Share

Sisi Baru (2)

Fuschia berjalan cepat keluar dari kediaman Paduka Ratu. Ia tidak  ingin berada di tempat itu lebih lama lagi atau, suasana hatinya memburuk. Laura dan Sophie yang mengekori Fuschia mulai tampak kelelahan. Langkahnya yang gegabah menarik perhatian orang-orang di istana. 

Mungkin karena pikirannya sedang kalut, Fuschia tidak  berjalan menuju kediamannya, tapi malah ke Taman Rosemary. Taman bunga mawar yang sudah ada sejak pendirian Kerajaan Drachentia. Bahkan namanya pun diambil dari nama Ratu pertama Kerajaan. Kebetulan, Fuschia dan Hayden lumayan sering mengunjungi taman ini untuk berjalan bersama saat sedang suntuk. Dan sepertinya kebiasaan itu terbawa bahkan setelah Fuschia kembali ke masa lalu.

'Sial! Apa aku sudah terlalu dijinakkan oleh Hayden?’

Padahal saat pertama kali menjadi Fuschia, dia bertekad untuk tidak  jatuh cinta kepada Hayden karena dia tahu takdir Hayden adalah bersama Sarah, tokoh utama wanita dalam buku ini. Dia berusaha sekuat hatinya untuk merubah alur cerita. Tapi karena kenaifannya, ia malah jatuh hati kepada Hayden. Pria brengsek yang menyodorkan istrinya sendiri untuk ditiduri pria lain!

‘Ah, gimana ini? Aku ingin membunuh mereka semua dengan cara tersadis. Tapi hati nuraniku melarang karena sekarang mereka belum melakukan apa-apa padaku! Mending aku mati ketimbang hidup dengan hati sampah begini,’

Angin berhembus lembut, menyisir rambut panjangnya yang diurai.

‘Aku bisa saja menggorok leherku sendiri. Tapi karena aku pengecut, aku tidak bisa melakukannya dengan tanganku sendiri. Beda cerita kalau aku dibunuh. Tapi dengan perlindungan seketat ini, siapa yang berani membunuhku? Sial.’

Di kala angin berhembus lebih kencang, semerbak wangi bunga mawar menyeruduk masuk ke hidungnya. Untuk sesaat, hanya sesaat, Fuschia tersenyum.

‘Heran deh. Buat apa aku dihidupin lagi di kehidupan ini? Siapa yang minta?!’

“Kita kembali ke Istana Melati” ucap Fuschia.

Belum genap langkahnya pergi, ia terhenti karena mendengar suara tawa renyah bercampur ocehan bayi dari seberang tempatnya berdiri. Fuschia mengamati bayi mungil di pelukan salah satu nona yang ada di kumpulan itu.

“Yang Mulia Putri Mahkota, beliau adalah Nona Almaren dari Keluarga Count Gustavv yang baru saja melahirkan beberapa bulan yang lalu. Beliau adalah istri dari Ketua Ksatria regu kedua yang turut membasmi monster bersama rombongan Putra Mahkota. Di sebelahnya adalah Nona-… dan Nona-… mereka datang-…” bisikan Laura tidak  sampai ke telinga Fuschia ketika pandangannya tersedot pada sosok bayi mungil.

Fuschia mendekati rombongan itu.

“Ehem,” saat Sophie berdeham, rombongan Nona Almaren menoleh seketika dan segera membungkuk.

“Salam hormat kepada bulan kecil Kerajaan Drachentia, Yang Mulia Putri Mahkota, semoga Dewa Drachen selalu memberkati hari Anda”

“Terimakasih. Silahkan berdiri.”

“Yang Mulia, terimakasih telah berkenan menyapa kami. Sebuah kehormatan bagi kami untuk bertemu Anda, Yang Mulia. Wah, kau begitu cantik,” celetuk seorang nona di samping Nona Almaren, tatapannya berbinar-binar.

