/ Romansa / Sangkar Pernikahan / 4. Aku Bukan Pembunuh

공유

4. Aku Bukan Pembunuh

작가: DIHNU
last update 최신 업데이트: 2021-02-21 09:00:05

“Kau layak mendapatkan ini, kau layak menderita. Dasar pembunuh,”

Danas menggeleng-gelengkan kepalanya mencoba untuk menghilangkan apa yang dikatakan oleh Langit padanya semalam. Perkataan suaminya membuatnya kacau, tuduhan yang jelas-jelas diberikan oleh padanya, jelas-jelas dia tidak melakukannya.

“A-aku bukan pembunuh,” batinnya sambil menggelengkan kepalanya.

Pisau di tangannya tengah memotong bawang Bombay.

“Nyonya, biar aku bantu,” pinta wanita paruh baya mencoba untuk mengambil alih apa yang tengah dilakukan oleh Danas.

“Jangan membantunya.” Sebuah suara terdengar, membuat wanita itu segera menunduk.

“I-iya bi, jangan membantuku. Aku bisa sendiri,” tolak Danas.

Danas melihat pria yang baru saja mengeluarkan suara itu. Dari tangga ia tengah menatap Danas dengan tatapan tajam, hazel matanya penuh kebencian, membuat Danas tengah berada di belakang dapur itu menggenggam erat gagang pisau.

Mengingat perlakuan Langit padanya, membuatnya tidak tahan dengan apa yang tengah terjadi. Dia ingin mengakhiri tuduhan Langit padanya.

“Aku bukan pembunuh,” ucapnya tegasnya. “Aku tidak membunuh, seperti yang kau katakan,” tegasnya sekali lagi.

Langit yang tengah mengancing lengan baju melirik ke Danas. Pria itu tersenyum membuat Danas seketika menelan salivanya, senyuman pria itu membuatnya takut. Ada rasa menyesal telah mengatakan hal itu.

“Bukan pembunuh?” tanya Langit sambil tersenyum miring dan menatap Danas.

Gadis itu ketakutan dengan tatapan devil Langit.

Langit masih membenarkan satu kancing miliknya, kemudian mempererat dasi miliknya. Langkah kakinya turun selangkah demi selangkah dari anak tangga, sedangkan ada gadis yang tengah ketakutan ketika melihatnya.

“Aku cari mati, harusnya aku tidak mengatakan hal itu,” umpatnya. “Aku harus bagaimana?” paniknya. “K-kau ingin apa? Berhenti di sana,” titah Danas, namun tidak didengarkan oleh Langit.

Seketika dirinya ketakutan melihat pria itu turun dari anak tangga dan mendekat ke arahnya.

“Berhenti di sana, jangan mendekat atau aku—akan—bunuh—“

Melihat pria itu mendekat, pikirannya seketika terpikirkan untuk melukai dirinya sendiri.

“Kau ingin membunuhku atau ingin bunuh diri?” tanya Langit sambil tersenyum miring padanya, membuat gadis itu menelan salivanya ketika apa yang tengah dipikirkan diketahui oleh suaminya.

Langit menatap wanita paruh baya yang berada di dekat Danas, membuat wanita itu pergi.

Tubuh Danas seketika menegang, bagaimana tidak, pria itu berjarak semeter darinya. Langit melirik apa yang tengah dikerjakan oleh Danas di dapur, kemudian menatap mata amber milik gadis itu.

Langit masih memberikannya senyuman evil. “Jangan berfikir bodoh, Danas Cakrawala. Hidupmu adalah milikku.” Pria itu memberikan penekanan pada kalimat terakhirnya, dia tersenyum membuat gadis di depannya makin menegang, mengepal tangan, dan juga membulatkan matanya. “Kau ingin bunuh diri?” tanyanya lagi.

Raut wajahnya seketika berubah. Dingin!

“Jangan harap aku akan membiarkanmu mati dengan tenang, enak saja kau ingin bunuh diri. Aku tidak akan membuatmu mati setelah apa yang telah kau ambil dariku.”

