Elmira mematut dirinya di depan cermin sambil melenggok ke kanan dan ke kiri.
"Sudah cantik," gumam Elmira mengagumi dirinya sendiri.
"Tapi apa aku tak berlebihan dandan seperti ini?" tanyanya pada dirinya sendiri.
"Ah masa bodoh. Lebih baik aku cepat ke sana." Ucap Elmira bergegas keluar kamar. Ia mencari keberadaan ayah dan ibunya untuk pamit keluar.
"Ayah dan Ibu ke mana, Dek?" tanya Elmira pada adiknya.
"Ayah dan Ibu pergi ke rumah Paman Sam," sahut Adik Elmira.
"Ya sudah. Kamu di rumah dulu ya, Kakak mau keluar sebentar."
"Mau ke mana?"
"Ada undangan makan malam dan Kakak harus hadir." Sahut Elmira lalu keluar rumah.
Elmira menuju rumah Reksa menggunakan sepedanya yang telah diperbaiki. Tak butuh waktu lama karena jarak rumah Elmira dengan Reksa tak begitu jauh.
"Permisi ...," ucap Elmira sampai di depan pintu.
Ceklek
"Nona, Anda sudah ditunggu Tuan di dalam. Silakan masuk," ucap pria yang ia ketahui bernama Haris.
Haris mengantar Elmira hingga sampai ruang makan. Setelah itu Haris pamit undur diri.
Reksa berdiri, berjalan menghampiri Elmira."Senang sekali Nona mau datang ke sini," ucap Reksa. Matanya menyusuri tubuh Elmira dari atas hingga bawah.
Sempurna.
Elmira tersenyum canggung, "bukankah tidak sopan jika saya menolak hadir di sini, Tuan," sahut Elmira.
"Ayo ... lebih baik kita mulai saja makan malamnya," ucap Reksa.
Mereka berdua menikmati hidangan yang telah juru masak sajikan.
Selesai makan malam Reksa mengajak Elmira ke taman belakang menikmati suasana malam hari di desa ini. Mereka duduk di atas ayunan besi yang lumayan besar. Muat untuk mereka berdua.
"Gadis seperti Nona, apakah sudah memiliki kekasih hati?" Tanya Reksa menerawang ke langit.
Elmira menunduk, ia tak bisa menjawab pertanyaan Reksa.
"Aku dengar Nona banyak menolak para Juragan yang berniat mempersunting Nona," sambung Reksa.
"Dari mana Anda mendengar hal semacam itu, Tuan?" tanya Elmira.
"Mudah bagiku tahu semua informasi yang aku inginkan," sahut Reksa.
"Iya ... saya paham soal itu karena Anda adalah orang yang penting," sahut Elmira.
"Apakah aku juga akan menjadi bagian dari para pria yang ditolak cintanya?" ucap Reksa.
"Maksud Tuan apa? Saya tidak mengerti," lirih Elmira.
Reksa memandang lekat mata gadis cantik di depannya ini. "Aku jatuh hati padamu sejak pertama kita bertemu." Ucap Reksa membuat Elmira melotot.
"Tuan ...."
"Sungguh aku telah jatuh hati padamu, Nona Elmira. Apakah kau mau menerimaku sebagai kekasihmu?" Tanya Reksa membuat Elmira salah tingkah hingga ia tak berani melihat wajah Reksa.
"Sa-saya ... saya tak pantas mendapatkan hati Juragan besar seperti Anda, Tuan. Saya bukan anak seorang Juragan seperti halnya Nona Gendhis atau nona-nona yang lain. Saya hanya seorang anak petani biasa, Tuan," sahut Elmira.
"Cukup katakan ya atau tidak," ujar Reksa. Tangannya mengangkat dagu Elmira agar bisa menatapnya.
Pandangan mata mereka beradu.
"Katakan!" titah Reksa.
"Iya, Tuan ... saya mau." Sahut Elmira malu-malu membuat Reksa tak tahan untuk mendekatkan wajahnya. Hingga kini bibir Reksa bisa menempel di bibir Elmira. Satu kecupan. Hanya sebuah kecupan.
Reksa menarik wajahnya, "berarti kita ini sekarang sepasang kekasih?" tanya Reksa agar lebih yakin. Elmira mengangguk malu, mengiyakan ucapan Reksa.
Detik berikutnya Reksa menarik tengkuk Elmira. Reksa tak kuasa menahan hasratnya untuk melahap bibir ranum Elmira yang sedari tadi begitu menggoda dirinya. Cukup lama mereka bertukar saliva. Reksa melepas ciumannya karena Elmira sudah teesengal tak bisa bernafas. Reksa menarik tangan Elmira, membawanya duduk di atas pangkuannya. Reksa mulai menurunkan ciumannya. Kini ia menjelajahi leher jenjang Elmira. Hingga terdengar lenguhan dari mulut Elmira.
