Share

12. Sedikit Perasaan Aneh

Mobil Langit berhenti di depan sebuah gedung, dengan beberapa orang yang siap untuk menyambutnya. Langit menatap Danas, membuat tubuh gadis itu menegang. Seakan perlakuan pria itu padanya, membekas, dan membuat tubuhnya bereaksi ketika pria itu mengeluarkan suara berat miliknya.

“Ingat, jangan lakukan sesuatu yang membuatku malu, atau kau tahu akibatnya,” ancam Langit. Danas mengangguk pelan.

“Bagus, jadilah anak baik, atau kau akan tau akibatnya,” bisik Langit, lagi-lagi membuat Danas merinding dengan kalimat terakhir yang diucapkan Langit.

Seseorang telah membuka pintu mobil, membuat Langit turun lebih dulu. Pria itu, seketika berdiri di dekat pintu mobil, sambil mengulurkan tangannya.

Ada keraguan ketika Danas mencoba untuk meraih tangan kekar itu, bahkan Langit tersenyum padanya, membuatnya sedikit takut. Dia jelas tahu jika pria itu terpaksa tersenyum, untuk menutup segalanya, dan tidak ingin mendapatkan gosip tentang hubungan mereka yang tidak baik-baik saja.

Langit memberikan isyarat agar tangannya harus segera diraih oleh gadis itu, membuat Danas sigap walaupun tangannya gemetar.

“Hati-hati, kau akan jatuh,” kata Langit dengan lembut.

Danas terdiam sejenak, hatinya berdegup dengan suara Langit yang pelan, walaupun dia tahu pria jelas bersandiwara.

“Andai kau bisa seperti ini padaku, di saat hanya kita berdua? Atau, bolehkah aku menghentikan waktu sejenak, aku ingin menikmati saat-saat seperti ini. Moment yang jelas, sangat tidak mungkin akan terjadi lagi.”

Kini tangan Danas memegang lengan tangan Langit, mengikuti langkah pria itu masuk ke dalam gedung tempat pesta di adakan.

“Jangan pernah berfikir, jika aku benar-benar tertarik padamu.”

Danas menelan salivanya, dia seperti dibawa terbang dan dilepas dari ketinggian begitu saja. Dirinya terlalu berkhayal lebih tentang apa yang terjadi.

“Aku tahu, kok!”

“Baguslah, jika kau sadar diri.”

Beberapa pasang mata melihat ke arah Danas yang tengah menggandeng tangan Langit. Terdengar beberapa bisik-bisik, sekali lirik dari Langit membuat mereka terdiam.

Langkah kaki mereka terhenti di sebuah pintu berwarna merah. Dua orang yang berada di depan pintu, kini membukakan pintu untuk mereka.

Semua orang menatap ke arah pintu, mereka ingin tahu siapa yang datang.

Long dress yang dikenakan oleh Danas, seketika membuat semua orang menatap ke arahnya. Beberapa orang yang tengah memegang gelas, mengurungkan niat untuk menyesap minuman milik mereka.

“Siapa gadis yang bersama dengan tuan Langit?” bisik seseorang.

“Dia istrinya!”

“Wah, cantik sekali. Pasangan yang serasi.”

“Aku bahkan tidak pernah tahu jika Mr. Langit telah menikah,”

“Dia menggelar acara pernikahan tertutup, hanya beberapa orang yang diundang olehnya, jadi wajar tidak banyak yang tahu jika dia telah menikah.”

“Oh, begitu rupanya!”

Tatapan tertuju pada Danas seorang, seakan pesona gadis itu menarik perhatian semua orang yang berada di ruangan itu. Sejenak ruangan itu menjadi hening, karena kedatangan Langit.

Gaun satin, dengan belahan dada, dengan tali yang mengait di bahu membuat tubuh bagian atas gadis itu terlihat.

Langit melirik ke arah Danas, kemudian seketika melepaskan jas miliknya ketika menyadari jika beberapa pria hidung belang menatap ke arah istrinya itu.

“Lain kali, jangan menggunakan pakaian terbuka seperti ini. hanya aku yang boleh melihat tubuhmu,” kata Langit sambil memakaikan jas itu pada Danas.

Semua pria yang memandangi Danas dengan aneh kini tertunduk, tidak ada yang berani mengangkat wajah mereka, karena tatapan pria itu begitu dingin, hazel mata miliknya yang begitu mengintimidasi lawan, sangat kuat hanya dengan tatapannya saja, semua orang begitu takut padanya.

