Share

3

Penulis: Junjung Buih
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-19 19:23:27

Sebelum pindah ke tempat tinggal baru, di desa Pagat, tak jauh dari ibukota kabupaten yang terkenal dengan kue apemnya, Barabai. Aku dan Mas Adry menginap di rumah orang tua Mas Adry yang ada di kota Pelaihari.

Mas Adry hanya dua bersaudara, ia anak tertua. Sedangkan adiknya bernama Dara. Ia baru kelas tiga di sekolah menengah atas.

Bapak mertua adalah guru SD negeri, sedangkan ibu mertua bekerja sebagai staf tata usaha di SMP. Walaupun kedua mertuaku berstatus PNS, mereka tak mempermasalahkan aku yang hanya lulusan SMA saja.

"Bukan pangkat maupun harta yang membedakan manusia, tetapi akhlak," ujar ibu mertua membesarkan hatiku.

Malam itu, malam terakhir kami berada di rumah orang tua Mas Adry. Keluarga ini begitu hangat, walaupun baru saja menjadi bagian keluarga ini, aku tak merasa canggung. Ayah, Ibu dan memperlakukanku seperti anak mereka sendiri. Juga Dara, ia seperti adik yang sudah lama ku idam-idamkan. Maklum, aku adalah anak tunggal.

Di ruang tengah, seluruh keluarga berkumpul. Berbincang-bincang sambil nonton televisi.

"Oh ya Dev, walaupun tak tertulis. Di rumah ini, ada peraturan saat berkumpul di ruangan ini tak boleh main hp," tutur ibu menjelaskan.

Setelah shalat Isya, keluarga ini memiliki kebiasaan berbincang. Bercerita kegiatan tadi siang. Atau mengulang kembali cerita saat mereka muda.

"Soalnya adab berbicara dengan orang lain adalah memperhatikan lawan bicaranya," ujar Ayah mertua menimpali.

Aku begitu kagum dengan keluarga Mas Adry. Karena di rumah aku sering demikian, main ponsel saat Emak dan Bapak mengajak ngobrol.

Astaghfirullah!

Kami berlima menonton acara berita di TV. Sambil ngobrol ringan Setelah acara berita usai. Dara memindahkan chanel ke stasiun televisi yang menampilkan hal-hal yang sedang viral.

Saat tengah asyik menonton, kami berlima dikejutkan dengan satu video. 

Di layar kaca televisi, ada aku, Mas Adry dan juga wanita yang kemarin pingsan saat acara resepsi. Di video itu sang Narator mengatakan tentang kisah seorang gadis yang datang ke resepsi bekas pacarnya selama lima tahun.

Astaghfirullah!

"Kamu ngundang Audi ya, Ka?" tanya Ibu ke Mas Adry.

Saat kejadian itu keluargaku dan keluarga mas Adry sedang beristirahat. Mas Adry juga mewanti-wanti agar tak ada yang memberi tahu perihal kedatangan Audi.

"Drama banget ya, si Audi itu," umpat Dara.

Sedangkan Ayah mertua tak memberi komentar apa-apa.

Aku menatap Mas Adry yang belum menjawab pertanyaan ibu.

"Aku gak ada ngundang Audi, Bu." Akhirnya Mas Adry menjawabnya setelah beberapa saat.

"Kok dia bisa datang?" tanya Ibu lagi.

"Paling dia mau minta duit lagi ke Kak Adry. Dasar cewek matre gak punya malu," umpat Dara.

Ternyata benar dugaanku. Wanita itu adalah mantan pacar Pratu Adryan Saputra.

***

"Kok, Mas bilang dia hanya teman?"

"Mas kan sudah putus dengan Audi. Kami hanya berteman," kilahnya.

"Mas masih mencintai Audi, kan?"

"Mas ngantuk, mau tidur!"

Mas Adry mengalihkan pembicaraan. Lelaki itu lalu berbaring di ranjang memunggungiku.

"Mas belum jawab pertanyaanku."

"Besok kita akan melakukan perjalanan jauh, sebaiknya kamu cepat tidur!" kata Mas Adry dengan posisi masih memunggungi. Ia berbicara tanpa menatapku.