Kini tangannya berada di pangkal leher gadis itu, Danas seketika membulatkan matanya, nafasnya tercekat. Ia berada di mana dirinya ingin mati, namun ingin hidup.

Cengkraman tangan besar Langit, tangannya berusaha untuk melepaskan tangan kekar itu dari lehernya, tapi kekuatan Langit lebih besar darinya.

Pria dihadapannya tidak pernah baik, air mata kini mengalir dari ujung matanya.

“Sial,” umpat Langit seketika melepaskan cengkramannya. “Kau membuat mood-ku jelek pagi ini.”

Melihat air mata membuatnya melepaskan Danas, dan melangkah pergi dari sana. Dia sangat membenci gadis itu, apa yang dilakukan oleh Danas semuanya palsu di matanya. Dendam yang membuat mata hatinya tertutup.

Suara pintu terbuka dengan kasar, dan tertutup membuat pria yang sejak tadi menunggunya di dalam mobil terkejut. Pria itu seketika turun dari dalam mobil dan berniat membuka pintu mobil bagian belakang.

Namun tubuhnya ditarik ke belakang. “Biar aku menyetir sendiri.”

Pria itu ingin berucap namun Langit mendahului dirinya.

Brak!

Terdengar suara pintu mobil yang ditutup dengan keras olehnya, suara mesin mobil, beberapa saat kemudian mobil melaju melewati pintu gerbang.

“Aku yakin pasti terjadi sesuatu,” batin pria itu.

Pakaian rapi, jas hitam, dan kacamata bulat yang dikenakannya tidak membuatnya kehilangan pesonanya, namun kacamata bulat itulah pesonanya. Jefrian—Sopir Langit.

Dalam perjalanan Langit memukul setir mobil karena begitu kesal, sesekali dia berteriak di jalanan, saat mobilnya harus berhenti ketika lampu lalu lintas berwarna merah membuatnya mengumpat.

Semua orang yang melihat pria itu menyetir sendiri saat tiba di kantor, hanya bisa menundukan wajah mereka memberi salam.

Siapapun yang melihat wajahnya, akan tahu jika pria itu tengah kesal. Akan terjadi hal yang tidak diinginkan jika mereka sedikit saja menyinggung Langit, karena itu mereka sangat berhati-hati.

Langit masuk ke dalam lift, dari arah belakang pria itu terlihat seorang pria yang terburu-buru ikut masuk, sedangkan beberapa orang yang sejak awal berada di dalam lift segera keluar dari dalam lift.

Pria yang ikut masuk itu, menghidupkan iPad yang tengah dipegang olehnya, dia melakukan beberapa slide.

“Hari ini ada meeting dengan klien,” jelas pria yang mengikutinya masuk ke dalam lift.

“Batalkan!”

“Makan siang bersama dengan—“

“Batalkan!”

“T-tapi—“ melihat ekspresi dari Langit membuatnya mengurungkan niatnya melanjutkan perkataannya.

Begitu jadwal yang dibatalkan oleh atasannya.

“Mereka yang membutuhkanku, bukan aku yang membutuhkan mereka. Jadi, batalkan saja, kita mereka tidak menerimanya, batalkan kerja sama dengan mereka, dan berikan peringatan agar tidak ada cabang perusahaan bekerjasama dengan mereka.”

Pria yang tengah memegang iPad dan memakai kacamata itu hanya bisa menelan salivanya, dia menatap punggung belakang atasannya itu.

Perkataan Langit memanglah benar, begitu banyak orang yang datang padanya, untuk menjadikannya sebagai investor. Menolak mereka adalah hal wajar bagi atasannya.

Tidak sedikit perusahaan yang dibatalkan janji temu bersama pria itu, mendapatkan list blacklist dari daftar perusahaan mendapatkan dana dari Langit karena bersikukuh untuk bertemu dengan pria itu secara langsung.

“Baiklah, aku akan membatalkan semua jadwalmu hari ini,” sambungnya. “Jadi, aku juga membatalkan rapat hari ini?”