“Jika masih ada yang menatap istriku dengan tatapan seperti itu, tatapan mata aneh dan nakal, seakan ingin menelanjangi istriku, aku tidak segan-segan membuat perusahaannya bangkrut.”

Semua orang tidak ada yang berani membantah ataupun mengomentari apa yang dikatakan oleh pria bermata Hazel itu. Bagi mereka semua, Langit sangat penting, tidak sedikit yang bersilat lidah untuk mendapatkan hati pria itu dan membuat pria itu menjadi investor perusahaan.

Sejenak Langit memandang Danas. “Hari ini memang dia begitu mempesona,” batinnya.

Tanpa dia menyadari jika dia pun mulai mengakui kecantikan istrinya itu. Pakaian dipakai oleh Danas memang mencetak postur tubuh gadis itu, apalagi long dress yang digunakan berbahan satin membuat semua mata menatap ke arah Danas.

Deretan minuman yang tengah berjajar di atas meja, beberapa cake sebagai pelengkap begitu tertata rapi, beberapa orang pelayan memberikan minuman yang dibawa oleh mereka kepada para tamu undangan.

Danas mengambil minuman jus, dia tidak berani untuk mencicipi wine ataupun bir yang ditawarkan untuknya.

Pesta yang tengah berlangsung, sangat mewah dan besar, apalagi peresmian sebuah perusahaan cabang di mana Langit menjadi investor.

Pria itu tengah mengobrol dengan beberapa orang, sesekali melirik ke arah Danas yang tengah berdiri sendiri di dekat balkon, jas miliknya masih dipakai oleh gadis itu, ketika angin menghampiri rambut Danas akan tersibak, memperlihatkan leher jenjang milik gadis itu.

Sebagai keturunan Jawa, bermata Amber Danas tampak berbeda dengan yang lainnya. Bagaimana tidak, warna matanya begitu cantik, seperti tembaga.

Beberapa orang pria menghampiri Danas, membuat Langit yang sejak tadi memperhatikan istrinya, memilih untuk meninggalkan kliennya dan menarik Danas ke pelukannya.

“Apa kau tidak tahu, jika begitu bahaya berdiri di balkon sendirian, dengan pakaian seperti ini?”

Glek!

Danas menelan salivanya, suara pria di depannya meninggi, namun ada sebuah getaran kekhawatiran di sana.

“A-aku hanya tidak betah di dalam, terlalu berisik.”

“Tapi, aku tidak bisa melihatmu. Bagaimana jika pria tadi berbuat yang tidak baik padamu?”

Melihat Danas yang tengah tertunduk, membuat Langit mendengkus kemudian menarik pergelangan tangan istrinya untuk ikut dengannya.

Baru saja mereka berada di dalam, lampu padam membuat semua orang di dalam bertanya-tanya dengan apa yang tengah terjadi.

Terdengar sebuah alunan lagu yang kini menggema mengisi seisi ruangan yang tengah gelap itu. Sebuah lampu dinyalakan, membuat ruangan tampak remang-remang.

Semua mata tertuju pada Langit dan Danas yang tengah berada di tengah. Seorang pembawa acara memberikan arahan, jika para pasangan diberikan kesempatan untuk berdansa di tengah ruangan. Tidak ada yang terjadi beberapa saat, antara Langit dan Danas. Mereka hanya bisa saling berpandangan satu sama lain.

Hingga Langit menarik pinggang ramping milik Danas untuk mendekat, menuntut gadis itu perlahan-lahan mengikuti irama lagu yang tengah dimainkan. Jarak antara mereka tidak lagi ada.

Detak jantung Danas tidak menentu, dia hanya memasang wajah menegang, untuk pertama kali baginya berdansa dengan seorang Langit Mahameru. Lampu redup, membuat pria itu menatap amber mata milik Danas yang sejak tadi menatapnya.

“Apa yang kau lihat?” bisik Langit di telinga Danas, membuat pria itu mengendus aroma tubuh milik istrinya itu.

Entah apa yang membuatnya indra penciumannya ingin berlama-lama di sana. Leher jenjang milik Danas terlihat begitu mempesona, dengan aroma citrus.

Tanpa sadar Langit mengecup pelan leher milik Danas.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status