkan jejak ya gaess, biar aku makin rajin update 🥰

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Cinta Dan Nafsu
Mantap Kronologinya intelek oi
goodnovel comment avatar
alanasyifa11
awalnya aku pingin baca gara2 sinopsisnya yang menarik,dan chapter 1 nya ga mengecewakan! ga sabar pingin baca semuanya ... btw author gaada sosmed kah? aku pingin follow~
goodnovel comment avatar
Irayshi
Lah komentarku merusak ceritanya (;;;・_・)
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status