Kenapa aku berpikir kalau dengan melarikan diri dari tempat ini saja cukup untuk memberi kehidupan yang layak untuk anakku nanti? Bukannya lebih baik kalau dia tidak dilahirkan? Karena tidak ada jaminan juga kami bisa hidup damai tanpa dikejar oleh Hayden dan pasukannya, serta dari bahaya manusia lainnya yang berniat menyakiti kami.
Sejujurnya, aku tidak yakin.
Bukankah kematian adalah jawaban yang paling bijaksana?
‘Wah, kenapa tiba-tiba aku jalan sampai ke Danau Hijau lagi? Tsk, apa alam bawah sadarku menyuruhku untuk menenggelamkan diri lagi ke danau itu?’
Air di Danau Hijau masihlah sama hangatnya. Ketika permukaan air sudah sampai di lututku, aku menoleh ke belakang karena heran pada para pengawal atau Merri yang tidak melarangku. Tapi aku tidak mendapati seorangpun di sana, padahal aku ingat mereka tadi membuntutiku. Kapan kami berpisah?
‘Apa ini pertanda kalau aku bebas mati sekarang?’ Aku berjalan lebih jauh me
“Kau! Kenapa kau muncul di sini?” Fuschia mencengkeram lengan baju pria itu lebih erat ketika ia mengenali siapa pria itu.“Yang Mulia?”“Tunggu, kenapa kau bisa cepat mengganti bajumu?”“Apa maksudmu, Yang Mulia? Sejak tadi saya mengenakan baju ini.”“Mustahil. Aku mengejarmu. Dengan jelas kau memakai baju warna cokelat, bukan jas abu-abu, Tuan Elysian.”Elysian tampak kebingungan. Ia mengamati pakaiannya hari itu dari atas hingga bahwa. Lalu ia menjulurkan tangannya untuk menenangkan Fuschia yang tengah panik, namun ia tarik kembali tangannya. Dia tidak berani menyentuh wanita ini dengan sembarangan, atau...Fuschia masih mengatur nafasnya satu per satu. Kaki yang hampir tidak pernah digunakannya berlari, melakukan tugas berat hari ini. Ia bisa merasakan kakinya gemetaran, gagal menumpu bobot badannya, sekaligus gaun basah yang berat. Ia ingin menjatuhkan tubuhnya sejenak untuk be
Hayden duduk santai di kursi agungnya. Di tengah-tengah aula istana kediamannya yang menjadi tempat berpesta. Dengan segelas champagne menggantung diantara kedua jarinya. Ia menikmati pesta kecil yang dirancang oleh istrinya, Fuschia, untuk dirinya dan pasukannya.Sesekali bibirnya mengukir senyum tatkala menyaksikan para prajuritnya tampak bersenang-senang dengan makanan dan alkohol yang disajikan elok oleh para pelayan. Lantunan musik orkestra mengiringi jalannya dansa para pasangan. Kakinya menghentak kecil, ikut terbawa alunan musik.“Kau boleh berdansa, Yang Mulia.” Saran Raymon yang berdiri di sisinya masih dengan sikap siaga. “Mana bisa aku berdansa tanpa pasanganku, Raymon? Aku sudah menjadi pria beristri.”“Tentu saja, Yang Mulia.”“Mengapa kau tak berdansa dan menikmati pesta ini, Raymon? Aku melihat banyak nona mencuri pandang kepadamu.”“Tapi Yang-”“
Tidak ada kata yang tepat selain keterkejutan saat pintu kamarnya terbuka, dan Fuschia melihat ada orang lain di sana. Fuschia berdiri terpatung di bibir pintu kamarnya. Kepala belakangnya seperti dipukul dengan tongkat baseball. Meskipun ia belum pernah dipukul menggunakan benda itu sebelumnya, tapi ia bisa membayangkan betapa sakitnya. Seperti saat ini. Kepalanya pening seketika.“Fuschiaku, darimana saja kau selama ini?” Tanya Hayden menyelidik, jarinya mengetuk meja tak sabaran.Fuschia masih terpatung. Matanya menangkap Hayden duduk di sofa, sedangkan Raymon berdiri tegap di belakangnya. Dua orang yang paling ia benci di semesta, ada di hadapannya saat dirinya seorang diri. Fuschia menelan ludahnya pahit. Ia menarik nafasnya perlahan.“Hayd- Saya menyapa Yang Mulia Putra Mahkota.” Fuschia membungkuk, tangannya yang sudah kering, kembali basah tatkala menjinjing kecil gaunnya.“Tolong jawab aku, Fuschia.&rdq
