Share

#003. Pilihan

Penulis: Yuan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-21 16:42:00

“Aku bisa menjelaskan,” bisik Elizabeth.

Pentious menatapnya, menghela nafas. “Kurasa kau memang harus menjelaskannya.”

Gadis itu menghela nafas, mengalihkan pandangan kembali. Dia dapat merasakan binar penuh harap yang terus mengarah padanya — walaupun dia tak tahu apa yang dia inginkan.

Dia yakin sekali bahwa Pentious tak bisa untuk tidak mengharapkan bahwa itu semua tak benar. Namun jika juga tahu bahwa laki-laki itu tetap familiar dengan perbedaan mereka, bahwa dia memiliki sesuatu yang takkan bisa dia lepas — bahwa dia adalah putri ayahnya.

Dan apapun yang dia inginkan, Elizabeth tahu bahwa dia takkan pernah bisa memberikannya. Entah itu ketenangan atau kestabilan.

Mungkin dia telah menyadarinya ketika mereka memiliki hubungan ini, mungkin dia mengharapkannya untuk berubah. Namun satu hal yang dia tahu adalah bahwa baik dia ataupun laki-laki itu memiliki harapan semu bagi mereka berdua.

Pentious yang menginginkannya untuk setidaknya memilihnya dengan kesadaran penuh — bukan karena rasa sedih atau ingin melarikan diri.

Elizabeth yang menginginkannya untuk membiarkan dirinya, bukannya  menuntut penjelasan akan segala hal.

“Aku tak tahu bahwa mereka akan menjodohkanku,” dia membela diri, mendekat ketika mendengarnya mendengus — seolah tak mempercayai ucapannya. “Aku tak menginginkan ini.”

“Kau bisa mengatakannya jika kau tak menginginkannya.”

Elizabeth menghela nafas kembali, menggelengkan kepala. “Kau tak tahu keluargaku.”

Salah.

Dia yakin bahwa Pentious sangat tahu tentang keluarga macam apa yang dia miliki. Namun dia mendengar laki-laki itu menghela nafas, mengeluarkan sebuah tawa yang goresnya menyayat hatinya.

“Benar,” bisiknya. “Aku tak tahu apapun tentang keluarga yang kau miliki.”

“Pen–”

“Karena bukan seperti itu keluarga yang seharusnya, El,” dia berucap, memotongnya. “Aku tak yakin ada keluarga seperti keluargamu di tempat lain.”

“Ada banyak,” bisiknya. “Kau hanya tak pernah melihatnya.”

“Tentu saja aku tak pernah melihatnya,” dia mendengus, dan entah kenapa, Elizabeth merasa bahwa dia tengah menyinggungnya. “Karena kita berdua tak memiliki tempat tumbuh yang sama.”

“Tentu saja tidak.”

“Terlalu berbeda,” gumam laki-laki itu. “Bukankah begitu?”

Gadis itu mengalihkan pandangan. Seketika, kemeja yang menjadi pakaiannya sekarang ini terasa tidak nyaman. Mungkin dia akan lebih baik jika mengenakan gaunnya kembali.

Setidaknya itu akan menjadi dirinya sendiri dan dia tak lagi berpura-pura. Bukankah begitu?

“Kau harus mengakuinya, Elizabeth.”

Dia menatapnya, mencoba untuk melihat setitik perasaan bahwa dia hanya mengatakan itu karena rasa sakitnya, karena dia telah terluka dengan apa yang terjadi.

Namun tidak. Elizabeth gagal untuk menemukan apa yang dia cari di sorot mata itu. Seolah Pentious telah siap untuk meninggalkannya jika dia mengucapkan satu kata bahwa dia setuju dengannya.

Gadis itu membuka mulutnya, namun tak ada yang keluar darinya. Matanya berkedip, membuatnya beralih dan melihat ke arah jendela.

“Jika aku tak melakukan ini,” bisiknya, menelan kenyataan yang telah dia abaikan selama dia melarikan diri dari pesta. “Aku tak tahu jika ayahku akan mengakuiku.”

Ketika dia menoleh pada pandangan Pentious, laki-laki tersebut telah menghela nafas, mundur untuk berdiri menjauh darinya. Dan ketika genggaman tangannya meleset dari lengan, Elizabeth menelan sebuah rasa bersalah.

“Aku tahu bahwa kau tak mempercayaiku,” ucapnya, berbisik, kepala bergantung seolah dia mengakui bahwa dia telah kalah.

“Apa yang kau katakan?”

