Share

11. Sesaat Terpesona

Danas terisak sejenak, dia menangis tanpa suara. Bagaimana rasanya menangis tanpa suara? Begitu menderita, hati masih menyimpan begitu banyak penderitaan di dalam hati, sedangkan tidak ingin ada yang tahu jika diri kita begitu menderita.

Dirinya yang ada di dalam cermin, sangat jelas terlihat jika dia begitu rapuh.

“Oh tidak, aku membuat make upnya rusak,” pekiknya sambil celingak-celinguk mencari tisu.

Karena tidak menemukan tisu, Danas mencoba untuk menyeka air matanya menggunakan tangan.

“Oh tidak, kau merusaknya,” pekik Mike yang melihat hal itu, kemudian buru-buru mendekat. “Kenapa? Apa kau berkeringat? Jangan menyekanya dengan tangan. Tunggu sebentar, aku akan mengambilkan tisu untukmu.”

Pria itu bergegas keluar ruangan mengambil tisu.

“Kapan selesai? Kenapa kau membuatku begitu lama.”

Langit tengah duduk menyilangkan kaki dan tangannya. Kini matanya tengah menatap ke arah Mike.

“Sabar sedikit lagi. Kau akan mendapatkan hasil yang sempurna, tuan Langit. Aku janji, kau akan jatuh cinta berkali-kali pada istrimu,” kata Mike sambil mengambil kotak tisu di depan Langit, kemudian kembali lagi.

Langit mengerutkan keningnya, melihat pria yang baru saja di depannya terburu-buru. Namun, pria itu tidak memperdulikannya lagi, dia kembali sibuk dengan ponselnya, menghubungi satu nomor di sana.

“Coba kulihat dengan wajahmu,” seru Mike memutar kursi, dan memperhatikan wajah Danas. “Kenapa kau merusak riasanmu?”

Danas menunjukan wajahnya, kemudian meminta maaf, dengan apa yang dia lakukan.

“Nah, sudah aku perbaiki lagi riasanmu. Sebaiknya, kau ganti pakaianmu dengan ini. Kau pasti cocok dengan gaun ini,” perintah Mike sambil memberikan sebuah gaun berwarna sky blue, dengan bagian atas terbuka.

Danas melihat gaun itu sejenak. Kepalanya dimiringkannya beberapa derajat, karena gaun yang diberikan padanya itu.

“Em. A-aku—“

“Cepat, Tuan Langit menunggumu.”

Terlihat di wajahnya, jika dia begitu berat untuk mengganti pakaiannya, hingga Mike mendorongnya untuk masuk ke Fitting Room.

“Bagaimana? Apa gaunnya cocok?” tanya Mike dari luar.

“Em, a-aku—” Danas berucap terbata-bata sambil keluar, berusaha untuk memperbaiki tali gaun miliknya.

Mata Mike membulat sempurna, dengan mulut yang menganga ketika Danas membuka tirai fitting room.

“Beautiful.” Kata yang terucap pertama kali dari Mike.

Rambut yang tengah terurai, sampai pinggang, dress yang berwarna sky blue berpadu dengan kulit putih membuatnya terlihat begitu sempurna.

“Kemari, biar kuberikan sentuhan akhir agar penampilanmu sempurna. Aku yakin, tidak akan mengalahkan kecantikanmu, em—“ Mike berhenti ketika dia ingin menyebut nama Danas, namun tidak mengetahui nama gadis itu. “Em, namamu siapa, cantik?”

“Danas. Danas Cakrawala.”

“Nama yang cantik, seperti pemiliknya,” puji Mike sambil mengambil rambut Danas sebesar pensil, dan mencoba membuat anyaman di sana.

Ketika Mike memperbaiki rambut Danas, membuatnya melihat sebuah memar di bahu gadis itu.

“Apa yang terjadi pada bahumu?”

“E-itu, terjatuh dan terbentur.”

“Kau harus menjaga tubuhmu, jangan sampai terluka. Lihatlah memar ini, harus segera diobati atau ini akan makin parah.”

Danas tidak memberikan komentar.

“Biar aku tutupi memarnya, kau harus mengobati lukanya sampai rumah. Apa kau mengerti?” tanya Mike, dibalas oleh anggukan kepala oleh Danas.

“Em. Tadi kau mengatakan, jika kau penggemarku, benar?”

Danas mengangguk pelan.

“Bagaimana jika kau membantuku di sini dan aku akan mengajarimu.”

“Benarkah?” tanya Danas sambil melirik ke arah Mike, membuat pria memaksanya agar tetap melihat lurus.

“Benar. Aku suka bekerja dengan gadis cantik sepertimu,” kata Mike. “Dan, aku baru pertama kali menawarkannya padamu.”

“Terima kasih, terima kasih. Aku akan meminta izin pada—“

Perkataan Danas tergantung, dia takut menyebut nama Langit karena pria itu melarangnya.

