Fuschia berjalan cepat keluar dari kediaman Paduka Ratu. Ia tidak ingin berada di tempat itu lebih lama lagi atau, suasana hatinya memburuk. Laura dan Sophie yang mengekori Fuschia mulai tampak kelelahan. Langkahnya yang gegabah menarik perhatian orang-orang di istana.
Mungkin karena pikirannya sedang kalut, Fuschia tidak berjalan menuju kediamannya, tapi malah ke Taman Rosemary. Taman bunga mawar yang sudah ada sejak pendirian Kerajaan Drachentia. Bahkan namanya pun diambil dari nama Ratu pertama Kerajaan. Kebetulan, Fuschia dan Hayden lumayan sering mengunjungi taman ini untuk berjalan bersama saat sedang suntuk. Dan sepertinya kebiasaan itu terbawa bahkan setelah Fuschia kembali ke masa lalu.
'Sial! Apa aku sudah terlalu dijinakkan oleh Hayden?’
Padahal saat pertama kali menjadi Fuschia, dia bertekad untuk tidak jatuh cinta kepada Hayden karena dia tahu takdir Hayden adalah bersama Sarah, tokoh utama wanita dalam buku ini. Dia berusaha sekuat hatinya untuk merubah alur cerita. Tapi karena kenaifannya, ia malah jatuh hati kepada Hayden. Pria brengsek yang menyodorkan istrinya sendiri untuk ditiduri pria lain!
‘Ah, gimana ini? Aku ingin membunuh mereka semua dengan cara tersadis. Tapi hati nuraniku melarang karena sekarang mereka belum melakukan apa-apa padaku! Mending aku mati ketimbang hidup dengan hati sampah begini,’
Angin berhembus lembut, menyisir rambut panjangnya yang diurai.
‘Aku bisa saja menggorok leherku sendiri. Tapi karena aku pengecut, aku tidak bisa melakukannya dengan tanganku sendiri. Beda cerita kalau aku dibunuh. Tapi dengan perlindungan seketat ini, siapa yang berani membunuhku? Sial.’
Di kala angin berhembus lebih kencang, semerbak wangi bunga mawar menyeruduk masuk ke hidungnya. Untuk sesaat, hanya sesaat, Fuschia tersenyum.
‘Heran deh. Buat apa aku dihidupin lagi di kehidupan ini? Siapa yang minta?!’
“Kita kembali ke Istana Melati” ucap Fuschia.
Belum genap langkahnya pergi, ia terhenti karena mendengar suara tawa renyah bercampur ocehan bayi dari seberang tempatnya berdiri. Fuschia mengamati bayi mungil di pelukan salah satu nona yang ada di kumpulan itu.
“Yang Mulia Putri Mahkota, beliau adalah Nona Almaren dari Keluarga Count Gustavv yang baru saja melahirkan beberapa bulan yang lalu. Beliau adalah istri dari Ketua Ksatria regu kedua yang turut membasmi monster bersama rombongan Putra Mahkota. Di sebelahnya adalah Nona-… dan Nona-… mereka datang-…” bisikan Laura tidak sampai ke telinga Fuschia ketika pandangannya tersedot pada sosok bayi mungil.
Fuschia mendekati rombongan itu.
“Ehem,” saat Sophie berdeham, rombongan Nona Almaren menoleh seketika dan segera membungkuk.
“Salam hormat kepada bulan kecil Kerajaan Drachentia, Yang Mulia Putri Mahkota, semoga Dewa Drachen selalu memberkati hari Anda”
“Terimakasih. Silahkan berdiri.”
“Yang Mulia, terimakasih telah berkenan menyapa kami. Sebuah kehormatan bagi kami untuk bertemu Anda, Yang Mulia. Wah, kau begitu cantik,” celetuk seorang nona di samping Nona Almaren, tatapannya berbinar-binar.
“Haha, terimakasih.” Fuschia tersipu, dan wajah tersipunya berhasil menyapu gundah orang-orang di sekelilingnya. Tidak hanya pria, namun wanita juga mengagumi keindahan wajah Fuschia.
Dari awal, Fuschia memang memiliki wajah cantik berseri yang membuat siapapun yang memandangnya jadi merasa tenang.