“Haha, terimakasih.” Fuschia tersipu, dan wajah tersipunya berhasil menyapu gundah orang-orang di sekelilingnya. Tidak  hanya pria, namun wanita juga mengagumi keindahan wajah Fuschia.

Dari awal, Fuschia memang memiliki wajah cantik berseri yang membuat siapapun yang memandangnya jadi merasa tenang.

“Hmm.. kalau tidak  keberatan, bolehkah aku.. menggendong bayimu?”

“Apa?”

Permintaan Fuschia mengejutkan semua orang, terutama Nona Almaren yang langsung gelagapan.

“Te-tentu saja, Yang Mulia,” Nona Almaren mengendorkan gendongannya. Lalu dengan bantuan seorang pelayan wanita yang lumayan tua, bayi perempuan itu berpindah ke pelukan Fuschia.

Jantung Fuschia berdegup kencang. Ia merasakan desakan emosi yang menggumul di dalam dadanya perlahan meletup, seperti kembang api di langit malam. Saat ia mendekap tubuh halus nan lembut bayi itu, ia semakin merindukan bayinya sendiri.

Dia hampir menangis.

“Dia.. sangat menggemaskan.” wajah Fuschia yang berseri-seri saat bermain dengan bayi perempuan di gendongannya sungguh menawan. Semua orang yang menyaksikan adegan itu seolah tenggelam dalam tumpukan kelopak bunga.

“Sungguh luar biasa, Yang Mulia. Ia tampak senang dalam pelukan Anda, padahal biasanya dia akan menangis saat dipeluk orang lain.” tutur Nona Almaren, pipinya membumbung tinggi saking senangnya.

“Benarkah? Apa artinya dia mengerti kalau aku menyukainya?”

“Su-sungguh suatu kehormatan bagi keluarga kami, Yang Mulia.”

“Nona Almaren, kalau kau ada waktu, silahkan kunjungi Istana Melati bersama putrimu. Mari kita berkenalan lebih dekat.”

“Ba-baik Yang Mulia.” Nona Almaren tersipu malu.

Setidaknya Fuschia bisa memiliki teman ngobrol selain dengan orang-orang yang sengaja Hayden kenalkan padanya. Dia tidak  ingin dunianya dibatasi lagi oleh Hayden dalam tameng perlindungan. 

Langkah Fuschia menjadi lebih tenang dalam perjalanannya kembali ke Istana Melati. Di sepanjang perjalanannya, ia menjumpai beberapa bangsawan lain yang menunduk patuh, meski ia tahu bahwa mereka tidak sungguh-sungguh patuh. Fuschia ingat betul wajah orang-orang yang menertawainya saat ia berada di panggung eksekusi.

Mereka adalah bangsawan sampah yang melempar kejahatannya pada Fuschia yang tidak  bersalah.

‘Benar, karena aku terlanjur hidup lagi sebagai Fuschia, masih ada kesempatan bertemu babyku lagi! Yeah! Aku akan bikin baby lagi! Dan kali ini, aku akan melindungi dia apapun yang terjadi!’ Fuschia mengepalkan tangannya rapat.

Albertus, butler di Istana Melati, menyambut kedatangan Fuschia dengan hormat. Fuschia merengut melihat tampang sok tidak berdosa Albertus dengan senyumnya yang menyebalkan. Namun ia segera memperbaiki ekspresinya. Ia tidak  ingin Albertus curiga kepadanya hingga melaporkannya ke Hayden.

Karena Albertus lah yang menanam bukti palsu di Istana Melati untuk menjatuhkan Fuschia sesuai perintah Hayden.

‘Banyak orang gila di sekelilingku. Phew,’

“Yang Mulia Putri Mahkota, ada kabar baik untuk Anda. Pasukan Putra Mahkota sudah dalam perjalanan kembali ke Ibukota. Diperkirakan akan tiba dua hari lagi.”

Deg!

‘Ah. Akhirnya kau pulang juga, brengsek?’

Fuschia menunjukkan senyum terindah yang meluluhkan semua orang. Sedikit yang mereka tahu apa arti senyuman itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status