Sedari tadi, Bening sudah mondar mandir tanpa melepas ponsel yang selalu ada di genggaman. Hampir setiap menit, maniknya kembali mengarah pada angka jam digital yang tertera di sana, berikut melihat notifikasi yang masuk ke dalam ponselnya.
Namun, sebuah balasan yang ditunggu-tunggu, juga tidak kunjung diterimanya.
Ketika rasa tidak sabarnya kembali menggelora, Bening pun kembali mencoba menghubungi Aga. Bening kembali menelepon pria itu, dan ternyata, Aga kembali tidak mengangkat teleponnya sama sekali. Bening kembali membuka aplikasi chat berwarna hijau miliknya. Dibukanya dengan cepat, dan … chat yang dikirimkan Bening kepada Aga sejak sore tadi, tidak satu pun yang baca oleh pria itu.
Sangat, sangat, menyebalkan!
Bening kemudian duduk di tepi ranjang. Menarik
Sejak pembicaraan serius yang terjadi pada malam itu, Aga sudah tidak pernah lagi menerobos masuk ke unit milik Bening tanpa permisi. Aga akhirnya sadar, kalau semua hal yang dikatakan oleh Bening adalah benar adanya. Andaipun nanti mereka jadi menikah seperti kehendak Aga, ia yakin kalau rumah tangganya dengan Bening tidak akan tenang. Adanya isu negatif dari beberapa orang, pastinya akan sangat mengganggu kehidupan mereka.Belum lagi, Bening sempat berceletuk mengenai perihal percobaan bunuh diri yang pernah dilakukan oleh gadis itu. Aga tidak ingin, jika permasalahan yang menyerang tersebut, akan kembali mempengaruhi mental gadis itu ke depannya.Oleh sebab itulah, Aga kini harus lebih bersabar dan menjaga jarak agar gejolak dalam darahnya itu tidak selalu beriak ketika berhadapan dengan Bening.Awalnya, memang t
“Ga.” Vira mencekal siku Aga yang baru saja berdiri dan sepertinya hendak pergi menyusul Sisil. “Jangan seperti anak kecil, kita bicarakan lagi semuanya dan ayo mediasi.”Aga menarik tangannya hingga terlepas lebih dulu dari Vira. “Vira … aku, capek! Bertahun-tahun aku diam dan berusaha bicara baik-baik, tapi nggak juga kamu anggap. Dan sekarang, rasaku sudah hilang, Vir. Karena itu aku nggak mau mediasi dan aku kabulkan apapun yang kamu minta di pengadilan. Please, ayo berdamai dan jalani hidup masing-masing.”“Tapi, Ga—”“Aku harus pergi,” putus Aga kemudian berlalu tanpa ingin lagi mendengar ocehan Vira. Bukan karena ia ingin menyusul Sisil, tapi Aga tidak ingin berlama-lama berada bersama Vira. Ia tidak ingin berdebat, dan memilih pergi dem
Setelah Aga mengirim nomor rekeningnya seperti yang Bening minta, pria itu benar-benar kembali menghilang dari jangkauan Bening. Sejak saat itu pula, Bening tidak lagi pernah melihat, bertemu, ataupun berhubungan dengan mantan atasannya itu. Aga benar-benar melakukan apa yang sudah dikatakannya, dengan tidak akan mengatur dan mengurusi hidup Bening lagi. Sementara Bening, setelah mendapat nomor rekening dari Aga, keesokan harinya ia langsung pergi ke bank untuk mentransfer sejumlah nominal yang sama persis, seperti harga yang sempat dikatakan oleh marketing apartemen tersebut. Yang semakin membuat Bening kesal ialah, setelah Bening mentransfer dan mengabarkan hal tersebut pada pria itu, Aga sama sekali tidak meresponsnya. Bahkan, untuk mengetikkan kata terima kasih pun, Aga tidak melakukannya. Deretan pesan yang dikirimkan oleh Bening, hanya dibaca dan sama s
