Share

3

Sebelum pindah ke tempat tinggal baru, di desa Pagat, tak jauh dari ibukota kabupaten yang terkenal dengan kue apemnya, Barabai. Aku dan Mas Adry menginap di rumah orang tua Mas Adry yang ada di kota Pelaihari.

Mas Adry hanya dua bersaudara, ia anak tertua. Sedangkan adiknya bernama Dara. Ia baru kelas tiga di sekolah menengah atas.

Bapak mertua adalah guru SD negeri, sedangkan ibu mertua bekerja sebagai staf tata usaha di SMP. Walaupun kedua mertuaku berstatus PNS, mereka tak mempermasalahkan aku yang hanya lulusan SMA saja.

"Bukan pangkat maupun harta yang membedakan manusia, tetapi akhlak," ujar ibu mertua membesarkan hatiku.

Malam itu, malam terakhir kami berada di rumah orang tua Mas Adry. Keluarga ini begitu hangat, walaupun baru saja menjadi bagian keluarga ini, aku tak merasa canggung. Ayah, Ibu dan memperlakukanku seperti anak mereka sendiri. Juga Dara, ia seperti adik yang sudah lama ku idam-idamkan. Maklum, aku adalah anak tunggal.

Di ruang tengah, seluruh keluarga berkumpul. Berbincang-bincang sambil nonton televisi.

"Oh ya Dev, walaupun tak tertulis. Di rumah ini, ada peraturan saat berkumpul di ruangan ini tak boleh main hp," tutur ibu menjelaskan.

Setelah shalat Isya, keluarga ini memiliki kebiasaan berbincang. Bercerita kegiatan tadi siang. Atau mengulang kembali cerita saat mereka muda.

"Soalnya adab berbicara dengan orang lain adalah memperhatikan lawan bicaranya," ujar Ayah mertua menimpali.

Aku begitu kagum dengan keluarga Mas Adry. Karena di rumah aku sering demikian, main ponsel saat Emak dan Bapak mengajak ngobrol.

Astaghfirullah!

Kami berlima menonton acara berita di TV. Sambil ngobrol ringan Setelah acara berita usai. Dara memindahkan chanel ke stasiun televisi yang menampilkan hal-hal yang sedang viral.

Saat tengah asyik menonton, kami berlima dikejutkan dengan satu video. 

Di layar kaca televisi, ada aku, Mas Adry dan juga wanita yang kemarin pingsan saat acara resepsi. Di video itu sang Narator mengatakan tentang kisah seorang gadis yang datang ke resepsi bekas pacarnya selama lima tahun.

Astaghfirullah!

"Kamu ngundang Audi ya, Ka?" tanya Ibu ke Mas Adry.

Saat kejadian itu keluargaku dan keluarga mas Adry sedang beristirahat. Mas Adry juga mewanti-wanti agar tak ada yang memberi tahu perihal kedatangan Audi.

"Drama banget ya, si Audi itu," umpat Dara.

Sedangkan Ayah mertua tak memberi komentar apa-apa.

Aku menatap Mas Adry yang belum menjawab pertanyaan ibu.

"Aku gak ada ngundang Audi, Bu." Akhirnya Mas Adry menjawabnya setelah beberapa saat.

"Kok dia bisa datang?" tanya Ibu lagi.

"Paling dia mau minta duit lagi ke Kak Adry. Dasar cewek matre gak punya malu," umpat Dara.

Ternyata benar dugaanku. Wanita itu adalah mantan pacar Pratu Adryan Saputra.

***

"Kok, Mas bilang dia hanya teman?"

"Mas kan sudah putus dengan Audi. Kami hanya berteman," kilahnya.

"Mas masih mencintai Audi, kan?"

"Mas ngantuk, mau tidur!"

Mas Adry mengalihkan pembicaraan. Lelaki itu lalu berbaring di ranjang memunggungiku.

"Mas belum jawab pertanyaanku."

"Besok kita akan melakukan perjalanan jauh, sebaiknya kamu cepat tidur!" kata Mas Adry dengan posisi masih memunggungi. Ia berbicara tanpa menatapku.

Kami berdua kemudian tidur dengan posisi saling memunggungi. 

***

Usai shalat subuh. Aku membantu ibu di dapur, memasak untuk sarapan.

"Nak Devi, sebaiknya jangan terlalu mempermasalahkan Audi. Dia hanya bagian dari masa lalu Adry. Nak Devi dulu juga punya pacar, kan?"

Aku mengangguk. Mungkinkah ibu mas Adry tahu, aku bekas pacar sahabat putranya?

"Sekarang kalian berdua harus melupakan masa lalu. Kalian harus menatap ke depan. Seperti seorang sopir yang sedang mengemudi. Jika ingin terus maju, harus menatap kedepan atau kebelakang?"

"Kedepan."

"Nah, begitu pula dengan kalian."

Nasihat dari ibu mertua akan selalu kuingat. Audi dan Mas Brian hanyalah sebuah kisah di masa lalu kami berdua.

***

Usai sarapan bersama. Terdengar ketukan pintu yang diiringi ucapan salam. 

Ayah mertua yang baru saja menyelesaikan makan paginya segera bangkit berdiri. Sepertinya itu tamu ayah mertua.

"Deviiii Adryyyyy!" Terdengar suara ayah mertua memanggil.

Aku yang sedang membereskan peralatan makan bekas sarapan langsung disuruh ibu mertua menuju ruang depan.

"Ada apa, Yah?" tanya Mas Adry.

"Tuh lihat, kado buat pernikahan kalian. Suka tidak?"

Bersambung

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status