Pintu lift terbuka, namun Langit tidak keluar juga dari sana, dia hanya terdiam. “Tidak. Rapat akan tetap ada di kantor.”

Setelah berucap, Langit melangkah keluar dari dalam lift. Pria itu mengikutinya dari belakang.

Marvin Jarvis—asistennya, pria yang tahu segala tentangnya selain teman-temannya. Pria itu—Marvin, sangat menyukai menggunakan kacamata bulat, wajahnya tampan tidak berkurang ketika kacamata bertengger di hidungnya, tapi itulah pesona pria itu.

Pria pintar, cerdas, yang membuat seorang Raka Langit Mahameru mengangkatnya menjadi asistennya ketika pria itu menjadi seorang OB di kantor langit 5 tahun lalu, dan Marvin pun membuktikan jika dirinya layak mendapatkan posisinya saat ini.

Langit melepaskan jas miliknya, dan meletakkannya di kursi.

“Apa kau mendapatkan informasi keberadaan Renata?”

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요
댓글 (1)
goodnovel comment avatar
Saiful Bahri
Wooooooooe
댓글 모두 보기

최신 챕터

  • Sangkar Pernikahan   S2-16 Rencana Langit yang Misterius

    "Kau pasti bercanda dia bertemu dengan Langit," desis Jagad, berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa cerita tersebut hanya sebuah kesalahpahaman belaka.Jagad merasakan detak jantungnya cepat saat mendengar cerita Davina. Matanya terbelalak, dan kepalanya seakan dipenuhi oleh bisingan yang mengaburkan pikirannya. Zanetra, cahaya dalam hidupnya, saat ini Jagad mungkin tengah terancam oleh sosok Langit. Wajahnya pucat dan dadanya sesak saat memikirkan kemungkinan terburuk yang bisa saja terjadi.“Aku tidak bohong Kak. Untung apa aku berbohong soal ini, huh?”“Ini yang aku takutkan jika aku tidak bersamanya,” keluh Jagad, wajahnya terlihat khawatir.“Kakak cepatlah ke Indonesia, kalian harus segera menikah. Kau harus segera menikah agar pria itu tidak memiliki kesempatan untuk mendekati Danas.”“Jangan pernah menyebutnya dengan nama itu lagi, Davina. Namanya bukan Danas, dia Zanetra, apa kau lupa?”

  • Sangkar Pernikahan   S2-14. Aku Yakin Itu Dia

    Mata Zanetra terbelalak saat seorang pria yang tidak dikenalinya memeluknya dengan hangat. Tidak pernah ada perasaan hangat seperti yang saat ini dirasakan. Dia merasa ada getaran aneh di antara mereka, sesuatu yang sulit dijelaskan.“Danas, aku merindukanmu.” Langit semakin mempererat pelukannya seakan tidak ingin melepaskan pelukannya.Langit ingin waktu berhenti sesaat, dia tidak ingin melepaskan pelukannya. Kerinduannya hampir tidak bisa dibendung, saat melihat wanita yang mirip istri, langkah kakinya tidak bisa dihentikan, akal sehatnya tidak terpakai hanya ada satu yang terpikirkan saat itu juga. Memeluk.Marvin terkejut dengan tindakan Langit, dia juga terpaku melihat sang nyonya, bukan wanita yang mirip tapi benar-benar sang nyonya-Nyonya Danas.Bagi Zanetra, ini adalah paling gila karena ada yang menganggapnya sebagai Danas bahkan sampai memeluk. Kenyamanan itu membuatnya hampir lupa diri jika pria yang memeluknya adalah pria asing.