Siapa yang menyangka akan ada hari saat Fuschia bisa menikmati sajian teh bersama tokoh-tokoh penting dalam novel ini? Ada Hayden yang dengan anggun duduk di depannya. Lalu ada Raymon berdiri di belakang Hayden dengan sikap siaga, serta Sarah – yang tengah menyamar sebagai Sergei, duduk di sisi Fuschia.Tiga orang busuk yang menertawainya malam itu ada di satu tempat. Dan di sinilah dirinya sekarang, menyeruput teh bersama mereka yang telah membunuhnya.Sesekali Fuschia akan melirik tajam pada Raymon.‘Aku sangat menantikan hari di mana aku bisa melihat tubuhmu dicabik-cabik monster, Raymon.’ Fuschia menggertakkan giginya.Ia menahan emosi marah yang siap meluap dengan menyeduh teh hangat. Sebenarnya ia lebih ke orang yang ngopi, jadi kebiasaan bangsawan di sini meminum teh masih asing untuknya. Sekalipun ia telah melakukan aktivitas ini selama 13 tahun, tetap saja cita rasanya tidak berubah. Ia merindukan kopi yang mampu melegakan
“Itu bukanlah sebuah … rumor, Yang Mulia.” Jawabanku membuat mereka berdua, ah tidak, membuat mereka bertiga syok.“Fuschiaku, apa maksudmu dengan itu?”Oh! Aku sangat suka menyaksikan wajah Hayden terlipat seperti itu. Ekspresi Sarah juga tidak kalah menghibur.“Jika mereka mengatakan kalau aku bermain dengan pria di tempat terpencil lalu membawanya ke Istana Melati, maka itu bukan sebuah rumor, tapi fakta.”“Tapi kenapa?” Sarah melirik Hayden sekilas, aku pun demikian.“Sebentar, Yang Mulia. Apa yang kau pikirkan saat aku mengatakan kalau aku bermain dengan seorang pria? Tidak mungkin... kau tidak mungkin berpikir kalau aku melakukan hal senonoh, bukan? Hohoho.”“Ten-tentu saja, Yang Mulia. Lantas apa yang kau lakukan bersama pria itu?” Sarah menyahuti.“Oh, kami menjadi teman. Dia adalah tukang kebun yang merawat taman di dekat Danau Hi
“Jadi ini benar, Yang Mulia? Ada seseorang yang mencoba meracunimu melalui bahan kimia? Itukah sebabnya kau lebih sering jatuh sakit sejak datang ke Istana?” Kekuatiran Elysian membuat hati Fuschia sedikit lebih hangat.“Mungkin iya, mungkin juga tidak .”Tubuhku memang jauh lebih rentan sakit setelah aku memasuki Istana. Tapi kupikir itu semua terjadi karena mentalku yang sangat lelah. Terutama setelah aku kembali dari masa lalu seperti saat ini. Namun, jika bukan karena stres, mungkinkah Hayden telah melakukan sesuatu?Kalau ingatanku benar, di masa lalu kepalaku terasa berat setelah aku menghabiskan malam bersama Hayden. Waktu itu aku berusaha untuk tampak baik-baik saja sambil menahan pening yang dahsyat. Hingga Hayden memberiku obat itu, yang harus kuminum setiap hari sebagai vitamin.Tapi sekarang, kepalaku sudah terasa berat bahkan sebelum aku menghabiskan malam bersamanya. Apakah aku telah terekspos bahan kimia jebakan Hayd
“Tidak ada. Saya hanya ingin mengirimkan pesan dari Putra Mahkota kepadamu. Beliau tidak ingin orang sembarangan yang menyampaikan pesan itu kepadamu. Jadi saya lah yang diutus.” Ekspresi datar Raymon tampak seperti biasanya, hanya saja Fuschia menangkap kesenduan dari sorot matanya.‘Mengapa kau tampak … tidak tenang? Hampir tidak pernah aku melihatmu gugup seperti itu. Atau jangan-jangan,’“Hmm, begitukah? Kalau kau ada di sini, apa artinya sekarang Putra Mahkota sedang bersama Tuan Sergei di kantornya?”Raymon memandangi Fuschia. “Benar, Tuan Sergei yang menjaga Putra Mahkota.”‘Ohohoho, jadi kau diusir ke mari karena dua orang itu sedang ingin bersama? Itukah sebabnya kau tampak sedikit gelisah? Aku tak mengira seorang yang tangguh dan dingin sepertimu bisa merasa gelisah karena seorang wanita, Raymon.’“Putra Mahkota pasti mengirimmu ke sini agar kau beristira
“Haaaa.” Aku menghela nafas semalaman.Mataku bengap karena aku tidak tidur semalaman. Benar-benar tidak memejamkan mata sejenakpun. Perasaanku campur aduk. Banyak cemas, gelisah, marah, risih, tapi juga excited. Karena akhirnya aku maju selangkah menuju tujuanku, yakni hamil.Tapi tetap saja, berbaring di atas kasur empuk bak marshmallow ini pun tidak membuatku terlelap. Membayangkan besok aku akan menghabiskan malam bersama pria yang tidak aku kenal di atas ranjang ini cukup membuatku terjaga.Aku masih berguling ke sana ke mari menguasai kasurku yang luas. Memporak-porandakan sprei putih yang tiap hari ditata rapi oleh para pelayan. Aku membenamkan kepalaku ke bantal.“Aaaarrrghhh!” Kutarik nafas dalam-dalam, lalu membenamkan kepalaku lagi ke bantal. “Aaaaaaarrrrggghhh!”Di sela-sela jariku sudah banyak rambutku yang rontok akibat tarikan kuatku. Aku bisa saja botak karena mengkhawatirk