Elmira tak kuasa menahan rasa nikmat yang menyerang dirinya saat ini. Ini kali pertama ia diperlakukan seintim ini oleh seorang pria.
"Tuan ...."
"Panggil aku Reksa." Reksa terengah-engah menempelkan keningnya di kening Elmira.
"Reksa." Bisik Elmira membuat Reksa gemas dan menggigit kecil bibir Elmira.
"Hari sudah semakin larut," ucap Elmira.
"Iya, Andai kau bisa lebih lama lagi di sini," sahut Reksa.
"Itu tidak mungkin, Ayah dan Ibu pasti akan panik mencariku. Lebih baik aku segera pulang." Sahut Elmira lalu bergegas meninggalkan rumah pria yang baru saja menjadi kekasihnya ini.
***
Elmira pulang ke rumah sudah sangat petang. Ia berjalan mengendap-endap agar ayah dan ibunya tak tahu ia pulang selarut ini. Bisa kena marah ia nanti.Sampai di kamar, Elmira segera membersihkan dirinya dan mengganti pakaian. Ia berbaring di ranjang, menatap langit-langit kamar membayangkan bagaimana jika ia bersanding dengan Juragan Reksa.Elmira meraba bibirnya yang sedikit bengkak. Ternyata begini rasanya berciuman. Elmira tertawa sendiri mengingat kejadian tadi. Bagaimana bisa ia duduk di pangkuan Juragan Reksa. Bagaimana juga ia tanpa berpikir panjang langsung mau begitu saja saat Juragan Reksa menjamah tubuhnya, bahkan mengambil ciuman pertamanya. Bukankah ia sudah berjanji pada dirinya sendiri bahwa ciuman pertamanya tentu ia persembahkan hanya untuk suaminya kelak. Elmira menghembuskan nafasnya perlahan. Mungkin Juragan Reksa lah jodoh yang ia nanti. Apabila Juragan Reksa ingin meminangnya tentu Elmira tak akan berfikir dua kali untuk menerimanya. Malam ini Elm
Siang yang biasanya begitu terik, kini terasa dingin karena langit masih mendung setelah semalam hujan mengguyur desa. Untungnya pagi tadi hujan sudah berhenti membuat para petani bisa lega karena bisa berkerja ke ladang mereka.Sudah satu minggu Elmira menjalin kasih dengan Juragan Reksa. Tanpa diketahui orangtua juga kedua temannya, Elmira selalu menghabiskan waktu siang hingga sorenya di rumah Juragan Reksa. Memadu kasih selayaknya insan yang tengah dimabuk asmara.Elmira duduk seluntur di sofa panjang yang ada di kamar Reksa, tubuhnya bersender dalam dekapan hangat Reksa.Tok tok tok.Bunyi ketukan pintu terdengar, setelah suara Reksa yang mengintruksi menyilakan masuk, kini terlihat Haris datang menunduk tak berani melihat
Elmira berlari ke luar rumah melewati pintu belakang. Tampak Haris terkejut melihat kekasih dari Juragannya keluar lewat pintu belakang dengan berderai air mata.Haris ingin mengantarkan pulang, tapi Elmira sudah berlari menjauh. Haris menduga bahwa terjadi hal yang tidak menyenangkan di dalam sana. Tapi Haris tak berani masuk sebelum Reksa memanggilnya masuk.Sesaat kemudian Juragan Reksa menggiring Gendhis keluar dari rumah menuju mobil Gendhis yang sudah terparkir di halaman. Haris memberanikan diri mendekat ke arah Reksa."Maaf Tuan, tadi saya melihat Nona Elmira berlari sambil menangis keluar dari pintu belakang," ucap Haris membuat Reksa tampak terkejut."Ya Tuhan ... aku melupakan Elmira. Dia pasti mendengar semuanya dan juga melihat Gendhis mencumbuku," kata Reksa penuh penyesalan.Seharusnya tadi Reksa segera mengusir Gendhis agar cepat keluar dari rumahnya. Mungkin hal ini tak akan terjadi. Reksa ingin agar Elmira tahu dari mulutnya
Siang hari Gustaf dan Mirai pulang ke rumah lebih awal karena putri cantiknya sedang tak enak badan. Sampai di halaman depan rumahnya yang luas, Gustaf dan Mirai saling pandang karena ada sebuah mobil mewah terparkir di halamannya. Gustaf dan Mirai sudah sering melihat pemandangan ini karena tak jarang para pria kaya datang untuk meminang putrinya."Kali ini Juragan mana lagi yang akan meminang putri kita, Mirai?" ucap Gustaf.Mirai mengendikan bahunya pertanda tak mengerti. Mirai tersenyum pada suaminya. "Siapkan saja kata-kata untuk menolaknya. Kita hanya akan menikahkan putri kita apa bila putri kita sendiri yang berkenan menerima pinangan dari salah satu mereka," sambung Mirai."Iya, aku mengerti," sahut Gustaf.Gustaf dan Mirai masuk ke dalam rumah. Di ruang tamu mereka melihat seorang pria tampan sedang mengobrol bersama Elmira."Elmira ...."