“Aku tahu,” dia berucap. “Bahwa aku takkan bisa memberikan apa yang ayahmu atau bahkan kakakmu berikan padamu–”

“Pentious,” dia menegur. “Aku tak mengatakan bahwa kau takkan pernah bisa membiayaiku — bahkan aku bisa membiayai diriku sendiri.”

“Lalu apa yang menakutimu?”

Elizabeth terdiam. Benar sekali. Apa yang menakutinya? Dia memiliki uangnya sendiri, lalu kenapa dia begitu ingin bergantung pada kakak dan ayahnya?

Atau mungkin dia hanya menginginkan sebuah pengakuan dari keluarganya — sesuatu yang tak pernah diberikan ayahnya seperti bagaimana dia memperlakukan kakaknya?

Yah.

Mungkin itu.

Namun menyadari helaan nafas Pentious, Elizabeth mengalihkan tubuhnya dan beranjak untuk duduk di sofa.

“Aku tak tahu apa yang harus kulakukan,” ucapnya. “Aku tak bisa memuaskan baik salah satu dari kalian — jadi kurasa aku akan tetap disini sampai kapanpun ‘kan?”

Elizabeth menutup mata, melipat kedua tangan di dada dan menghela nafasnya.

Dia tak pernah memiliki tujuan untuk menyakiti pria yang dia cintai, bahkan ketika dia tahu bahwa hubungan mereka tak memiliki ujung apapun.

Tapi mungkin dia telah menemukan titik baliknya. Mereka tak memiliki kesempatan untuk melanjutkan apa yang mereka miliki.

Dan tak ada apapun yang bisa Elizabeth lakukan selain pergi darinya.

Sanggupkah ia bertahan?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Sangkar Emas Pernikahan   #064. Sangkar (epilog)

    Ketika Elizabeth menjejakkan kaki untuk kembali ke kediaman para Gellert, dia dapat merasakan sesuatu yang jauh melebihi rasa mencekam — sesuatu yang sama sekali tak pernah dia rasakan ketika dia pertama kali datang kesana. Namun dia memahami itu, karena bahkan bagaimana pun, dia begitu menyadari bahwa kediaman ini takkan pernah menjadi rumahnya.Tak ada satupun yang berada disana, bahkan Jennifer, yang terkadang datang untuk menghampiri mereka. Hanya ada Orvil, dengan punggung menghadapnya sementara dia menatap ke luar jendela, sebuah gelas di genggamannya.Laki-laki itu menoleh padanya.Dan Elizabeth tak tahu apa yang harus dia lakukan atau bahkan katakan padanya. Tidak untuk sekarang ini. Tidak ketika dia menyadari betapa salahnya dia. Mungkin akan lebih baik baginya untuk menutup mulut dan diam, menerima apapun yang akan dia berikan padanya.Baik itu surat perceraian, atau bahkan jika Orvil kembali mengulurkan tangan untuk kembali berdansa dengannya dalam setiap tipu muslihat yang

  • Sangkar Emas Pernikahan   #063. Keputusan

    Elizabeth dapat merasakan pandangan Noah, tatapan itu begitu tajam hingga dia yakin bahwa kakaknya dapat membunuhnya dengan itu. Dan ketika dia dapat mendengar langkahnya, sebuah bayangan menghadang.Veronica berada di depannya. “Kau tak bisa melakukan apapun padanya.”Wanita itu dapat melihat bagaimana mata kakaknya berkedut. “Minggir, Veronica,” ucapnya. “Ini adalah urusan para Leigh.”Elizabeth merasakan genggaman gadis itu padanya. “Kau tak bisa melakukan apapun padanya,” ucapnya lagi, seolah itu adalah hal yang mutlak. “Dia adalah Gellert sekarang.”Gellert.Nama itu menancapkan duri yang lain ke dalam hatinya. Karena Elizabeth dapat merasakan bahwa dia telah mengkhianati keluarga yang seharusnya menjadi miliknya sekarang.Dia telah berbohong pada Orvil.Dia telah berbohong pada Jennifer.Semua itu karena dia tak melihat mereka sebagai seseorang yang seharusnya dia hargai. Namun ketika dia memikirkannya lagi — bukankah itu berarti ayah dan kakaknya tak menganggapnya sebagai seora

