Share

4

Sebuah mobil hatchback telah terparkir di halaman rumah.

"Itu buat menantu kesayangan Ayah," ujar lelaki paruh baya itu.

Ayah memberikan kunci mobil padaku. 

"Terimakasih ya, Yah. Devi jadi gak enak karena belum bisa jadi mantu yang berbakti, tapi udah dikasih hadiah," ujarku sungkan.

"Katanya hadiah pernikahan, kok cuman mantu ayah yang dapat. Buatku mana?" gerutu Mas Adry.

"Ada dalam mobil!"

Mas Adry bergegas menuju mobil, mengambil hadiahnya. 

"Buka di kamar saja!" perintah Ayah mertua.

Aku mengikuti Mas Adry ke kamar. Penasaran dengan hadiah yang diberikan Ayah.

Mas Adry segera membuka kado yang terbungkus rapi itu. Setelah merobek kertas kadonya dan kardus pembungkus, rupanya masih ada lagi pembungkusnya. Sudah mirip beli barang di applikasi belanja online.

"Ayah jualan online ya?"

"Bukan Ayah, tapi Ibu. Pasti Ibu yang bungkus kado ini," tebak lelaki yang kewalahan membuka tiap lakban pembungkus hadiah dari ayah.

Setelah sampai di lapisan yang terakhir, ternyata hadiah itu adalah herbal penambah stamina pria.

"Wah, Ayah sama Ibu ngerjai aku." Mas Adry tertunduk lesu. Mungkin karena ekspektasinya tak sesuai dengan realita.

Rasanya ingin tertawa, tetapi takut dosa.

***

Dari kota Pelaihari, aku dan Mas Adry menuju Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Tempat dimana ia bertugas sebagai prajurit infanteri. Tepatnya di Batalyon Infanteri 621 Manuntung. Menggunakan mobil hatchback hadiah dari ayah mertua. Walaupun mobil bekas, akan tetapi semuanya masih berpungsi dengan baik. Juga masih terawat.

Memasuki Kabupaten Hulu Sungai Tengah, ponsel Mas Adry yang tergeletak tepat d samping tuas transmisi berdering. Lelaki berambut cepak yang masih fokus menyetir itu tak menjawab panggilan. Ia membiarkan saja sampai bunyi nada deringnya berhenti. 

Aku sempat melirik nama dari si penelepon.

"My honey?"

"Audi." Mas Adry mengatakan tanpa ragu-ragu.

Aku meraih ponsel itu kemudian mengutak-atiknya sebentar.

Karena geram saat teringat video viral yang membuatku dibully netijen se Indonesia dengan menyebutku perebut tunangan orang. Aku mengganti namanya di kontak suamiku menjadi l*nte.

Padahal kata Dara, ia belum sempat bertunangan dengan mas Adry. Bisa-bisanya wanita itu di hadapan wartawan mengaku bekas tunangan suamiku.

Dari informasi yang kudapat dari Dara, wanita itu juga tinggal di Barabai. Namun, ia kuliah di ibukota provinsi jurusan kebidanan. Awalnya ayah dan ibu menyukai Audi. Namun, Audi ternyata hanya menginginkan uang Mas Adry. 

Ketika Mas Adry mengalami kecelakaan dan divonis cacat permanen, Audi langsung memutuskan hubungan. Namun, setelah Mas Adry sembuh seperti sedia kala. Audi hadir kembali merayu lelaki yang pernah ia campakkan di saat mas Adry butuh semangat dan dukungan.

Tak hanya itu, kata Dara, Audi juga selingkuh dengan teman Mas Adry. Walaupun adik iparku itu tak tahu siapa lelaki selingkuhan Audi. Ia sangat yakin, sang narasumber memberikan info valid. Entah benar atau tidak tuduhan Dara. Yang pasti aku tak ingin Audi kembali menghantui kehidupan Mas Adry. Walaupun hanya sebatas teman.

Mas Adry tak pernah menceritakan perihal Audi saat ia masih rutin terapi pijat di tempat Bapak. Ia terlihat selalu ceria seakan tak terjadi apa-apa.

Aku menunjukkan nama Audi yang telah kuganti pada Mas Adry.

Mas Adry langsung menepikan mobil dan menginjak pedal rem secara mendadak.

Ia merampas ponsel itu dari tanganku.

"Keterlaluan kamu Dev!" ucapnya penuh amarah.

Aku terperanjat melihat sikap Mas Adry kepadaku. Lelaki itu mengapa semarah itu padaku? Aku tahu tindakanku salah. Namun, itu kulakukan karena emosi. Lagipula, dia bisa menegurku baik-baik. Tak harus marah seperti itu.

"Kamu mau tau kan apa aku masih cinta pada Audi? Ya, aku masih mencintainya. Bahkan aku sangat mencintainya!"

Kata-kata itu terasa begitu memekakkan telingaku. Kata-kata yang lebih tepatnya seperti ujung tombak yang menghujam tepat ke jantung. Membuat hati ini kian perih.

Kalau dia masih sangat mencintai Audi, mengapa dia malah menikahiku. Bukankah sebuah pernikahan harus dilandasi dengan cinta?

Detik itu juga memori di otakku melakukan flashback. Sejak awal mengenalnya hingga ia melamarku. Mas Adry memang belum pernah mengatakan bahwa dia mencintaiku. Ia hanya melamarku untuk menjadi istrinya. Apakah pernikahan ini baginya hanyalah sebuah permainan?

Di depan Bapak, Bang Adry mengucapkan ijab Kabul dengan lantang. Setelah hatiku telah kuserahkan padanya, dengan lantang pula ia meneriakkan bahwa ia masih mencintai wanita lain?

Air mata ini akhirnya tumpah. Sedangkan lelaki di sampingku membuang muka. Ia menginjak pedal gas, tanpa mempedulikanku yang telah terluka karena ucapannya.

Mengapa kehidupan ini seperti roller coaster?

Aku yang pernah patah hati, merasa begitu terpuruk. Kemudian Mas Adry datang menawarkan segenggam kebahagiaan. Saat aku berada di puncak kebahagiaan, lalu dengan tangannya sendiri ia hempaskan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status