  • Sangkar Pernikahan   S2-13. Akhirnya Bertemu

    "Kamu sudah siap, Zane?" tanya Davina sambil tersenyum hangat.Zanetra tersenyum, meskipun ada keraguan di matanya, dia hanya menganggukan kepala."Tentu saja Nona Davina. Ayo kita mulai petualangan kita!" Lisa terlalu bersemangat melebihi dua orang lainnya, seakan tidak merasakan kelelahan.Mereka berjalan melalui jalan-jalan kecil di sekitar perumahan, mencicipi makanan lezat yang dijajakan oleh pedagang kaki lima. Davina membimbing mereka dari satu tempat ke tempat lain, menjelaskan dengan penuh semangat tentang makanan-makanan khas Jakarta."Jakarta itu keren banget!" ujar Lisa. "Aku suka suasananya yang ramai dan penuh energi.""Iya. Jakarta memang kota yang tak ada habisnya untuk dijelajahi." Timpal Davina.Mereka berhenti di sebuah gerobak jajanan kaki lima. Davina memesan nasi goreng, Zanetra memesan bakso, dan Lisa memesan martabak. Mereka duduk di pinggir jalan sambil menikmati makanan mereka."Aku suka nasi gorengnya," kata

  • Sangkar Pernikahan   S2-12 Melihat Danas

    “Wanita kemarin mirip Danas,” gumamnya. “Tapi tidak mungkin itu Danas. Huh!”Langit duduk di ujung meja panjang yang terbuat dari kayu, ruangan rapat yang terasa semakin sempit dengan setiap helaan napasnya. Wajah-wajah yang mengelilinginya tampak cemas, semua orang tahu betapa pentingnya rapat ini bagi perusahaan mereka. Dan di tengah-tengah kesibukan itu, Langit merasa sepertinya ada yang tidak beres.Dia merenung dalam-dalam, pikirannya terusik oleh seorang wanita yang baru saja ia lihat di bandara beberapa hari yang lalu. Wanita itu sangat mirip dengan istrinya. Meskipun dia tahu bahwa itu hanya kebetulan, namun hatinya terasa begitu berat.“Pak!” Maarvin berbisik, dia bahkan lupa jika dirinya saat ini tengah berada di ruang rapat. Terlihatsemua orang di dalam ruangan menegang, takut membuat kesalahan dan menjadi pelampiasan kemarahan Langit."Lanjutkan saja," kata Langit, berusaha menenangkan diri. "Saya hanya sedi

  • Sangkar Pernikahan   S2-15. Buna Baru

    Langit menghela nafas panjang saat menarik pegangan pintu rumahnya. Harinya telah berlari begitu cepat, meninggalkan jejak kelelahan yang merambat di setiap serat ototnya. Seiring langkahnya merangkak masuk ke dalam ruangan yang tenang, seberkas senyum kecil menghampirinya dengan langkah-langkah gemulai."Papa!" seru Cahaya dengan riang.Langit tersenyum dan memeluk Cahaya dengan erat. Rasa lelahnya seketika hilang ketika melihat senyum putri kecilnya."Cahaya!" serunya, merasakan hatinya menghangat hanya dengan melihat putri kecilnya itu. "Apa yang sedang kamu lakukan di sini sendirian?"Cahaya, dengan balutan gaun merah muda yang menggemaskan, merengkuh lehernya dengan gembira. Langit merasakan segala kekhawatiran dan kecemasan yang menjeratnya sepanjang hari itu, mulai mencair seketika. Dia menggendong Cahaya dan berjalan menuju ruang keluarga, tempat kemudian ia duduk di sofa dan menaruh Cahaya di pangkuannya."Daddy pulang, ya?" tanya Cahaya, mata cokelatnya yang lucu menatap taj