Kami berdua kemudian tidur dengan posisi saling memunggungi. 

***

Usai shalat subuh. Aku membantu ibu di dapur, memasak untuk sarapan.

"Nak Devi, sebaiknya jangan terlalu mempermasalahkan Audi. Dia hanya bagian dari masa lalu Adry. Nak Devi dulu juga punya pacar, kan?"

Aku mengangguk. Mungkinkah ibu mas Adry tahu, aku bekas pacar sahabat putranya?

"Sekarang kalian berdua harus melupakan masa lalu. Kalian harus menatap ke depan. Seperti seorang sopir yang sedang mengemudi. Jika ingin terus maju, harus menatap kedepan atau kebelakang?"

"Kedepan."

"Nah, begitu pula dengan kalian."

Nasihat dari ibu mertua akan selalu kuingat. Audi dan Mas Brian hanyalah sebuah kisah di masa lalu kami berdua.

***

Usai sarapan bersama. Terdengar ketukan pintu yang diiringi ucapan salam. 

Ayah mertua yang baru saja menyelesaikan makan paginya segera bangkit berdiri. Sepertinya itu tamu ayah mertua.

"Deviiii Adryyyyy!" Terdengar suara ayah mertua memanggil.

Aku yang sedang membereskan peralatan makan bekas sarapan langsung disuruh ibu mertua menuju ruang depan.

"Ada apa, Yah?" tanya Mas Adry.

"Tuh lihat, kado buat pernikahan kalian. Suka tidak?"

Bersambung

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Sangkur Pora   21

    "Mungkin Mas harus berangkat tugas sebelum anak kita lahir!" Lirih Mas Adry, lalu menatapku lekat."Berangkatlah Mas, Aku dan anak kita akan selalu menunggumu disini." Aku membesarkan hati Mas Adry. Sekiranya boleh ikut menemaninya ke wilayah Republik Indonesia bagian paling timur itu, niscaya aku akan turut menemaninya. Walaupun harus ikut merasakan bagaimana tinggal di wilayah yang di anak tirikan pemerintah itu. Juga daerah yang sering terjadi konflik dengan OPM (Organisasi Papua Merdeka).Akhirnya istri pertama Mas Adry benar-benar menunjukkan kuasanya. Ya, seperti yang dikatakan istri komandan batalyon Mas Adry saat kami pengajuan nikah dahulu. Negara adalah istri pertama prajurit. Tentu saja ia juga yang utama. Kapanpun istri pertamanya memanggil, mereka harus selalu siap. Walaupun harus meninggalkan keluarga. Tak terkecuali istrinya yang tengah mengandung.Tak ingin merusak suasana ulang tahunku, rasa sedih ini ma

  • Sangkur Pora   20

    "Dede Utun bobo juga ya! Papa Mama mau bobo ya, De!"Untuk pertama kalinya, aku merasa memiliki mas Adry seutuhnya. Walaupun demikian, untuk beberapa hal, masih terasa ada yang mengganjal."Mas, gak ngerasa rugi milih aku dibanding Audi? Mas udah keluar jutaan membiayai Audi.""Awalnya mas juga merasa demikian. Setelah mas pikir lagi justru kalo Mas pilih Audi malah rugi.""Kok?""Pilih Adek mas malah untung, dapat bonus Dede Utun!" Mas Adry mengusap pucuk kepalaku. "Maafin kesalahan Mas ya Dek. Dah bikin Adek menderita!""Devi dah maafin Mas bahkan sebelum Mas minta maaf.""Kadang Mas berpikir, Mas seperti Hammurabi. Adek tau kenapa Mas memilih Adek untuk jadi istri Mas?""Kata Mas kan karena aku orang baik?""Sebenarnya, dulu Audi selingkuh dengan Brian saat mas sekarat karena kecelakaan i