“Hmm.. kalau tidak keberatan, bolehkah aku.. menggendong bayimu?”
“Apa?”
Permintaan Fuschia mengejutkan semua orang, terutama Nona Almaren yang langsung gelagapan.
“Te-tentu saja, Yang Mulia,” Nona Almaren mengendorkan gendongannya. Lalu dengan bantuan seorang pelayan wanita yang lumayan tua, bayi perempuan itu berpindah ke pelukan Fuschia.
Jantung Fuschia berdegup kencang. Ia merasakan desakan emosi yang menggumul di dalam dadanya perlahan meletup, seperti kembang api di langit malam. Saat ia mendekap tubuh halus nan lembut bayi itu, ia semakin merindukan bayinya sendiri.
Dia hampir menangis.
“Dia.. sangat menggemaskan.” wajah Fuschia yang berseri-seri saat bermain dengan bayi perempuan di gendongannya sungguh menawan. Semua orang yang menyaksikan adegan itu seolah tenggelam dalam tumpukan kelopak bunga.
“Sungguh luar biasa, Yang Mulia. Ia tampak senang dalam pelukan Anda, padahal biasanya dia akan menangis saat dipeluk orang lain.” tutur Nona Almaren, pipinya membumbung tinggi saking senangnya.
“Benarkah? Apa artinya dia mengerti kalau aku menyukainya?”
“Su-sungguh suatu kehormatan bagi keluarga kami, Yang Mulia.”
“Nona Almaren, kalau kau ada waktu, silahkan kunjungi Istana Melati bersama putrimu. Mari kita berkenalan lebih dekat.”
“Ba-baik Yang Mulia.” Nona Almaren tersipu malu.
Setidaknya Fuschia bisa memiliki teman ngobrol selain dengan orang-orang yang sengaja Hayden kenalkan padanya. Dia tidak ingin dunianya dibatasi lagi oleh Hayden dalam tameng perlindungan.
Langkah Fuschia menjadi lebih tenang dalam perjalanannya kembali ke Istana Melati. Di sepanjang perjalanannya, ia menjumpai beberapa bangsawan lain yang menunduk patuh, meski ia tahu bahwa mereka tidak sungguh-sungguh patuh. Fuschia ingat betul wajah orang-orang yang menertawainya saat ia berada di panggung eksekusi.
Mereka adalah bangsawan sampah yang melempar kejahatannya pada Fuschia yang tidak bersalah.
‘Benar, karena aku terlanjur hidup lagi sebagai Fuschia, masih ada kesempatan bertemu babyku lagi! Yeah! Aku akan bikin baby lagi! Dan kali ini, aku akan melindungi dia apapun yang terjadi!’ Fuschia mengepalkan tangannya rapat.
Albertus, butler di Istana Melati, menyambut kedatangan Fuschia dengan hormat. Fuschia merengut melihat tampang sok tidak berdosa Albertus dengan senyumnya yang menyebalkan. Namun ia segera memperbaiki ekspresinya. Ia tidak ingin Albertus curiga kepadanya hingga melaporkannya ke Hayden.
Karena Albertus lah yang menanam bukti palsu di Istana Melati untuk menjatuhkan Fuschia sesuai perintah Hayden.
‘Banyak orang gila di sekelilingku. Phew,’
“Yang Mulia Putri Mahkota, ada kabar baik untuk Anda. Pasukan Putra Mahkota sudah dalam perjalanan kembali ke Ibukota. Diperkirakan akan tiba dua hari lagi.”
Deg!
‘Ah. Akhirnya kau pulang juga, brengsek?’
Fuschia menunjukkan senyum terindah yang meluluhkan semua orang. Sedikit yang mereka tahu apa arti senyuman itu.