  • Sangkar Pernikahan   S2-11. Penyebab Hilang Ingat

    Suara dentingan pisau terdengar beradu, aroma rempah-rempah dan daging yang dipanggang menyebarkan keharuman yang menggugah selera. Zanetra, dengan wajah penuh konsentrasi, berdiri di depan kompor sambil mengaduk adonan yang sedang dimasak.Saat sedang asik memasak, Zanetra merasa sentuhan lembut di pinggangnya. Langkah Jagad yang pelan membuatnya mendekati Zanetra tanpa terdengar. Dengan lembut, dia melingkarkan tangannya di pinggang Zanetra, membuatnya melompat kaget.Tubuhnya mendadak bergetar, dan ia hampir saja berteriak histeris. Tapi, saat ia melihat wajah lelaki yang memeluknya dengan erat, rasa terkejutnya berubah menjadi senyuman hangat.“Kak Jagad, kau membuatku kaget!” serunya, sambil melepas spatula yang dipegang.Jagad mengendus apa yang sedang dimasak, dagunya diletakan di atas bahu wanita itu, sambil mempererat pelukan, Jagad tidak lupa mengambil kesempatan mencium lembut leher Zanetra."Kau kembali lebih awal!" seru Zanetra. "Aku pikir kau akan pulang terlambat malam

  • Sangkar Pernikahan   S2-10. Zane Bersiap ke Indonesia

    Mobil berhenti tepat di studio Zanetra, senyuman pria yang mengantarnya terlihat tulus. “Masuklah,” ucap Jagad. Saat Zanetra melangkahkan kaki masuk, “Zane …” Panggilan itu mampu membuat Zanetra menghentikan langkahnya. “Tidak. Masuklah. Hari ini aku pulang telat, kalian tidak perlu menungguku malam malam.”Zanetra menganggukan kepala, ia segera masuk ke ruang pribadi miliknya.“Menikah, ya,” gumamnya sambil merebahkan tubuhnya di sofa. Ada perasaan yang tidak bisa dia katakan pada orang lain. Dia mengangkat tangan ke atas, melihat cincin yang tersemat di jarinya.Kenapa dia begitu gelisah? Bukankah Jagad selalu ada untuknya? Bahkan studio fashionnya dibuat oleh Jagad sebagai hadiah telah berjuang sembuh. Apa hanya karena dia berada di titik karir sampai dia belum ingin menikah? Kata

  • Sangkar Pernikahan   S2-9. Lamaran Jagad

    Danas duduk di sebuah studio desain di Zurich, Swiss, fokus pada potongan kain sutra yang terbentang di depannya. Rasa gembira meluap dalam dirinya karena karyanya yang indah. Dalam tiga tahun terakhir, dia telah berhasil membangun nama Zanetra sebagai desainer terkenal. Meskipun dia tidak ingat lagi namanya yang sebenarnya, dia menikmati hidupnya sebagai Zanetra.Studio miliknya dipenuhi dengan karya seni yang indah, dari gaun pengantin mewah hingga pakaian haute couture yang memukau. Ia dikelilingi oleh sekelompok asisten dan penjahit yang setia, yang membantu mewujudkan kreasi-kreasinya yang brilian.Kehidupan Zanetra bukan hanya tentang karirnya yang gemilang. Cinta pun telah memasuki hatinya dengan indah. Jagad, pria yang dulu dia tidak ingat selain dari nama yang diucapkannya, telah menjadi bagian integral dari hidupnya. Mereka telah menjalin hubungan yang erat selama dua tahun terakhir, dan akhirnya, Jagad telah melamar Zanetra. Mereka akan segera menjadi suami

  • Sangkar Pernikahan   S2-8 Pertemuan

    S2-8 PertemuanLangit duduk di ruang kerjanya yang terletak di ujung mansion yang masih dalam proses renovasi. Dia memeriksa beberapa rencana terbaru untuk proyek renovasi yang telah memakan banyak waktunya dalam beberapa bulan terakhir. Mansion tua itu begitu besar dan penuh potensi, dan Langit merasa bahwa ini adalah cara terbaik untuk menghormati kenangan istrinya, Danas.“Bagaimana renovasi taman?” tanya Langit pada Marvin. “Jangan sampai bunga-bunga yang dirawatnya rusak.”“Semuanya dikerjakan sesuai dengan keinginan Anda, Tuan. Ah, karya-karya Nyonya sudah saya beli dari beberapa orang.”“Kau tidak melewatkan sketsa pakaian ‘kan?”“Tidak.”“Dia sangat ingin jadi desainer.”“Seluruh karya Nyonya ada di ruangan itu

좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status