  • Sangkur Pora   19

    Dek, apa kamu selingkuh dengan laki-laki lain?" tuding Mas Adry."Mas, aku tak pernah selingkuh dengan siapapun. Aku berani bersumpah!""Maaf Bu Devi, Pak Adryan. Apa kalian pernah melakukan foreplay?""Tidak pernah, Bu," sahut kami serempak."Walaupun jarang terjadi, kasus ini sebelumnya pernah saya temui pada sepasang remaja yang berpacaran melakukan foreplay saja. Tapi si cewe akhirnya hamil walaupun selaput daranya masih utuh," jelas Bu Dokter.Mendengar penjelasan ibu dokter tentang muda-mudi itu tetiba, aku merasa miris. Aku juga pernah pacaran. Untungnya tak pernah melakukan hubungan itu. Ternyata memang benar apa kata Kak Rose. Sebaiknya jangan pacaran.Atas saran dokter, akhirnya aku setuju untuk melakukan pemeriksaan selaput dara.Beginikah rasanya tidak dipercayai. Sama seperti Mas Adry yang telah bersumpah ba

  • Sangkur Pora   18

    Adek ingin bukti yang bagaimana?" Pertanyaan dari mas Adry membuyarkan lamunanku. Astaghfirullah! Bisa-bisanya pikiranku malah berpikir yang enak-enak dengan mas Adry. Apakah aku perlu di ruqyah. "Adek mau bukti yang bagaimana?" tanya Mas Adry lagi dari jarak yang beberapa langkah dariku. Aku menepis semua pikiran tentang yang enak-enak. Untung saja Mas Adry tak tahu aku sedang membayangkan tentang ... Untung saja Mas Adry telah merugikanku hanya dalam khayalanku saja. Harusnya aku lega. "Bolehkah ..." "TIdak boleh, tidak boleh!" potongku segera. Takut Mas Adry menginginkan hal yang enak. "Mas belum selesai ngomong," protesnya. "Mas ingin minta bantuanmu untuk menghubungi dokter kandungan!" "Buat apa?" tanyaku. "Untuk membuktikan bahwa Mas gak pernah mengha

  • Sangkur Pora   17

    Malam itu selepas shalat isya, iseng kubuka pc Mas Adry. Melihat-lihat desain font yang ia pasarkan melalui kreatif market. Hobi yang bisa menghasilkan rupiah bahkan lebih banyak dari gajinya sebagai prajurit.Devi Nirmala, namaku ia tulis menggunakan beberapa font karyanya. Entah mengapa ia menggunakan namaku. Namun, ternyata bukan hanya namaku. Ada nama wanita lain juga disana. Siapa lagi kalau bukan Audi.Sofia Audi.Dadaku kembali bergemuruh, karena teringat kembali kata-kata wanita itu.Masih terngiang-ngiang ditelinga ketika Audi mengintimidasi dengan ucapannya saat kejadian di kafe."Mbak Devi percaya, aku dan bang Adry gak pernah ngapa-ngapain. Padahal dialah yang telah membiayai semua biaya kuliahku?" ujar wanita yang mengenakan pakaian branded itu. Dari penampilannya, tak akan ada yang menduga tentang keadaan ekonomi keluarganya.W

  • Sangkur Pora   16

    Keesokan harinya, Mas Adry bersama prajurit lainnya pergi UST (uji satuan tempur) ke hutan.Ia pamit hanya dari balik pintu. Suaranya terdengar pelan, tetapi masih bisa kudengar. Sebelum subuh, ia sudah meninggalkan rumah. Mungkin ia berpikir, saat ia berangkat, aku masih terlelap. Padahal, semalaman itu. Aku terus memikirkan kehamilan Audi.Apakah itu benar? Jika itu benar, apakah itu anak Mas Adry? Jika itu anak Mas Adry, kapan mereka melakukan hal yang dilarang agama itu? Bagaimana ia akan bertanggung jawab nanti, sedangkan seorang prajurit tak boleh mempunyai istri sah lebih dari satu? Apakah aku harus merelakan Mas Adry demi anak yang ada di kandungan Audi.Pertanyaan itu terus berputar-putar dikepalaku sehingga mataku enggan menutup. Alih-alih menutup, ia hanya mengeluarkan butiran air mata. Hingga saat menatap diri dari pantulan kaca, mataku terlihat sembab.Mas Adry akan menghabiskan wa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status