“Sungguh kabar yang menggembirakan, Yang Mulia Putri Mahkota! Bagaimana jika Anda menyiapkan kejutan perjamuan spesial untuk kembalinya Yang Mulia Putra Mahkota?” usul Sophie sumringah. Ah, benar juga. Di masa lalu, aku menghabiskan waktu berhari-hari untuk menyusun acara perjamuan kejutan untuk Hayden. Menghias istana Putra Mahkota dengan bunga-bunga menggunakan anggaran rumah tanggaku. Bahkan sampai merepotkan chef Istana Melati karena aku ingin belajar membuat kue sendiri. Waktu itu aku pikir telah melakukan hal yang patut dipuji oleh suami. Tapi sekarang aku mengerti betapa bodohnya aku. Di keesokan harinya, Hayden mengatakan padaku kalau ia menghabiskan kue buatanku. Tapi aku yakin, dia pasti membuang kue itu. Kue yang aku buat dengan usahaku sendiri dengan memikirkan kebahagiaannya. Brengsek. Karena sekarang aku tahu usahaku tidak dihargai, aku tidak perlu ngoyo untu
Berkat letak kediamanku yang dekat dengan area taman, aku tidak perlu bersusah payah menghindari orang-orang. Apalagi jalan menuju perpustakaan istana cenderung sepi pada waktu petang begini, jadi perjalananku mulus. Pergerakanku juga jauh lebih gesit dengan dress sederhana yang aku kenakan. Aku paling suka pakaian simpel, tapi semenjak menjadi Fuschia, aku memaksakan diri mengenakan gaun mewah yang berat untuk pergi kemana-mana. Sekali lagi, kulakukan itu demi menjaga kehormatan nama suamiku. “Ehem.” setibanya aku di area perpustakan, ada dua penjaga sedang duduk santai sambil bermain kartu.Kedua penjaga itu menatap wajahku, lalu mereka saling pandang.“Ya-yang Mulia Putri Mahkota??” mereka spontan berdiri, gelagapan.“Buka pintunya.”“Baik Yang Mulia, tapi bisakah Anda tunjukkan lencana anggota Keluarga Royal sebelum memasuki perpustakaan
‘Ini! Kenapa harga rumah pada mahal-mahal?! Apa karena di ibukota ya? Butuh menabung berapa banyak agar bisa beli rumah di tempat yang aman?’ aku mendengus kesal. Semakin banyak aku membaca surat kabar, semakin aku malu. Karena pengetahuan yang kudapat melebihi yang kumiliki saat aku menjadi Fuschia selama sepuluh tahun lamanya. Pada satu titik waktu tertentu, aku memang terlena dengan semua hal yang dimiliki Fuschia yang tidak dimiliki seorang Nawang. Harta, tahta, perlindungan dan pasangan. Aku tidak perlu ngoyo bekerja pagi-siang-malam. Aku juga tidak perlu memikirkan besok makan apa, atau kalau sakit biayanya berapa. Fuschia memiliki segalanya. Sampai aku tidak merasa perlu untuk tahu banyak hal. Aku begitu apatis dengan keadaan di dunia ini.
“Salam hormat kepada bulan kecil Kerajaan Drachentia, Yang Mulia Putri Mahkota, semoga Dewa Drachen selalu memberkati hari Anda,” sapa pria itu, Fuschia berkedip cepat sebelum kembali memposisikan dirinya dengan anggun. “Semoga Dewa Drachen memberkati harimu juga,” balas Fuschia, lalu memicingkan matanya. “Ah, maaf saya terlambat memperkenalkan diri. Nama saya Elysian Houwret von Bellrose, putra ketiga Marquise Bellrose, saya penjaga perpustakaan ini.” ‘Dia putra Marchioness Bellrose, ha! Anak dari wanita yang meracuni babyku, juga yang membakar lidahku! Sial, kenapa aku tidak tahu kalau putra Marchioness Bellrose itu penjaga perpustakaan di istana? Kalau dia mengatakan ke Mamanya soal keberadaanku di sini, bisa berabe urus
