6. Mantra

Elmira pulang ke rumah sudah sangat petang. Ia berjalan mengendap-endap agar ayah dan ibunya tak tahu ia pulang selarut ini. Bisa kena marah ia nanti.

Sampai di kamar, Elmira segera membersihkan dirinya dan mengganti pakaian. Ia berbaring di ranjang, menatap langit-langit kamar membayangkan bagaimana jika ia bersanding dengan Juragan Reksa.

Elmira meraba bibirnya yang sedikit bengkak. Ternyata begini rasanya berciuman. Elmira tertawa sendiri mengingat kejadian tadi. Bagaimana bisa ia duduk di pangkuan Juragan Reksa. Bagaimana juga ia tanpa berpikir panjang langsung mau begitu saja saat Juragan Reksa menjamah tubuhnya, bahkan mengambil ciuman pertamanya. Bukankah ia sudah berjanji pada dirinya sendiri bahwa ciuman pertamanya tentu ia persembahkan hanya untuk suaminya kelak. Elmira menghembuskan nafasnya perlahan. Mungkin Juragan Reksa lah jodoh yang ia nanti. Apabila Juragan Reksa ingin meminangnya tentu Elmira tak akan berfikir dua kali untuk menerimanya. Malam ini Elmira tidur dengan pulas dan senyum yang mengembang di sepanjang malamnya.

***

Ayam berkokok, burung pun ikut berkicau bersahutan. Sepertinya Elmira sudah harus bangun untuk membantu ibunya menyiapkan sarapan.

"Selamat pagi, Ibu ...."

"Ada apa dengan putri cantik ibu ini, hemm? Nampaknya ceria sekali hari ini." Ucap Mirai memperhatikan guratan kebahagiaan terpancar dari putrinya.

Elmira tersenyum malu, "bukankah setiap hari aku selalu ceria, Ibu?"

"Iya, tapi kali ini ada yang berbeda." Ucap Mirai memperhatikan putrinya. Elmira menunduk lalu mengangguk dalam. Membuat Mirai tersenyum.

"Putri ibu sedang jatuh cinta?" Tebak Mirai membuat Elmira mendongak menatap ibunya malu.

"Benarkah?!" Seru Mirai lalu dibalas anggukan samar oleh Elmira.

"Ya Tuhan ... ibu sangat senang. Siapa pria beruntung itu?" desak Mirai.

"Aku akan segera mengenalkannya pada Ayah dan Ibu," sahut Elmira.

"Ada apa ini, sepertinya sedang bicara serius?" Gustaf berjalan menghampiri anak istrinya.

"Ayah ... ada kabar gembira, kita harus merayakannya dengan memasak banyak hari ini!" ucap Mirai pada suaminya.

"Oh ya, kabar apakah itu?" tanya Gustaf antusias.

"Putri kita sedang jatuh cinta," sahut Mirai.

"Ibu ...," rengek Elmira.

"Siapa pria beruntung itu, Nak?" tanya Gustaf.

"Belum saatnya aku kenalkan pada Ayah dan Ibu. Ah sudahlah ... sebaiknya kita sarapan," ucap Elmira.

"Ayah akan panggil adik-adikmu dulu." Sahut Gustaf pergi meninggalkan ruang makan.

***                                 

Seperti biasa pada siang hari Elmira selalu mengantarkan makan siang di ladang ayahnya. Elmira berjalan berbelok ke arah sungai. Siang hari seperti ini enaknya main air di sungai. Pasti kedua temannya sudah berada di sana. Namun langkah Elmira terhenti ketika ada sebuah mobil yang menghadangnya.

Haris keluar dari mobil. "Nona, Anda sudah di tunggu Tuan di rumah." Ucap Haris mempersilakan Elmira masuk ke dalam mobil.

Sampai di rumah besar Juragan Reksa, Haris berlari membukakan pintu untuk Elmira.

Elmira mengangguk sungkan terhadap Haris lalu berjalan masuk ke rumah sendiri karena Haris tak ikut masuk.

Membuka pintu, tampak Reksa tersenyum melihat sang pujaan hatinya datang menghampirinya. "Tahu kah kau jika aku menahan rindu sejak semalam?" Ucapnya saat sudah berhasil merengkuh tubuh Elmira dalam pelukannya.

Elmira tentu saja tersipu malu mendengar gombalan dari kekasihnya. "Tuan, Anda terlalu berlebihan."

Reksa mengangkat dagu Elmira agar mata mereka bisa beradu. "Bukankah aku sudah katakan untuk memanggilku dengan menyebut namaku saja, hemm?! Panggil aku Reksa, Sayang."

"Iya, Reksa ... tapi apakah itu pantas? Kurasa tak sopan jika aku memanggilmu seperti itu. Bukankah dirimu lebih tua dariku?" ucap Elmira.

"Kalau begitu kau bisa memanggilku sayang, seperti aku memanggilmu." Elmira tersipu mendengar sahutan Reksa. Bagaimana bisa ia menyebut sayang pada pria sempurna di depannya ini.