Tiba hari di mana Elmira akan melangsungkan pernikahan dengan Juragan Reksa, pria yang dicintainya. Elmira mematut dirinya di depan cermin. Ia begitu puas dengan riasan dari seorang juru rias yang didatangkan langsung dari kota. Begitu juga gaun pengantin Elmira, berwarna putih gading. Begitu indah pas di tubuhnya. Kamar Elmira sudah dihias seindah mungkin dengan bunga-bunga. Reksa dan Elmira melangsungkan pernikahan di halaman depan rumah. Karena halaman rumah Gustaf cukup luas."Aku turut bahagia untukmu, Elmira. Aku tak menyangka Juragan dari kota itu sebentar lagi akan menjadi suamimu," ucap Rani sambil tersenyum."Terima kasih, Rani. Aku berdoa semoga kamu cepat menyusulku menuju pelaminan," sahut Elmira."Tapi sebentar lagi kita tak akan bermain air lagi di sungai seperti dulu. Kau akan hidup di kota." Dian tersenyum namun juga menitikan air mata kebahagiaan juga kesedihan karena sebentar lagi Elmira akan ikut suaminya ke kota."Bukankah ini impianm
Pagi yang cerah, ah bukan. Ini sudah siang. Matahari sudah begitu tinggi saat Elmira membuka matanya. Elmira membenarkan selimut yang menutupi tubuhnya. Menengok di sebelahnya ada pria tampan yang kini telah sah menjadi suaminya. Mendadak wajah Elmira menjadi panas teringat pergulatannya tadi malam dengan juragan Reksa.Elmira bingung bagaimana ia pergi ke kamar mandi. Gaun yang kemarin ia pakai terlempar begitu jauh dari ranjang. Sedangkan kini tubuhnya hanya tertutup oleh selimut tebal yang membungkus jadi satu dirinya dengan Reksa. Mungkin ia harus lari menuju kamar mandi sebelum Reksa terbangun dan melihatnya berjalan tanpa busana. Pelan Elmira bergerak agar ranjangnya tak ikut bergoyang lalu membangunkan Reksa."Mau ke mana?" Elmira terkejut mendengar suara serak khas bangun tidur Reksa.Elmira mematung di tempat."Apa kau tidak men
Elmira membuka matanya saat sinar mentari mengusik tidur nyenyaknya. Ternyata tidur dalam dekapan seorang suami begitu nyaman dibandingkan tidur sendiri. Apa lagi kamar yang sekarang ini ia tempati begitu nyaman membuat ia betah di dalam kamar.Elmira menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Elmira tertarik saat melihat ada bak untuk berendam."Bukankah ini bak untuk berendam. Apa ya namanya? Aku belum pernah mandi di bak seperti ini." Gumam Elmira mulai menyiapkan airnya dari keran.Setelah melepas semua pakaian yang melekat di tubuhnya Elmira langsung masuk dalam bak yang sudah di isi air."Cairan apa ini? Baunya wangi, seperti sabun." Ucap Elmira saat menemukan beberapa botol cairan lalu mencoba menuangkannya sedikit.Elmira tersenyum, "jadi begini rasanya. Aku seperti putri raja berendam di bak seperti ini." Gumam Elmira menikmati segarnya air yang mengenai tubuhnya hingga sebatas leher."Kenapa tidak mengajak aku berendam bersamamu
"Ayah!!" Seorang gadis kecil berlari menubruk kaki seorang pria dewasa."Sabrina, jangan lari!" Seru seorang wanita dewasa di belakangnya.Pria yang dipanggil ayah oleh Sabrina tersenyum lalu mengangkat tinggi Sabrina sampai atas kepala membuat gadis kecil itu tertawa senang."Selamat sore, Tuan." Sapa wanita dewasa yang sedari tadi mengajak Sabrina bermain."Delia, kenapa kau yang mengasuh Sabrina?" tanya Reksa."Andini sepertinya kurang enak badan jadi saya memutuskan untuk mengajak Sabrina bermain, Tuan," sahut Delia."Elmira, ini Sabrina putri kecilku yang sangat cantik," ucap Reksa memperkenalkan putrinya pada sang istri.Elmira tersenyum hangat, "hai, Sabrina ...."Sabrina tampak berpikir sebelum melempar senyumannya pada Elmira."Sabrina, ini ibunya Sabrina juga. Ibu Elmira," uc