“Mama kena sirosis hati, butuh donor. Dan kami sekeluarga nggak ada yang cocok.” Saat ada sebuah chat dari nomor yang tidak dikenal, Bening segera membuka dan membacanya. Setelah itu, selagi pengirimnya masih mengetikkan sesuatu, dan ingin kembali mengirim chat pada Bening, ia langsung memblokir nomor tersebut. Bening langsung berdecih kesal sendiri di detik yang sama. Ketika masih sehat, tidak ada satu pun yang mengingat Bening sebagai keluarga. Namun, ketika sudah sakit seperti sekarang, barulah Bening dicari-cari. Jelas mereka semua salah sasaran, ketika berharap Bening akan mau mendonorkan sebagian dari organ tubuhnya, meskipun kepada wanita yang telah melahirkannya. Jika saja orang itu Sinta, walau nyawa sekali pun, Bening tidak akan ragu untuk memberikannya. Se
Meskipun, sudah beberapa waktu ini Aga menghindari Bening dan menjaga jarak, ternyata aliran darahnya masih saja berdesir hebat ketika ia bertemu kembali dengan gadis itu. Aga kira, mungkin dengan sejalannya waktu, pikirannya akan terlupa dan hatinya pun sudah tidak lagi menyimpan nama gadis itu. Akan tetapi, Aga salah besar. Pertemuannya di lift beberapa waktu yang lalu, membuat Aga semakin hari semakin mengeraskan pijatan pada kepalanya. Aga sempat mengira, mungkin semua rasanya pada gadis itu adalah sebuah penasaran serta iba belaka. Namun, ternyata tidak seperti itu. Hanya saja, Aga memang harus menjauh untuk sementara waktu, sampai hakim memberi putusan dan ketuk palu pun akhirnya diikrarkan. Jika tidak, Aga khawatir kalau akal sehatnya sebagai seorang pria akan benar-benar hilang ketika ia selalu bersama dengan gadis itu. Sementara, Aga bukanlah pria ya
Aga masuk ke dalam kamar dengan membawa semangkuk bubur ayam yang diminta oleh Bening. Ditambah, satu strip obat penurun panas serta sakit kepala, yang baru saja diantar oleh salah satu karyawan yang bekerja di apartemen. Gadis itu kembali tertidur, sambil membungkus tubuhnya dengan selimut, hingga mau tidak mau, Aga harus membangunkan Bening kembali terlebih dahulu. Aga meletakkan semua barang yang dibawanya ke atas nakas, lalu membangungkan gadis itu sekali lagi. “Ning, sarapan dulu,” ujar Aga seraya menyentuh bahu Bening dan mengguncangnya dengan perlahan. “Bubur ayamnya sudah ada.” “Bening, bangun.” Gadis itu hanya menggumam dan semakin menarik selimut dan kembali menutup seluruh tubuhnya. “Ning—”
Aga meletakkan satu tangan di atas dahi Bening, dan menjauhkan kepala gadis yang tengah menempel di dadanya dengan perlahan. Meskipun hatinya kesal bercampur gusar, tapi Aga berusaha untuk tidak berbuat kasar pada gadis itu.“Lepas, Ning,” titah Aga masih sembari menahan kepala Bening.Bibir sensual yang pucat itu pun memberengut seraya menggeleng. “Hape dulu.”“Nggak akan.”“Sama dong,” sahut Bening dengan cepat, kendati rasa pusing di kepalanya masih tidak mau pergi. “Saya juga nggak akan lepasin Pak Aga.”“Jangan mancing-mancing kalau nggak mau diajak ke penghulu.”“Ish, kepala Bapak isinya cuma kawin
Setelah mengambil laptop yang berada di mobil dan kembali ke dalam unit Bening, Aga hanya duduk di ruang tamu, tanpa masuk ke dalam kamar. Aga khawatir, akan ada pemandangan yang seharusnya tidak dilihat, ketika Bening selesai mandi. Untuk itulah, Aga hanya menunggu gadis itu di ruang tamu. Jika Bening tidak keluar dalam kurun 15 menit, barulah Aga akan mengetuk pintu kamar terlebih dahulu, untuk memastikan gadis itu sudah selesai mandi atau belum.Ada beberapa hal yang harus dibicarakan Aga dengan Bening kali ini. Namun sebelum itu, Aga harus mengecek e-mail perusahaan terlebih dahulu terutama hasil dari rapat redaksi pagi ini.Aga meletakkan laptop di pangkuan, lalu mulai membaca beberapa e-mail yang masuk satu persatu dengan teliti. Begitu menemukan sesuatu yang harus dibenahi, maka Aga langsung membalas e-mail tersebut agar beberapa materi yang ada bisa dir