“Kenapa baru bilang?!” pekik Fuschia. ‘Kalau tahu ada orang semacam Wikipedia gini, untuk apa capek-capek baca buku? Mending langsung tanya-tanya langsung seperti di gugel!’“Ah, maaf Yang Mulia, karena tadi Anda tampak begitu fokus, jadi saya tidak ingin mengganggu,”“Haa.. baiklah.” Fuschia menarik nafas dalam-dalam. “Sekarang aku ingin kau berbagi pendapatmu terkait situasi yang akan aku ceritakan. Jadi, aku sedang membaca novel dengan latar belakang kehidupan di Kerajaan Dracenthia saat ini. Dalam novel itu, diceritakan seorang istri melahirkan anak bukan dari suaminya. Padahal ia yakin kalau ia selalu berbagi ranjang dengan suaminya. Wajahnya jelas-jelas wajah suaminya. Lalu setelah si istri di usir dari pemukiman warga karena dianggap menyalahi norma, si suami mengungkapkan kalau si istri tidur dengan pria lain karena jebakannya. Lalu ia membunuh si istri. Kemudian si istri kembali ke masa lalu unt
Seseorang pernah mengunjungiku di penjara bawah tanah di hari ketika aku diputuskan untuk dihukum mati. Aku tidak melihat sosoknya karena aku terlalu fokus mengasihani diriku. Tapi aku cukup ingat ucapannya,-Bebanmu terasa sangat berat karena kau begitu lemah. Jadilah orang yang kuat, maka bebanmu akan terasa ringan. Meskipun ucapanku kini tak ada gunanya lagi untukmu, aku berharap kau bisa pergi sebagai orang yang kuat.’- katanya.‘Kira-kira, dia siapa? Aku tidak punya teman yang sudi mengunjungiku di penjara bawah tanah yang kumuh. Hmm..’Di kehidupan kali ini, akan menyenangkan jika aku bisa berteman dengan orang seperti itu.Aku kembali dari lamunan. Seperti kehidupan seorang putri di dongeng-dongeng. Para pelayan gercep melayaniku tepat setelah aku terbangun. Membasuh mukaku, memilihkan gaun untuk hari ini, membawakan makanan, menyisir rambut dan lain sebagainya. Kemewahan ini yang dulu membuatku terlena. Namun kali ini berbeda. Ak
Setelah memberhentikan pelayan kamarnya secara sepihak, Fuschia hanya berada di dalam kamarnya seharian. Dengan alasan karena tidak ada pelayan yang melayani kebutuhannya seperti berganti pakaian, menyiapkan dandanannya dan lain sebagainya. Karena alasan itu ia melewatkan undangan perjamuan teh dari keluarga Nona Bellrose. Tentu saja Nona Bellrose naik pitam karena dirinya telah dipermalukan.Bahkan Fuschia tidak mengirimkan hadiah permintaan maaf ke kediaman Bellrose atas ketidakhadirannya. Hal itu membuat bangsawan lain yang hadir mempertanyakan hubungan kedua nona bangsawan tersebut.“Begitu Yang Mulia, bukankah lebih baik jika Anda mengirimkan hadiah kepada Nona Jasmine Bellrose?”“Hmm.. kira-kira hadiah seperti apa yang pantas untuknya sebagai permintaan maaf?” tanya Fuschia, matanya masih fokus pada buku yang tengah dibacanya saat ini.Jarinya mengetuk meja berirama.“Bagaimana dengan anting rubi merah jambu yang
“Saya dengar Anda memecat semua pelayan kamar kemarin, apakah Anda telah menemukan pengganti?” tanya Sophie.“Haa, kau bicara apa, Nona Sophie? Tentu saja beliau sudah menemukan pengganti, kalau belum, bagaimana bisa beliau tampil memukau seperti ini pagi ini?” sahut Laura, menghujani pujian untuk Fuschia. Sophie tampak kesal. “Ah, sayang sekali. Aku belum menemukan pelayan pengganti. Ini semua berkat Merri.” timpal Fuschia, membuat ke dua nona itu terkejut.‘Jelaslah cantik. Ini dandanan dari abad 20, mana ngerti kalian? Hmp,’Tidak hanya pilihan gaunnya yang indah, tapi tatanan rambut serta polesan make-up tampak lebih menunjang kecantikan alami Fuschia. Berbeda dengan dandanan Fuschia sebelumnya yang lebih fokus dengan kemewahan. Bahkan hari ini hanya sedikit perhiasan menggantung di tubuhnya. Tapi entah kenapa, kesederhanaan itu terlihat mewah untuk seorang Fuschia.Tidak heran jika Sophie