  • Sangkar Emas Pernikahan   #061. Martin

    Elizabeth tak tahu apa yang harus dia lakukan ketika dia terduduk di ruangan tamu para Martin.Pulang ke rumah adalah sesuatu yang akan sulit dia lakukan sekarang — terutama dengan apa yang terjadi padanya dan Orvil pagi tadi.Dia dapat melihat rasa terluka yang begitu kentara di wajahnya, dan itu membuat Elizabeth tak sanggup untuk menjelaskan apapun — apapun yang akan dia katakan akan berujung untuk semakin menyakitinya. Dia tahu akan itu.Dan ketika suaminya itu tak mengatakan apapun dan melangkah pergi menjauh darinya, Elizabeth menyadari bahwa dia takkan pernah bisa memperbaiki itu.Apapun itu, bahkan ketika dia telah memutuskan untuk melepaskan segalanya dan tetap bersamanya.Elizabeth takkan pernah memiliki rasa percaya dari Orvil kembali. Tidak setelah ini.Dia menangkupkan wajah ke kedua telapak tangannya, menghembuskan nafas ketika merasakan bahwa dia akan segera menangis.Dia tak pantas untuk itu.Walaupun dia ingin kembali untuk memohon padanya, Elizabeth tahu kapan untuk

  • Sangkar Emas Pernikahan   #060. Tertangkap

    Ketika Elizabeth terbangun di atas ranjangnya — ranjang Orvil, dia dapat merasakan dirinya tersenyum, memainkan dada yang ada di bawah telapak tangannya, jemari menelusuri kulit disana.Dengkuran laki-laki itu terdengar, nafas di atas rambutnya dan dia dapat merasakan betapa nyaman dirinya ketika pagi hari begitu lamban.Dia menoleh ke arah bantal yang mereka tinggalkan tadi malam di ruangan mereka, meninggalkan beberapa di setiap ruangan untuk berjaga jika Tilly mengantuk dan masih tak familiar dengan rumah barunya.Bantal tersebut kosong, dan Elizabeth harus menyimpulkan bahwa kucing tersebut berada di suatu bantal di ruangan lain.Ketika dia menoleh ke arah jam, Elizabeth dapat melihat angka enam tertunjuk di jarum pendeknya, membuatnya tergoda untuk menutup mata dan menyandarkan kepala kembali pada suaminya.Wanita itu tersenyum kecil.Mungkinkah ayah dan kakaknya akan menyadari bagaimana dia hendak melarikan diri?Mungkinkah mereka bertanya-tanya ketika dia tak dapat lagi dihubun

  • Sangkar Emas Pernikahan   #059. Sudah

    Orvil masih menatapnya, mengusapkan tangan pada wajahnya sementara mata melekat padanya. Laki-laki itu menaikkan alis.“Kau yakin?” dia bertanya. “Aku akan mengatakan bahwa entah kau terlalu naif atau kau menyembunyikan sesuatu. Dan mengenal dirimu, kita berdua tahu bahwa kau tak polos sama sekali.”Wanita itu terdiam, membalas tatapannya.Akan sangat lucu sekali jika dia tak menjawab apapun padanya, memastikan bahwa apa yang Orvil duga memiliki sedikit kebenaran di atasnya. Akan sangat lucu jika kedoknya diketahui dengan segera.Dia harus kembali ke rumahnya.Dia harus mengemban perjanjian yang tak dapat dia lalui.Dia harus mengucapkan selamat tinggal pada kebebasannya.Elizabeth menyentuh pipi suaminya, mengecup bibirnya kembali. “Tidak ada,” janjinya. “Aku hanya ingin kau mencintaiku.”Dia dapat melihat bagaimana mata Orvil berkedut, menyadari bahwa dia tak terlalu yakin tentang apa yang istrinya itu katakan. Namun dengan sebuah keajaiban — atau tidak, sebenarnya, laki-laki itu me

  • Sangkar Emas Pernikahan   #058. Anggur

    Elizabeth tak tahu apapun tentang pembicaraan apa yang ingin Orvil bicarakan, namun dia dapat melihat bagaimana laki-laki itu menatapnya, mencoba untuk bersikap baik-baik saja.Jadi wanita itu menganggukkan kepala, menurunkan Tilly kembali hingga kucing tersebut dengan bahagia masuk ke dalam belakang meja, yang harus dia akui membuatnya lega bahwa kucingnya tak berwarna putih.Dia mendongak, mendorong dirinya untuk berdiri di depannya, dekat dengannya hingga dia harus tetap menengadahkan kepala untuk melihatnya.“Apa yang ingin kau bicarakan?” mulainya.Dan Orvil mengalihkan pandangan. “Akan lebih baik bagi kita untuk tidak membicarakannya disini,” dia mengakui. “Aku tak yakin bahwa kakimu cukup kuat.”Mata Elizabeth membulat, berbalik ketika menyadari bagaimana suaminya tengah beranjak pergi melewatinya, mulut wanita itu terbuka penuh rasa tak percaya.“Otot kakiku cukup baik!”“Tentu saja, Sayangku,” sahutnya, tertawa — entah karena panggilan yang dia berikan atau karena humor yang

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status