“Kenapa? Kau takut dia tidak memberikanmu izin?” tanya Mike yang melihat ada sedikit keraguan di wajah Danas. “Tidak perlu takut, serahkan saja padaku,” kata Mike tersenyum. “Nah, sudah selesai. Sekarang giliranmu, untuk membuat semua orang terhipnotis padamu,” kata Mike sambil memperbaiki sedikit rambut Danas dibagian wajah.

Langit sejak tadi memperhatikan jam tangan miliknya, wajahnya begitu kesal karena dibuat menunggu.

“Mike …” panggil Langit sambil beranjak dari tempat duduknya.

Pria itu kini berdecak pinggang, memasang wajah dingin.

Ceklek!

“Em. Maaf, tadi ada sedikit kesalahan, jadi agak lama!”

“Ini sudah satu jam, kau membuatku menunggu.”

“Terkadang, kau membutuhkan waktu lama untuk mendapatkan hasil yang sempurna. Lagi pula, aku tidak mungkin membiarkan gadis itu tidak terlihat cantik bersamamu.”

“Tidak perlu banyak bicara lagi, Mike. Di mana dia? Kami harus segera berangkat.”

“Sabar dong, biar kupanggilkan istrimu.” Langit mengerutkan keningnya.

“Danas, keluarlah. Suamimu ini, tidak sabar melihatmu,”

Sepatu berwarna sky blue, sepadan dengan warna gaun yang dimiliki olehnya. Lipstik tipis, rambutnya yang diapit oleh dua kepang kecil, yang melingkar di kepalanya membuat mahkota membuatnya berbeda dari sebelumnya.

Langkah kakinya pelan ketika keluar dari ruangan make up, sedangkan pria yang tengah menunggunya tengah menyilangkan tangannya di dada sambil memasang wajah dingin.

Rasa gugup, ketika dia harus memperlihatkan riasannya pada Langit, rasa takut pun menyebar di sekujur tubuhnya, membuat tubuhnya menegang.

Danas berhasil mengambil alih waktu Langit sejenak, pandangan pria itu teduh untuk beberapa saat. Tatapan dingin tidak terlihat dari dari hazel mata milik suaminya. Hanya, ada sebuah kekaguman di sana.

Langit yang menyadari jika dirinya itu terpengaruh dengan pesona gadis di depannya segera merubah tatapannya, dia tidak ingin ada yang tahu jika dia mengagumi kecantikan Danas walau hanya sebentar.

Danas pun segera merubah kembali raut wajah bahagianya itu, ketika melihat tatapan Langit yang berubah dingin.

“Bagaimana? Untuk mendapatkan hasil sempurna, butuh waktu yang cukup lama bukan?” tanya Mike sambil tersenyum melihat ke arah Danas.

“Lumayan,” ucapnya pelan.

“L-lumayan?” tanya Mike syok, ketika melihat respon Langit. “I-istrimu cantik seperti ini kau katakan lumayan? Oh My God, aku tidak tahu apa yang kau pikirkan, sampai kau mengatakannya seperti itu. Lihat saja, kau akan menyesal mengatakan itu, kau akan melihat tatapan orang terhipnotis dengan kecantikan Danas malam ini.”

Sesuatu menggelitik di dalam hatinya, ketika melihat penampilan Danas, namun egonya begitu besar untuk mengakui hal itu. Dendamnya menutup hatinya untuk sekedar mengakui, namun hatinya berdegup tidak menentu.

Danas tersenyum kecut, sambil menundukan pandangannya, dia jelas melihat jika suaminya terpesona dengannya malam ini.

“Mungkin aku salah lihat,” gumamnya.

“Apa kau akan berdiri di sana terus?”

Danas terkejut dengan suara Langit yang meninggi.

“I-iya, aku ambil tasku dulu,” kata Danas.

Mike yang mendengar soal itu, segera panik. “Wait … wait … wait,” tahan Mike.

“Tas ya, aku rasa aku punya satu yang cocok untukmu.”

“Tidak perlu, aku akan membelikan untuknya.”

“No. Mr. Langit,” tolak Mike kemudian masuk ke dalam dan keluar membawa sebuah tas kecil.

“Ini cocok untukmu.”

Langit mendengkus. “Kenapa wanita begitu merepotkan,” keluhnya. “Apakah sudah selesai, Mike? Kau akan membuatku terlambat.”

Danas memandangi Langit.

“Apakah hanya ada dendam dan tidak ada ruang untukku mengisi hatimu? Apakah tidak pernah kau memikirkan untuk mencintaiku walau hanya sehari?”

Pertanyaannya hanya bisa dipendam olehnya di dalam hatinya, dia pun tahu, jika dirinya tidak mampu bertanya hal itu pada pria di depannya. Pria yang penuh dengan dendam, dan ketidaksukaan padanya.

“Jangan pernah kau berfikir jika aku akan terpesona, dan jatuh cinta padamu. Tidak akan pernah hal itu terjadi,” batin Langit.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status