"Aku akan memanggilmu Reksa kalau begitu."

"Bagus, ayo kita makan siang. Aku sudah lapar karena terlalu lama menunggumu datang." Reksa menggandeng tangan Elmira menuju ruang makan.

Elmira menyendokan nasi dan lauk ke dalam piring Reksa. Dan itu tak luput dari perhatian Reksa.

"Ada apa, melihatku seperti itu?" tanya Elmira.

"Aku tak bisa tidak menatap wajah cantikmu, Sayang ...." Ucap Reksa membuat Elmira tersipu.

"Reksa, kau memanggilku sayang lagi?"

"Tentu ... karena kau kekasihku," sahut Reksa membuat Elmira melayang.

"Masakannya enak, pasti juru masak terbaik yang memasaknya bukan?!" ucap Elmira.

"Iya ... apa kau bisa memasak?" tanya Reksa.

Elmira mengangguk. "Aku biasa membantu Ibu memasak. Tapi sepertinya masakanku tak seenak masakan dari juru masak yang kau punya."

"Boleh lain kali aku menyicipi masakanmu?"

Elmira mengangguk. "Tentu saja. Tapi jangan bayangkan rasanya akan seenak ini," imbuh Elmira.

"Apa pun yang kekasihku masak, akan kumakan," sahut Reksa.

Selesai makan siang Elmira berjalan melihat sekeliling rumah Reksa. Ada sebuah pintu besar. Elmira mencoba mengintip di dalamnya.

"Ini kamarku, kau mau lihat?" ucap Reksa.

"Apa boleh?" tanya Elmira yang mendapat anggukan oleh Reksa.

Di dalam kamar sebesar ini hanya ada ranjang besar dengan seprai warna putih. Satu Lemari besar, sofa dan meja.

"Kosong, tak ada perabot apapun karena aku hanya sementara di sini." Ucap Reksa membuat langkah Elmira terhenti.

"Saat kau kembali ke kota, lalu bagaimana dengan hubungan kita?" dengan perasaan takut Elmira mencoba bertanya.

Jangan-jangan Elmira akan dicampakan begitu saja ketika Juragan Reksa kembali ke kota.

Reksa berjalan menghampiri Elmira. Direngkuhnya tubuh Elmira dengan satu tangannya. Sedangkan tangan yang lain membelai wajah ayu Elmira.

"Tentu aku akan membawamu ke kota bersamaku." Sahut Reksa lalu mengecup sekilas permukaan bibir ranum Elmira.

"Maksudnya apa, aku tak mengerti. Bagaimana mungkin seorang gadis dibawa seorang pria tanpa ada ikatan," kata Elmira.

"Tentu aku akan menikahimu dulu baru aku akan memboyongmu ke kota." Sahut Reksa kembali mengecup bibir Elmira.

"Reksa, kau senang sekali menciumi bibirku ...," gerutu Elmira.

"Itu karena bibirmu sudah membuat aku kecanduan," sahut Reksa.

"Gombal!!" Elmira sedikit mendorong dada bidang Reksa.

Reksa mendekatkan wajahnya dengan wajah Elmira hingga bibirnya bisa meraup bibir ranum Elmira. Dengan rakus Reksa menikmati setiap inci bibir gadis yang sudah menjadi kekasihnya itu.

"Reksa ...." Elmira terengah-engah.

Reksa membiarkan Elmira menghirup oksigen. Namun ia tetap melancarkan aksinya. Reksa membimbing Elmira berbaring di ranjang lalu kembali mencium bibir Elmira, tangannya mulai meraba dada Elmira. Sedikit remasan membuat Elmira melenguh tertahan. Ciuman Reksa turun menuju leher jenjang Elmira yang putih. Reksa masih bisa berpikir jernih untuk tidak meninggalkan jejaknya di leher Elmira. Ciuman Reksa turun hingga sampai dada Elmira yang sudah sedikit terbuka oleh tangan nakal Reksa. Melihat dua gundukan di depan matanya membuat gairah Reksa semakin naik. Tangan Reksa sedikit meremas salah satu dari dua gundukan indah itu.

Tangan Elmira menahan tangan Reksa. "Reksa ...." Elmira menggeleng. Namun gelengannya terhenti ketika matanya menatap pancaran mata Reksa yang memohon.

"Setelah urusan bisnisku selesai, aku janji akan menikahimu. Kekasihku ... pujaan hatiku ...," bisik Reksa di telinga Elmira.

Mantra yang dibisikan Reksa rupanya manjur. Kini Elmira tak lagi menghalau tangan Reksa untuk bergerilya pada tubuhnya yang kini sudah sedikit tertindih tubuh Reksa. Reksa sedikit membuka baju bagian atas Elmira, ia mulai meninggalkan beberapa jejak kepemilikannya di dada Elmira yang menyembul dari tangkupan behanya.

Elmira hanya bisa menikmati sentuhan demi sentuhan dari sang kekasih.

***